IHSG Terkoreksi 0,7 Persen: Saham Perbankan Jadi Penekan Utama

Kamis, 06 Februari 2025 | 09:56:14 WIB
IHSG Terkoreksi 0,7 Persen: Saham Perbankan Jadi Penekan Utama

JAKARTA – Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) mengalami penurunan signifikan dalam perdagangan Rabu (5/2), tergelincir sebesar 0,7% atau 49,23 poin ke level 7.024,23. IHSG sebelumnya sempat menguat hingga mencapai posisi tertinggi di 7.079,46. Koreksi ini terutama disebabkan oleh pelemahan sejumlah saham di sektor perbankan, yang berlangsung kontributif dalam menekan indeks secara keseluruhan.

Sejumlah saham perbankan tercatat menduduki posisi utama dalam daftar Top Laggards IHSG di hari itu, menyebabkan tekanan berat pada bursa. PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (JK:BBRI) menjadi yang teratas dalam daftar ini, dengan harga saham yang merosot sebesar 2,82% dan menyumbang 18,44 poin terhadap penurunan IHSG. PT Bank Mandiri (Persero) Tbk (JK:BMRI) dan PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk (JK:BBNI) juga turut berkontribusi negatif, dengan penurunan masing-masing sebesar 2,64% atau 13,40 poin dan 4,26% atau 7,32 poin terhadap IHSG.

Menurut analisis pasar, tekanan terhadap saham-saham perbankan disinyalir akibat dari sentimen global yang kurang bersahabat dan kekhawatiran mengenai kondisi ekonomi domestik yang dapat mempengaruhi kinerja perbankan di masa depan. "Permintaan akan kredit yang stagnan dan tekanan profitabilitas menjadi beberapa alasan di balik performa saham perbankan di pasar saat ini," ujar seorang analis pasar modal yang ingin tetap anonim.

Namun di tengah tekanan sektor perbankan, ada beberapa saham yang menjadi penyelamat IHSG pada hari itu. Saham PT Amman Mineral Internasional Tbk (AMMN) justru menjadi penopang IHSG dengan kontribusi positif sebesar 11,21 poin. PT Pantai Indah Kapuk Dua Tbk (PANI) dan PT Bumi Resources Minerals Tbk (BRMS) menyusul di belakang, memberikan tambahan masing-masing 3,69 dan 2,07 poin indeks.

Meski ada dorongan dari sektor lain, aksi jual dari investor asing semakin menambah beban IHSG. Sepanjang hari perdagangan Rabu, investor asing mencatatkan aksi jual bersih atau net sell sebesar Rp490,49 miliar. Hal ini semakin memperburuk aliran modal keluar dari pasar modal Indonesia, yang telah mencapai angka Rp4,66 triliun sejak awal tahun 2023.

Aksi jual bersih dari investor asing menjadi perhatian serius bagi pasar modal Indonesia. Para ekonom memprediksi bahwa ini merupakan cerminan dari ketidakpastian global dan kekhawatiran terhadap stabilitas finansial Indonesia, meskipun ada berbagai langkah proaktif dari pemerintah untuk menjaga stabilitas ekonomi. "Arus keluar modal yang berkelanjutan ini perlu ditangani dengan strategi kebijakan yang kuat agar dapat memulihkan kepercayaan investor asing," ungkap Dr. James Gunawan, seorang ekonom dari universitas ternama di Jakarta.

Di tengah situasi yang menantang ini, investor domestik diharapkan bisa lebih selektif dalam berinvestasi, baik dalam saham unggulan maupun saham spekulatif, untuk menjaga portofolio tetap stabil. Berkesinambungannya aksi jual dari investor asing juga sepatutnya menjadi warning bagi pelaku usaha dan regulator untuk memperkuat basis ekonomi yang dapat diandalkan di dalam negeri.

Secara keseluruhan, pegerakan IHSG pekan ini menjadi refleksi dari dinamika pasar yang cukup kompleks, di mana banyak faktor eksternal dan internal mempengaruhi kinerja indeks. Reformasi struktural dan kebijakan fiskal yang proaktif menjadi jembatan untuk mendorong kestabilan pasar saham dan menarik kembali minat investor asing.

Terlepas dari itu, pelaku pasar perlu terus memantau perkembangan situasi global dan domestik untuk mengantisipasi segala kemungkinan yang dapat mempengaruhi investasi di tanah air. Dengan analisis yang teliti dan langkah yang tepat, diharapkan pasar dapat melalui periode ini dengan baik dan bangkit menuju kestabilan yang lebih baik di masa mendatang.

Terkini