Kuliner Legendaris Pasuruan

Kuliner Legendaris Pasuruan: Rawon Saminah Tetap Jadi Favorit Generasi Kini

Kuliner Legendaris Pasuruan: Rawon Saminah Tetap Jadi Favorit Generasi Kini
Kuliner Legendaris Pasuruan: Rawon Saminah Tetap Jadi Favorit Generasi Kini

JAKARTA - Kota Pasuruan memiliki sejumlah warung rawon terkenal yang telah melegenda. Salah satunya adalah Rawon Saminah, yang sudah bertahan sejak tahun 1957.

Tadatodays.com mengunjungi warung ini pada Minggu, 12 Oktober 2025, pagi hari. Warung terletak di salah satu bedak Pasar Besar dengan akses mudah dari sisi timur pasar.

Suasana pasar yang ramai dengan derap langkah pengunjung, knalpot sepeda motor, dan teriakan pedagang menambah nuansa otentik. Rawon Saminah terasa seperti bagian tak terpisahkan dari kehidupan Pasar Besar.

Sejarah dan Asal-usul Rawon Saminah

Rawon Saminah didirikan oleh Adnan dan istrinya, Saminah, pada tahun 1957. Adnan saat itu bertugas sebagai petugas keamanan di Pasar Besar, sehingga memilih lokasi strategis untuk warungnya.

Nama Saminah diambil dari nama sang istri, sekaligus menjadi penanda identitas warung. Generasi ketiga, Nur Hidayati, kini melanjutkan usaha keluarga dengan tetap mempertahankan resep asli.

Warung ini awalnya menyasar petugas pasar yang sarapan pagi. Karena itu, jam buka tetap pagi dan warung tutup sebelum siang, biasanya antara pukul 09.00 hingga 10.30 WIB.

Nur Hidayati menegaskan, jam operasional ini tetap dipertahankan sejak dulu. Pengunjung yang datang terlalu siang biasanya sudah tidak bisa menikmati rawon legendaris ini.

Ciri Khas Rawon dan Sate Komoh

Rawon merupakan kuliner berusia lebih dari 1.000 tahun. Pada abad ke-10, masyarakat Jawa sudah mengenal sup berwarna eksotik ini, tercatat dalam prasasti Prasasti Taji di Ponorogo.

Sejarawan mencatat bahwa masyarakat Jawa kuno menggunakan bahan nabati dan hewani seperti beras, daging sapi, ayam, ikan, kedelai, dan berbagai rempah. Kombinasi bumbu seperti jahe, kemiri, lengkuas, dan bawang putih menjadi ciri khas masakan Nusantara, termasuk rawon.

Di Pasuruan, rawon memiliki ciri unik yaitu sate komoh. Sate ini terdiri dari tiga potongan daging sapi bagian has dalam, diolah dengan bumbu halus seperti bawang merah, bawang putih, kemiri, kunyit, dan jinten.

Daging kemudian ditusuk bambu dan dibakar sebentar. Teksturnya empuk, lembap di dalam, dengan rasa rempah kuat yang berpadu sempurna dengan kuah rawon.

Di Rawon Saminah, proses memasak sate komoh berbeda. Daging ditiriskan setelah dibumbui, diberi irisan daging susu tiap tusuk, dan dipanaskan hingga bumbu meresap dan kering.

Tradisi dan Konsistensi Rasa

Kuah rawon dihidangkan pekat dengan tauge dan sambal sebagai garnish. Aromanya harum, rasa rempahnya kaya, membuat setiap suapan terasa memanjakan lidah.

Sate komoh yang disajikan bersamaan menambah pengalaman kuliner yang lengkap. Warna agak kemerahan, bagian luar sedikit terbakar, memberikan rasa smoky yang khas.

Generasi terdahulu menceritakan bagaimana warung ini dulu ramai pelanggan. Suud, keluarga pendiri, menuturkan bahwa kulakan daging sapi sampai ke Malang untuk memenuhi permintaan pelanggan yang tinggi.

Pada masa itu, wajan memasak daging berukuran besar hingga orang dewasa bisa masuk ke dalamnya. Ribuan telur bebek juga pernah dimasak setiap hari untuk hidangan telur bumbu bali di warung ini.

Mempertahankan Legasi di Tengah Perubahan

Walaupun Pasar Besar sempat dilanda kebakaran pada tahun 1978, Rawon Saminah tetap bertahan. Warung dipindahkan, namun tetap berada di kompleks pasar yang sama.

Doni, pelanggan lama, mengatakan bahwa sejak kecil ia sudah menikmati rawon dan sate komoh di sini. Baginya, rasa yang konsisten membuat warung ini sulit tergantikan oleh rawon lain di luar Pasuruan.

Rawon Saminah lebih dari sekadar sajian sarapan. Setiap kuah hitam dan sate komoh menyimpan jejak sejarah dan dedikasi keluarga yang menjaga rasa lintas generasi.

Di tengah hiruk-pikuk pasar yang terus berubah, warung ini tetap menjadi tempat di mana orang Pasuruan bisa merasakan cita rasa masa lalu. Cita rasa yang autentik dan tekstur khas membuat Rawon Saminah tetap relevan hingga kini.

Dengan resep turun-temurun, proses memasak yang teliti, dan kualitas bahan, Rawon Saminah tetap mempertahankan posisi sebagai ikon kuliner legendaris. Warung ini membuktikan bahwa kuliner tradisional mampu bertahan dan dicintai meski zaman terus berubah.

Rekomendasi

Index

Berita Lainnya

Index