JAKARTA - Cuaca panas ekstrem yang beberapa hari terakhir melanda berbagai daerah di Indonesia mulai menunjukkan penurunan. Masyarakat tidak perlu khawatir berlebihan, tetapi tetap disarankan waspada terhadap paparan sinar ultraviolet (UV) tinggi.
BMKG mencatat suhu maksimum sempat mencapai 37–38°C di sejumlah wilayah. Direktur Meteorologi Publik BMKG, Andri Ramdhani, mengatakan kondisi panas itu terjadi karena minimnya tutupan awan dan pengaruh monsun Australia yang menguat.
Penyebab Cuaca Panas yang Melanda Indonesia
Suhu maksimum normal di Indonesia memang berkisar 37–38°C. Namun, kelembaban udara tinggi membuat masyarakat merasakan panas seperti 40°C.
Andri Ramdhani menegaskan, fenomena ini bukan gelombang panas, melainkan efek dari posisi matahari yang mendekati khatulistiwa. Tidak adanya awan di beberapa wilayah memperkuat radiasi matahari sehingga suhu udara terasa lebih tinggi.
BMKG menekankan pentingnya masyarakat tetap waspada terhadap paparan sinar UV yang berpotensi tinggi. Paparan sinar UV berlebihan dapat menyebabkan kerusakan kulit, penuaan dini, dan meningkatkan risiko kanker kulit.
Sinar UV sendiri terdiri dari tiga jenis utama: UVA, UVB, dan UVC. Meskipun berperan dalam pembentukan vitamin D, dampak negatifnya akan terlihat jika kulit terlalu lama terpapar tanpa perlindungan.
Suhu Maksimum di Beberapa Wilayah Indonesia
Dalam beberapa hari terakhir, BMKG mencatat suhu maksimum di berbagai daerah sebagai berikut:
Daerah | Suhu Maksimum |
---|---|
Karanganyar, Jawa Tengah | 38,2°C |
Majalengka, Jawa Barat | 37,6°C |
Boven Digoel, Papua | 37,3°C |
Surabaya, Jawa Timur | 37,0°C |
Banten | 35,2°C |
Kemayoran, Jakarta | 33,4 – 35,2°C |
Halim, Jakarta | 34,0 – 34,9°C |
Curug, Tangerang | 33,5 – 34,6°C |
Tanjung Priok, Jakarta Utara | 32,8 – 34,4°C |
Jawa Barat (sekitar Jabodetabek) | 33,6 – 34,0°C |
Suhu di Jabodetabek relatif lebih rendah dibandingkan beberapa daerah lain. Penurunan ini menandai mulai berkurangnya intensitas panas ekstrem di Pulau Jawa dan sekitarnya.
Perkiraan Cuaca Menjelang Musim Hujan
BMKG memprakirakan cuaca panas akan terus menurun menjelang awal musim hujan pada November 2025. Turunnya suhu ini diharapkan membawa kenyamanan bagi masyarakat dan mengurangi risiko dampak negatif dari panas ekstrem.
Andri Ramdhani mengimbau masyarakat tetap menjaga kesehatan saat beraktivitas di luar rumah. Pemakaian pelindung kulit seperti tabir surya dan pakaian yang menutupi kulit sangat disarankan, terutama saat paparan sinar matahari berada pada kategori tinggi hingga sangat tinggi.
Selain itu, hidrasi juga penting untuk mencegah dehidrasi akibat panas. Minum air putih cukup dan mengurangi aktivitas fisik berat di siang hari membantu tubuh menyesuaikan diri dengan kondisi cuaca.
Tips Menghadapi Cuaca Panas dan Paparan Sinar UV
Masyarakat disarankan memperhatikan indeks UV harian sebelum melakukan aktivitas luar ruangan. BMKG menyarankan menghindari paparan matahari langsung antara pukul 10.00 hingga 15.00, saat intensitas sinar UV paling tinggi.
Penggunaan topi, payung, dan kacamata hitam membantu melindungi mata dan kulit. Selain itu, memilih pakaian longgar dan ringan akan membuat tubuh lebih nyaman dan mengurangi risiko panas berlebih.
Peningkatan kesadaran masyarakat terhadap bahaya sinar UV juga akan membantu menurunkan risiko gangguan kesehatan jangka panjang. Kombinasi pengawasan cuaca, perlindungan kulit, dan hidrasi cukup menjadi langkah pencegahan yang efektif.
Cuaca panas maksimum yang sempat melanda beberapa wilayah di Indonesia mulai menurun secara bertahap pada Sabtu, 18 Oktober 2025. Dengan masuknya musim hujan, masyarakat dapat merasakan penurunan suhu sekaligus tetap waspada terhadap paparan sinar UV yang tinggi.