Sembako

Menjelang Iduladha, Permintaan Sembako Masih Lesu di Pasar Tradisional

Menjelang Iduladha, Permintaan Sembako Masih Lesu di Pasar Tradisional
Menjelang Iduladha, Permintaan Sembako Masih Lesu di Pasar Tradisional

JAKARTA - Menjelang Hari Raya Iduladha yang tinggal menghitung hari, pasar-pasar tradisional di Jayapura belum menunjukkan peningkatan signifikan dalam permintaan kebutuhan pokok atau sembako. Kondisi ini menjadi kekhawatiran tersendiri bagi para pedagang yang berharap momentum hari besar keagamaan dapat mendongkrak penjualan mereka.

Pantauan di Pasar Sentral Hamadi, salah satu pasar tradisional terbesar di Jayapura, pada Selasa (27/5), menunjukkan bahwa aktivitas jual beli sembako masih terbilang sepi. Para pembeli datang hanya untuk membeli barang yang memang sudah habis atau sangat dibutuhkan, bukan lagi untuk berbelanja dalam jumlah besar seperti sebelum pandemi Covid-19.

“Pembeli sekarang belanja sesuai kebutuhan. Kalau ada barang yang habis baru mereka beli, beda dengan dulu sebelum pandemi. Dulu, orang belanja bisa untuk stok satu bulan, beli berbagai jenis sembako sekaligus,” ungkap Ariani, salah satu penjual sembako di Pasar Sentral Hamadi.

Kondisi ini tentu berbeda dari tahun-tahun sebelumnya di mana menjelang Iduladha biasanya terjadi lonjakan permintaan terhadap kebutuhan pokok. Meski sempat berharap adanya peningkatan permintaan seiring perayaan keagamaan, para pedagang kini harus realistis dengan situasi ekonomi yang masih belum sepenuhnya pulih.

Selain menurunnya daya beli masyarakat, harga sejumlah kebutuhan pokok juga mengalami kenaikan dalam beberapa waktu terakhir. Hal ini semakin membebani konsumen dan berdampak langsung terhadap perilaku belanja mereka.

Berikut ini daftar harga sembako di Pasar Sentral Hamadi per 27 Mei 2025:

Beras merek 99: Rp18.000/kg

Beras kiriman Makassar: Rp15.000/kg

Gula pasir: Rp19.000/kg

Minyakita: Rp18.000/liter

Tepung terigu merek Gatot Kaca: Rp12.000/kg

Kenaikan harga ini dinilai juga turut memperlambat laju penjualan, karena masyarakat cenderung lebih berhati-hati dalam mengatur pengeluaran mereka.

Andi, penjual sembako lainnya di pasar yang sama, mengakui bahwa strategi dagangnya kini berubah total. Ia lebih selektif dalam memilih stok barang dagangan agar tidak mengalami kerugian akibat barang tidak laku.

“Sekarang kita lihat apa saja yang paling dicari pembeli, itu yang kita stok. Supaya bisa cepat habis dan uangnya bisa mutar lagi,” jelasnya.

Lebih lanjut, Andi menambahkan bahwa keuntungan besar bukan lagi menjadi prioritas utama, melainkan kelangsungan usaha di tengah situasi ekonomi yang tidak menentu.

“Yang penting usaha jalan terus, walau untung sedikit tidak apa-apa. Kalau kita terlalu kejar untung tapi barang tidak laku, bisa rugi besar. Apalagi yang punya utang di bank, harus benar-benar hati-hati,” tambahnya.

Kondisi serupa juga dirasakan pedagang di Pasar Youtefa Abepura. Menurut Ruslan, salah satu penjual sembako di pasar tersebut, tren belanja masyarakat telah bergeser, tidak hanya karena faktor ekonomi, tetapi juga karena persaingan dengan ritel modern yang kian menjamur.

“Sekarang banyak toko sembako dan minimarket di pinggir jalan. Banyak orang lebih memilih belanja di sana, mungkin karena dekat dari rumah atau karena promo-promo menarik. Jadi pasar tradisional makin kalah bersaing,” ungkap Ruslan.

Ia juga menyoroti dampak dari melemahnya daya beli masyarakat, yang secara langsung mempengaruhi omzet pedagang tradisional.

“Perekonomian sedang lesu. Orang-orang sekarang banyak yang mikir dua kali sebelum belanja, apalagi untuk belanja dalam jumlah besar,” pungkasnya.

Fenomena lesunya permintaan sembako menjelang Iduladha ini menjadi tantangan tersendiri, terutama bagi para pelaku usaha kecil dan menengah (UKM) yang bergantung pada momen-momen besar untuk meningkatkan pendapatan mereka. Dengan meningkatnya persaingan dari sektor ritel modern dan naiknya harga barang pokok, pasar tradisional dituntut untuk beradaptasi dan berinovasi agar tetap bertahan.

Sementara itu, belum ada intervensi signifikan dari pemerintah daerah atau dinas terkait untuk mendukung penjualan di pasar tradisional menjelang hari raya. Para pedagang berharap ada langkah nyata, seperti subsidi harga, promosi pasar, atau kampanye belanja di pasar tradisional agar roda ekonomi rakyat kecil tetap berputar.

Rekomendasi

Index

Berita Lainnya

Index