JAKARTA - Petani kelapa sawit di Provinsi Jambi kembali mendapatkan kabar baik pada pertengahan Oktober 2025. Harga Tandan Buah Segar (TBS) sawit untuk periode 17–23 Oktober 2025 tercatat mengalami kenaikan yang cukup signifikan dibanding pekan sebelumnya.
Kenaikan ini memberi angin segar bagi petani di tengah fluktuasi harga komoditas global yang masih dipengaruhi kondisi geopolitik dan permintaan ekspor yang belum stabil. Harga TBS sawit usia 10–20 tahun, yang menjadi acuan utama penentuan harga, naik sebesar Rp18,39 per kilogram, sehingga kini berada di level Rp3.666,86/kg.
Kondisi ini menegaskan bahwa sektor perkebunan kelapa sawit di Jambi tetap memiliki daya tahan tinggi. Kenaikan harga juga diharapkan dapat memperkuat pendapatan petani dan mendorong kembali aktivitas ekonomi di tingkat desa.
Rincian Lengkap Harga TBS Sawit Berdasarkan Umur Tanaman
Kenaikan harga TBS sawit di Jambi berlaku untuk seluruh kategori umur tanaman. Berikut rincian harga TBS sawit berdasarkan kelompok umur yang berlaku mulai 17 hingga 23 Oktober 2025.
Umur Tanaman (Tahun) | Harga (Rp/kg) |
---|---|
3 Tahun | 2.850,47 |
4 Tahun | 3.055,88 |
5 Tahun | 3.195,52 |
6 Tahun | 3.328,29 |
7 Tahun | 3.412,12 |
8 Tahun | 3.485,79 |
9 Tahun | 3.553,72 |
10–20 Tahun | 3.666,86 |
21–24 Tahun | 3.559,03 |
25 Tahun | 3.400,31 |
Kenaikan harga terbesar dirasakan oleh kelompok tanaman produktif berumur 10–20 tahun. Kelompok umur ini memang menjadi tulang punggung produksi sawit di Jambi karena menghasilkan rendemen minyak yang paling tinggi.
Sementara itu, harga untuk tanaman di atas 20 tahun mulai mengalami sedikit penurunan karena faktor produktivitas yang menurun. Meski begitu, tren kenaikan harga TBS di semua kategori menunjukkan kondisi pasar sawit yang tetap stabil.
Kinerja Harga CPO dan Kernel Ikut Menguat
Tak hanya harga TBS sawit, harga Crude Palm Oil (CPO) dan kernel juga menunjukkan pergerakan positif pada periode ini. Harga CPO ditetapkan sebesar Rp14.516,49/kg, sementara harga kernel berada di level Rp13.325,54/kg.
Dengan indeks K sebesar 94,52%, penetapan harga tersebut menggambarkan kondisi pasar yang relatif sehat di tingkat pabrik dan eksportir. Peningkatan harga CPO ini menjadi salah satu faktor utama pendorong naiknya harga TBS sawit di tingkat petani.
Faktor lain yang turut memengaruhi adalah kenaikan harga minyak nabati global yang masih dipicu oleh ketegangan geopolitik di beberapa negara produsen besar. Selain itu, permintaan dari pasar India dan Tiongkok juga mulai meningkat menjelang musim dingin.
Kombinasi dari faktor domestik dan internasional ini memperkuat keyakinan bahwa harga sawit di Jambi masih berpotensi untuk naik dalam beberapa pekan mendatang.
Dampak Positif bagi Petani dan Ekonomi Daerah
Kenaikan harga sawit di Jambi tentu membawa dampak positif yang signifikan bagi petani dan perekonomian daerah. Peningkatan harga TBS berarti meningkatnya pendapatan petani yang selama ini bergantung pada hasil kebun sawit.
Dengan rata-rata produktivitas sekitar 20 ton TBS per hektare per tahun, petani kini bisa mendapatkan tambahan pendapatan yang cukup besar dari selisih harga per kilogram. Kondisi ini dapat memperkuat daya beli masyarakat di pedesaan dan mendorong pertumbuhan ekonomi lokal.
Selain itu, kenaikan harga sawit juga berdampak langsung terhadap sektor pendukung lainnya seperti transportasi, pengolahan hasil, hingga sektor jasa dan perdagangan di daerah penghasil sawit.
Para petani berharap tren positif ini dapat bertahan hingga akhir tahun, terutama menjelang musim panen besar yang biasanya terjadi pada November hingga Desember.
Perbandingan dengan Periode Sebelumnya dan Harapan ke Depan
Jika dibandingkan dengan periode sebelumnya, harga TBS sawit di Jambi menunjukkan tren kenaikan yang konsisten dalam tiga pekan terakhir. Pada pekan pertama Oktober, harga rata-rata TBS masih berada di kisaran Rp3.620/kg.
Peningkatan sebesar Rp18,39/kg dalam satu pekan mencerminkan adanya perbaikan permintaan dan efisiensi distribusi dari kebun ke pabrik kelapa sawit. Para pelaku industri menilai, jika tren ini terus berlanjut, harga TBS bisa menembus level Rp3.700/kg pada awal November 2025.
Pemerintah daerah dan lembaga pengelola harga di Jambi terus mendorong agar transparansi dalam penetapan harga sawit tetap terjaga. Hal ini penting agar petani kecil mendapatkan nilai jual yang adil dan tidak dirugikan oleh permainan harga di tingkat tengkulak atau perusahaan.
Selain itu, langkah strategis dalam memperbaiki rantai pasok dan meningkatkan kualitas hasil panen juga menjadi fokus utama untuk menjaga daya saing komoditas sawit asal Jambi.
Sawit Tetap Jadi Komoditas Andalan Jambi
Kelapa sawit hingga kini masih menjadi salah satu komoditas utama yang menopang perekonomian Provinsi Jambi. Ribuan petani menggantungkan hidupnya pada sektor ini, baik sebagai pekebun rakyat maupun pekerja di industri pengolahan.
Dengan luas perkebunan sawit mencapai ratusan ribu hektare, kontribusinya terhadap Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Jambi terus meningkat setiap tahun. Kondisi ini menjadikan harga sawit sebagai faktor yang sangat penting dalam menjaga stabilitas ekonomi daerah.
Kenaikan harga yang terjadi pada pertengahan Oktober ini pun disambut positif oleh asosiasi petani dan pelaku industri. Mereka menilai, momentum ini bisa menjadi kesempatan untuk memperkuat komitmen terhadap praktik sawit berkelanjutan yang ramah lingkungan.
Dengan kebijakan pemerintah yang mendukung dan pasar global yang mulai pulih, prospek sawit Jambi pada akhir tahun 2025 diprediksi akan tetap cerah.
Harapan Petani di Tengah Optimisme Pasar
Kenaikan harga TBS sawit di Jambi menjadi bukti bahwa pasar masih merespons positif terhadap permintaan minyak nabati dunia. Petani berharap pemerintah tetap menjaga kestabilan harga melalui pengawasan dan kebijakan distribusi yang adil.
Meski tantangan ke depan masih ada, terutama dari sisi ekspor dan isu lingkungan, namun sektor sawit tetap menjadi penopang utama perekonomian daerah. Dengan kerja sama antara petani, pengusaha, dan pemerintah, industri sawit Jambi diharapkan terus tumbuh berkelanjutan dan menyejahterakan masyarakat.