Sembako

Update Harga Sembako di Kota Yogyakarta pada Selasa, 7 Oktober 2025, Bawang Putih Tetap Stabil

Update Harga Sembako di Kota Yogyakarta pada Selasa, 7 Oktober 2025, Bawang Putih Tetap Stabil
Update Harga Sembako di Kota Yogyakarta pada Selasa, 7 Oktober 2025, Bawang Putih Tetap Stabil

JAKARTA - Harga sembako di Kota Yogyakarta pada Selasa, 7 Oktober 2025, menunjukkan perubahan yang beragam. Beberapa komoditas turun, sementara yang lain mengalami kenaikan, sehingga mempengaruhi budgeting harian masyarakat.

Data PIHPS mencatat, cabai merah besar turun dari Rp48.000 menjadi Rp46.750 per kilogram. Penurunan ini terjadi setelah sebelumnya mengalami kenaikan dua kali dalam sepekan terakhir, menunjukkan fluktuasi harga yang cukup dinamis.

Sebaliknya, cabai merah keriting naik dari Rp55.000 menjadi Rp57.000 per kilogram. Tren kenaikan juga terlihat pada telur ayam ras segar, yang naik tipis dari Rp28.500 menjadi Rp28.750 per kilogram.

Rincian Perubahan Harga Sembako

Selain cabai dan telur, beberapa komoditas lain juga mengalami pergeseran harga. Bawang merah ukuran sedang dijual Rp38.750 per kilogram, bawang putih Rp39.500 per kilogram, sedangkan beras kualitas medium I dipatok Rp14.900 per kilogram.

Daging ayam ras segar tercatat Rp35.750 per kilogram, sedangkan daging sapi kualitas 1 tetap tinggi di Rp140.000 per kilogram. Gula pasir kualitas premium berada di Rp18.250 per kilogram, sementara minyak goreng curah dijual Rp18.150 per liter.

Data Bapanas justru menyoroti kenaikan harga cabai merah besar dari Rp48.571 menjadi Rp50.714 per kilogram. Selain itu, cabai rawit merah naik dari Rp34.286 menjadi Rp36.429, dan telur ayam ras dari Rp27.625 menjadi Rp28.000 per kilogram.

Perubahan harga ini dipantau secara harian di Pasar Beringharjo dan Kranggan, serta dirilis tiap pukul 13.00 WIB oleh PIHPS dan Bapanas. Masyarakat dianjurkan memantau harga harian untuk menyesuaikan pengeluaran.

Faktor Penyebab Fluktuasi Harga

Fluktuasi harga sembako dipengaruhi beberapa faktor. Menurut kajian ekonomi, ketidakseimbangan antara permintaan dan penawaran menjadi penyebab utama. Permintaan masyarakat terus meningkat seiring pertumbuhan populasi, sementara pasokan bahan pokok sering terbatas.

Faktor alam juga memengaruhi produksi. Musim hujan bisa merusak panen cabai, mengurangi stok, dan mendorong harga melonjak. Sebaliknya, musim kemarau memungkinkan panen melimpah, sehingga harga menurun.

Selain produksi, distribusi juga memengaruhi harga. Proses distribusi yang panjang atau rumit menyebabkan biaya tambahan, sehingga harga di pasaran naik. Jumlah pedagang juga berperan; persaingan tinggi cenderung menahan harga, sementara sedikit pedagang bisa menetapkan harga lebih ekstrem.

Kondisi ini membuat harga sembako di Jogja terkadang berbeda antara pasar satu dengan yang lain. Masyarakat harus lebih cermat dalam memantau informasi harga agar pengeluaran tetap efisien.

Fluktuasi harga bukan hanya soal ekonomi rumah tangga, tapi juga terkait kebijakan pemerintah dalam menjaga stabilitas pangan. Pemantauan rutin dan intervensi bila diperlukan bisa membantu menstabilkan harga bahan pokok.

Dengan kondisi harga yang berubah-ubah, masyarakat disarankan untuk merencanakan belanja secara lebih strategis. Belanja sesuai kebutuhan dan memanfaatkan stok bisa membantu menghadapi kenaikan harga yang mendadak.

Selain itu, pemahaman terhadap faktor penyebab fluktuasi harga membantu konsumen lebih bijak. Kesadaran ini penting agar tidak mudah panik saat harga tiba-tiba naik atau turun.

Harga sembako yang fluktuatif di Jogja mencerminkan dinamika pasar yang kompleks. Dari cabai hingga minyak goreng, setiap komoditas memiliki faktor risiko yang berbeda, termasuk produksi, distribusi, dan jumlah pedagang.

Pemantauan harian PIHPS dan Bapanas menjadi rujukan bagi masyarakat dan pemerintah untuk mengambil keputusan strategis. Data yang akurat membantu memprediksi tren harga dan merencanakan kebijakan stabilisasi pangan.

Meski sebagian komoditas naik dan turun, tren mingguan dapat memberikan gambaran umum. Misalnya, cabai merah besar sempat naik dua kali dalam seminggu sebelum turun, sedangkan cabai merah keriting menunjukkan tren kenaikan berkelanjutan.

Stabilitas harga bahan pokok penting untuk menjaga daya beli masyarakat. Pemerintah dan pedagang perlu berkolaborasi agar distribusi lancar, produksi aman, dan harga tetap terkendali.

Dengan pemahaman tentang faktor-faktor yang memengaruhi harga sembako, masyarakat Jogja dapat lebih siap menghadapi perubahan harga harian. Perencanaan belanja dan pemanfaatan stok menjadi kunci menjaga pengeluaran tetap terkendali.

Rekomendasi

Index

Berita Lainnya

Index