Panas Bumi

Proyek Panas Bumi Muara Laboh Unit 2 Resmi Dimulai, Nilai Investasi Rp8 Triliun

Proyek Panas Bumi Muara Laboh Unit 2 Resmi Dimulai, Nilai Investasi Rp8 Triliun
Proyek Panas Bumi Muara Laboh Unit 2 Resmi Dimulai, Nilai Investasi Rp8 Triliun

JAKARTA - Indonesia kembali memperkuat langkah menuju masa depan energi bersih dengan dimulainya pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTP) Muara Laboh Unit 2. Proyek ini menjadi tonggak penting dalam upaya transisi energi nasional yang menekankan pemanfaatan sumber daya alam berkelanjutan.

PT Supreme Energy Muara Laboh (SEML), perusahaan patungan antara PT Supreme Energy, Sumitomo Corporation, dan Inpex Geothermal Ltd., secara resmi memulai pengembangan Unit 2 dengan kapasitas 80 megawatt (MW). Acara tajak sumur pertama digelar pada Kamis, 16 Oktober 2025, di Wilayah Kerja Panas Bumi (WKP) Liki Pinangawan Muara Laboh, Kabupaten Solok Selatan, Sumatra Barat.

Proyek Strategis Bernilai Rp8,12 Triliun

Investasi yang digelontorkan untuk pengembangan PLTP Muara Laboh Unit 2 mencapai US$490 juta atau sekitar Rp8,12 triliun, dengan asumsi kurs Rp16.577 per dolar AS. Angka ini menegaskan keseriusan investor dalam memperluas kontribusi energi terbarukan di Indonesia.

Dalam proyek tersebut, SEML merencanakan pengeboran enam hingga delapan sumur produksi dan sumur injeksi untuk memastikan kapasitas optimal pembangkit. Pembangunan ini diharapkan rampung pada akhir tahun 2027, sesuai dengan Amandemen Perjanjian Jual Beli Tenaga Listrik (PJBTL) atau Power Purchase Agreement (PPA) yang ditandatangani bersama PT PLN (Persero) pada 23 Desember 2024.

Manajemen SEML menjelaskan bahwa listrik yang dihasilkan dari PLTP Muara Laboh Unit 2 akan disalurkan melalui jaringan Sumatra Grid milik PLN. Langkah ini akan membantu memperkuat sistem kelistrikan di wilayah Sumatra sekaligus meningkatkan bauran energi terbarukan nasional.

Perusahaan memperkirakan proyek ini mampu memasok listrik bagi sekitar 435.000 rumah tangga di berbagai wilayah. Tidak hanya itu, pengoperasian Unit 2 juga akan menurunkan emisi karbon sekitar 460.000 ton CO₂ per tahun, sejalan dengan komitmen pemerintah dalam mencapai target Net Zero Emission 2060.

Kolaborasi Internasional dan Pendanaan Besar

Sebagai proyek energi skala besar, pendanaan PLTP Muara Laboh Unit 2 melibatkan kolaborasi lembaga keuangan internasional. Pada Januari 2025, SEML resmi menandatangani perjanjian pinjaman dengan konsorsium lembaga pembiayaan pembangunan.

Konsorsium tersebut terdiri atas Japan Bank for International Cooperation (JBIC), Asian Development Bank (ADB), Mizuho Bank, Ltd., Sumitomo Mitsui Banking Corporation (SMBC), MUFG Bank, Ltd., dan Hyakugo Bank, Ltd., dengan dukungan asuransi dari Nippon Export and Investment Insurance (NEXI).

Keterlibatan lembaga-lembaga besar ini mencerminkan tingginya kepercayaan terhadap potensi pengembangan energi panas bumi di Indonesia. Selain memberikan manfaat ekonomi, proyek ini juga memperkuat kerja sama strategis antara Indonesia dan Jepang di bidang energi berkelanjutan.

Untuk mendukung pelaksanaan teknis, SEML menunjuk PT Plumpang Raya Anugerah sebagai kontraktor pemboran. Sementara itu, pekerjaan Engineering, Procurement, and Construction (EPC) akan dikerjakan oleh konsorsium yang terdiri dari Sumitomo Corporation, PT Inti Karya Persada Tehnik, dan PT Wasa Mitra Engineering.

Adapun peralatan utama, seperti turbin dan generator, akan dipasok oleh Fuji Electric, perusahaan asal Jepang yang dikenal sebagai penyedia teknologi efisien dan ramah lingkungan.

Dampak Ekonomi dan Sosial bagi Masyarakat

Proyek PLTP Muara Laboh Unit 2 tidak hanya memberikan manfaat dari sisi energi, tetapi juga ekonomi dan sosial bagi masyarakat sekitar. Pihak perusahaan menyebutkan bahwa pengembangan Unit 2 akan menciptakan lapangan kerja bagi sekitar 1.500 orang selama fase konstruksi.

Selain itu, proyek ini juga membuka peluang bagi pengusaha lokal untuk terlibat dalam penyediaan barang dan jasa pendukung kegiatan konstruksi. Hal ini diharapkan mampu memberikan dampak ekonomi berkelanjutan di wilayah Solok Selatan dan sekitarnya.

SEML juga menegaskan bahwa proyek panas bumi tersebut akan memberikan kontribusi signifikan kepada pemerintah daerah melalui pembayaran royalti dan bonus produksi. Pemasukan ini dapat digunakan untuk meningkatkan pembangunan infrastruktur dan layanan publik di tingkat lokal.

Rekam Jejak dan Komitmen Supreme Energy

PLTP Muara Laboh Unit 1 sebelumnya telah beroperasi sejak 16 Desember 2019 dengan kapasitas 85 MW dan secara konsisten memasok listrik untuk sistem PLN. Proyek Unit 1 menjadi bukti nyata keberhasilan Supreme Energy dalam mengelola potensi panas bumi secara efisien dan berkelanjutan.

Keberhasilan Unit 1 mendorong percepatan pengembangan Unit 2 yang kini tengah berjalan. Dengan tambahan kapasitas 80 MW, total produksi energi dari wilayah Muara Laboh akan mencapai 165 MW, menjadikannya salah satu pembangkit panas bumi terbesar di Sumatra.

Selain proyek di Muara Laboh, Supreme Energy juga mengembangkan PLTP Rantau Dedap di Sumatra Selatan dengan kapasitas 91,2 MW, yang telah mencapai Commercial Operation Date (COD) pada 26 Desember 2021.

Proyek Rantau Dedap dikembangkan oleh PT Supreme Energy Rantau Dedap (SERD), perusahaan patungan antara PT Supreme Energy Sriwijaya, Marubeni Corporation, Tohoku Electric Power, Inpex Geothermal Ltd., dan PT Energia Prima Persada.

Kedua proyek ini menunjukkan komitmen Supreme Energy dalam memperluas kapasitas energi terbarukan nasional. Dengan dukungan investor global dan teknologi mutakhir, perusahaan berharap dapat terus memperkuat kontribusinya dalam mencapai target bauran energi bersih Indonesia.

Harapan terhadap Masa Depan Energi Panas Bumi Indonesia

Panas bumi menjadi salah satu sumber energi terbarukan paling potensial di Indonesia. Dengan cadangan terbesar kedua di dunia, Indonesia memiliki peluang besar untuk memanfaatkan sumber daya ini sebagai pilar utama ketahanan energi nasional.

Pengembangan PLTP Muara Laboh Unit 2 menjadi contoh konkret dari bagaimana kolaborasi pemerintah, swasta, dan mitra internasional dapat menghasilkan proyek yang bernilai strategis. Selain meningkatkan kapasitas energi bersih, proyek ini juga memperkuat posisi Indonesia dalam transisi menuju ekonomi rendah karbon.

Dalam jangka panjang, keberhasilan proyek seperti ini diharapkan mampu menarik lebih banyak investasi asing ke sektor energi hijau Indonesia. Selain mendukung pertumbuhan ekonomi, langkah ini juga berperan penting dalam menjaga keberlanjutan lingkungan dan menciptakan masa depan energi yang lebih bersih untuk generasi mendatang.

Rekomendasi

Index

Berita Lainnya

Index