JAKARTA - Industri jalan tol di Indonesia tengah berada di persimpangan penting. Di satu sisi, jalan tol telah lama menjadi tulang punggung konektivitas nasional yang mempermudah mobilitas orang maupun barang. Namun di sisi lain, ketidakpastian ekonomi global dan domestik membuat bisnis ini dituntut semakin adaptif dan responsif.
Kesadaran ini disampaikan langsung oleh Direktur Utama PT Jasa Marga (Persero) Tbk. (JSMR), Rivan A. Purwantono. Ia menegaskan bahwa mengelola bisnis jalan tol bukanlah perkara jangka pendek, melainkan investasi panjang yang memerlukan strategi antisipatif.
“Bisnis jalan tol adalah bisnis jangka panjang. Dengan ketidakpastian ekonomi saat ini, kami dituntut untuk bukan hanya menjaga stabilitas operasional, tetapi juga mampu menyiapkan strategi yang antisipatif, sehingga jalan tol tetap menjadi tulang punggung konektivitas nasional,” ujar Rivan.
SDM Jadi Fondasi Keberlanjutan Bisnis
Dalam acara Insight Talk 2025 bertajuk Menguatkan Pilar Ekonomi Lewat Infrastruktur: Membangun Bisnis Jalan Tol Tangguh di Masa Volatilitas Perekonomian, Rivan menekankan bahwa kunci keberhasilan industri jalan tol tidak hanya bergantung pada investasi fisik, melainkan juga pada kualitas sumber daya manusia (SDM).
Ia menjelaskan, peningkatan kapabilitas SDM menjadi fondasi penting untuk mendukung keberlanjutan industri. Tanpa tenaga kerja yang adaptif, inovatif, dan kompeten, keberlangsungan investasi jalan tol akan sulit diwujudkan.
Pernyataan Rivan diamini oleh Ketua Umum Himpunan Pengembangan Jalan Indonesia (HPJI), Hedy Rahadian. Menurutnya, penguatan bisnis jalan tol tidak cukup dilihat dari aspek finansial semata. Ada kebutuhan besar untuk memastikan SDM mampu mengelola infrastruktur secara efisien, modern, dan berkelanjutan.
“Kami memandang pentingnya peran SDM yang andal untuk memastikan keberlangsungan investasi jalan tol. Tanpa SDM yang adaptif dan kompeten, sulit bagi kita untuk menghadapi gejolak ekonomi sekaligus menjaga keberlanjutan pembangunan infrastruktur,” tegas Hedy.
Poin ini memperlihatkan bahwa pengembangan infrastruktur jalan tol sejatinya tidak dapat dipisahkan dari kualitas manusia yang mengoperasikan, memelihara, dan mengelola sistemnya.
Tantangan Pembiayaan Jangka Panjang
Selain persoalan SDM, tantangan lain yang disoroti adalah pembiayaan. Dirjen Pembiayaan Infrastruktur Pekerjaan Umum, Rachman Arief Dienaputra, menjelaskan bahwa sektor jalan tol memerlukan instrumen pendanaan jangka panjang agar proyek tetap feasible secara finansial.
Skema pembiayaan yang tepat diharapkan mampu menopang pembangunan, sekaligus menjaga kelayakan investasi meskipun terjadi fluktuasi ekonomi. Langkah ini juga dinilai penting agar pengembang jalan tol dapat terus memperluas jaringan tanpa mengorbankan kualitas layanan maupun stabilitas keuangan perusahaan.
Sementara itu, Anggota Badan Pengatur Jalan Tol Unsur Pemangku Kepentingan, Sony Sulaksono Wibowo, menambahkan perspektif lain. Ia menyoroti perlunya kebijakan jalan tol berbasis nilai tambah dan integrasi layanan.
Menurut Sony, sinergi antara jalan tol dan pembangunan wilayah menjadi faktor penting agar keberadaan tol tidak hanya sekadar jalur transportasi, tetapi juga pendorong daya saing nasional. Dengan begitu, keberadaan jalan tol bisa berfungsi ganda: memperlancar konektivitas sekaligus meningkatkan pertumbuhan ekonomi daerah.
Kolaborasi untuk Bisnis Jalan Tol yang Tangguh
Dari keseluruhan diskusi panel, terlihat bahwa masa depan industri jalan tol menuntut pendekatan menyeluruh. Bukan hanya soal menjaga operasional harian, tetapi juga tentang membangun sistem yang tahan banting terhadap volatilitas perekonomian.
Jasa Marga sebagai salah satu pemain utama di sektor ini dituntut tidak sekadar menjadi pengelola, tetapi juga inovator yang mampu menyesuaikan strategi bisnis dengan kondisi pasar. Untuk itu, kolaborasi dengan berbagai pihak—pemerintah, asosiasi, investor, hingga masyarakat pengguna—menjadi sangat penting.
Pemahaman komprehensif mengenai aspek bisnis jalan tol diharapkan mampu melahirkan strategi yang solid. Dengan cara ini, industri jalan tol bisa terus tumbuh, sekaligus memberikan manfaat optimal bagi konektivitas dan ekonomi nasional.
Jalan Tol Sebagai Pilar Pembangunan Nasional
Meskipun banyak tantangan, industri jalan tol tetap memegang peran vital bagi Indonesia. Sebagai penghubung wilayah dan tulang punggung mobilitas, keberadaan tol akan selalu dibutuhkan masyarakat.
Visi jangka panjang yang disampaikan oleh Jasa Marga dan para pemangku kepentingan menjadi sinyal bahwa bisnis jalan tol tidak akan berhenti di satu titik. Justru, momentum ini bisa dimanfaatkan untuk memperkuat sistem manajemen, meningkatkan kualitas SDM, memperluas pembiayaan inovatif, serta mengintegrasikan tol dengan pembangunan daerah.
Dengan langkah tersebut, diharapkan jalan tol tidak hanya berfungsi sebagai infrastruktur transportasi, tetapi juga sebagai pilar pembangunan nasional yang mendukung daya saing ekonomi Indonesia di tengah situasi global yang dinamis.