Emas

Harga Emas Melemah, Tapi Masih Ada Peluang Naik

Harga Emas Melemah, Tapi Masih Ada Peluang Naik
Harga Emas Melemah, Tapi Masih Ada Peluang Naik

JAKARTA - Harga emas diproyeksikan akan mengalami tekanan di awal pekan ini, namun peluang untuk kembali menguat tetap terbuka lebar. Para analis menilai, kombinasi dari ketegangan geopolitik hingga arah kebijakan bank sentral Amerika Serikat (The Fed) menjadi pemicu utama pergerakan emas dalam waktu dekat.

Pada penutupan perdagangan Jumat, 25 Juli 2025, harga emas dunia tercatat melemah 0,92% ke level US$ 3.337 per troy ounce. Angka ini masih berada di bawah rekor tertinggi sepanjang masa, yakni US$ 3.500 yang tercapai pada April lalu.

Ibrahim Assuaibi, analis komoditas keuangan, menyampaikan bahwa secara teknikal dan harian, harga emas memang masih cenderung melemah di awal pekan ini. “Namun, setelah itu, harga emas akan kembali naik ke US$ 3.357. Jika level itu tertembus, akan melaju ke US$ 3.380,” ujar Ibrahim.

Ia menambahkan bahwa faktor eksternal turut mempengaruhi pergerakan harga emas belakangan ini.

Faktor Geopolitik dan The Fed Jadi Penopang

Salah satu faktor penekan di awal pekan datang dari sentimen membaiknya hubungan dagang antara Amerika Serikat dan Uni Eropa. Ibrahim menyebutkan bahwa tarif impor antara kedua pihak berpotensi disepakati pada level 15%. “Sentimen inilah yang akan membuat harga emas menurun,” kata dia.

Namun menjelang pertemuan The Fed pada 29–30 Juli mendatang, harga emas diperkirakan berbalik arah dan kembali menguat. Terlebih setelah Presiden AS Donald Trump mengunjungi kantor The Fed dan mengadakan diskusi dengan Ketua The Fed Jerome Powell. Kunjungan ini menimbulkan spekulasi pasar akan kemungkinan penurunan suku bunga oleh bank sentral tersebut.

“Hal itu karena jika tetap pertahankan suku bunga, ada kemungkinan akan membuat Trump marah dan akan memercik harapan harga emas naik. Sebab, yang ditunggu oleh pasar adalah pernyataan Powell mengenai kondisi ekonomi AS pasca pemberlakuan tarif, terutama tarif aluminium yang di atas 50%,” jelas Ibrahim.

Walaupun belum ada kejelasan apakah suku bunga akan langsung diturunkan dalam pertemuan tersebut, Ibrahim menilai bahwa spekulasi terkait penurunan itu saja sudah cukup untuk menopang harga emas. Baik saat suku bunga dipertahankan maupun diturunkan, keduanya dianggap tetap memberi dorongan positif bagi logam mulia tersebut.

Ketegangan Global Masih Bayangi Pasar

Di luar faktor makroekonomi, tensi geopolitik global juga turut memberikan kontribusi besar terhadap pergerakan harga emas. Ibrahim menyoroti kondisi di Timur Tengah yang masih memanas, menyusul gagalnya kesepakatan gencatan senjata antara Israel dan Hamas.

“AS telah menarik diri dari perundingan tersebut, dan Hamas sendiri tidak menginginkan gencatan senjata karena ada poin yang merugikan mereka,” ungkapnya. Situasi ini, lanjut Ibrahim, membuka peluang konflik berkepanjangan yang bisa berdampak pada stabilitas kawasan.

Sementara di benua Eropa, konflik antara Rusia dan Ukraina juga belum menunjukkan tanda-tanda mereda. Walau telah dikenai berbagai sanksi dari AS dan Uni Eropa, Rusia tetap melakukan serangan. “Konflik geopolitik ini masih akan terus menopang harga emas tetap berada di level tinggi,” tegas Ibrahim.

Dengan melihat dinamika tersebut, pelaku pasar dan investor diimbau untuk mencermati berbagai perkembangan yang bisa mempengaruhi harga emas, baik dari sisi fundamental maupun geopolitik. Harga logam mulia ini memang sedang bergerak dinamis, namun masih menyimpan potensi menguat dalam waktu dekat jika sentimen global terus mendukung.

Rekomendasi

Index

Berita Lainnya

Index