JAKARTA - Awal tahun 2025 membuka babak baru bagi sektor pariwisata global. Dengan berakhirnya masa pandemi, tren perjalanan internasional mengalami pergeseran besar. Negara-negara yang selama ini bukan tujuan utama justru mencatat lonjakan kunjungan tertinggi. Dari data terbaru yang dirilis, 20 negara mencatat pertumbuhan signifikan dalam jumlah wisatawan selama kuartal pertama 2025, dengan kenaikan hingga lebih dari 50 persen.
Namun di sisi lain, Indonesia tak tampak dalam daftar tersebut. Hal ini tentu memunculkan pertanyaan tentang kesiapan dan daya saing sektor pariwisata nasional dalam era pascapandemi, terlebih saat negara-negara tetangga mulai menampilkan geliat yang kuat.
Paraguay, Brazil, dan Chile Unggul di Awal Tahun
Menariknya, negara dengan pertumbuhan wisatawan tertinggi justru bukan yang selama ini dominan di peta pariwisata global. Paraguay memimpin daftar dengan lonjakan 53 persen dibanding periode yang sama tahun sebelumnya. Peningkatan tajam ini didorong oleh keberhasilan promosi digital dan penguatan infrastruktur pariwisata yang dilakukan secara agresif.
Di bawahnya, Brazil dan Chile sama-sama mencatat pertumbuhan sebesar 48 persen. Keduanya memperkuat posisi Amerika Selatan sebagai wilayah yang kini kian menarik perhatian para pelancong dunia. Dengan keberagaman budaya dan lanskap alam yang menakjubkan, kawasan ini dinilai memiliki potensi yang belum tergarap maksimal sebelum pandemi.
The Gambia juga tampil mengejutkan dengan pertumbuhan 46 persen. Negara kecil di Afrika Barat ini mulai dikenal karena promosi budaya lokal yang konsisten serta stabilitas politik yang terjaga. Strategi ini terbukti berhasil menarik minat wisatawan, terutama dari kawasan Eropa.
Asia dan Timur Tengah Tampil Solid
Dari Asia, Vietnam mencatatkan pertumbuhan wisatawan sebesar 30 persen, menunjukkan pemulihan yang cepat dan strategi promosi yang berhasil. Jepang yang sempat menutup diri selama pandemi kini bangkit kembali, dengan peningkatan kunjungan sebesar 23 persen di awal 2025.
Israel juga mencatatkan angka pertumbuhan tinggi sebesar 31 persen, meskipun berada di kawasan yang kerap dilanda konflik. Hal ini menunjukkan bahwa daya tarik wisata tetap kuat ketika promosi dilakukan secara terarah dan sektor keamanan mampu dijaga.
Tak ketinggalan, Korea Selatan dan Iran juga masuk dalam daftar 20 negara dengan peningkatan wisatawan tertinggi, masing-masing mencatat pertumbuhan 14 persen. Kehadiran mereka menunjukkan bahwa kawasan Asia Barat dan Timur masih menjadi destinasi yang diperhitungkan oleh wisatawan dunia.
Afrika Utara, Balkan, dan Skandinavia Dilirik Wisatawan
Afrika Utara juga memperlihatkan performa yang solid. Mesir dan Maroko masing-masing mengalami kenaikan kunjungan sebesar 21 dan 22 persen. Kombinasi antara sejarah kuno, keindahan alam, dan strategi pemasaran digital menjadi kunci daya tarik kawasan ini.
Di Eropa Timur dan kawasan Balkan, North Macedonia mencatat pertumbuhan sebesar 22 persen. Negara ini menjadi incaran para wisatawan Eropa karena harga yang terjangkau, suasana yang tenang, serta budaya yang unik.
Selain itu, Malta, Lithuania, Latvia, dan Finlandia juga mencatat pertumbuhan antara 15 hingga 21 persen. Negara-negara ini menawarkan pengalaman berbeda dari keramaian destinasi utama di Eropa Barat. Tren ini menunjukkan bahwa wisatawan kini lebih tertarik pada tempat-tempat yang belum terlalu ramai dan menawarkan nuansa baru.
Palau dan Mongolia pun tak ketinggalan, masuk dalam daftar dengan pertumbuhan signifikan. Ini membuktikan bahwa wisatawan internasional mulai melirik destinasi dengan nuansa petualangan dan keaslian budaya yang masih terjaga.
Catatan untuk Indonesia: Waktunya Berbenah
Di tengah daftar negara dengan lonjakan wisatawan paling tinggi, absennya Indonesia menjadi catatan tersendiri. Padahal, secara potensi, Indonesia memiliki kekayaan alam dan budaya yang sangat mumpuni. Kondisi ini menjadi pengingat penting bahwa strategi pemulihan sektor pariwisata perlu terus diperkuat, baik dari sisi promosi, infrastruktur, hingga regulasi.
Negara-negara lain telah membuktikan bahwa inovasi dan konsistensi dalam pengembangan sektor pariwisata bisa memberikan hasil signifikan, bahkan dalam waktu singkat. Dengan momentum ini, Indonesia diharapkan bisa melakukan langkah konkret agar tak tertinggal dari tren pemulihan global.