Jaga Kesehatan Mental

Tips Menjadi Teman Curhat yang Peduli tapi Tetap Jaga Kesehatan Mental

Tips Menjadi Teman Curhat yang Peduli tapi Tetap Jaga Kesehatan Mental
Tips Menjadi Teman Curhat yang Peduli tapi Tetap Jaga Kesehatan Mental

JAKARTA - Menjadi teman yang siap mendengar curhatan teman memang mulia, tetapi tidak jarang menguras energi mental. Psikolog klinis sekaligus co-founder platform konseling KALM, Karina Negara, M.Psi., menekankan pentingnya mengenali kapasitas diri sebelum menerima curhat dari orang lain.

Dalam talkshow “Beauty That Moves” yang digelar L’Oreal Indonesia di Jakarta, Senin (13/10/2025), Karina mencontohkan bahwa batasan diri menjadi kunci agar kesehatan mental tetap terjaga. Ia menyarankan agar seseorang memeriksa kondisi mental dan fisik terlebih dahulu sebelum benar-benar menempatkan diri sebagai pendengar.

Periksa Kondisi Mental dan Fisik Sebelum Mendengar Curhat

Sebelum mengiyakan permintaan teman untuk berbagi keluh kesah, pertimbangkan apakah mentalmu siap menghadapi masalah yang akan disampaikan. Karina menambahkan bahwa fisik yang lelah juga dapat membuat proses mendengar menjadi tidak optimal dan berisiko menimbulkan stres bagi pendengar maupun teman yang curhat.

Sebagai contoh, Karina pernah memiliki jadwal konseling sejak pagi, namun membatalkan sesi berikutnya ketika menerima kabar duka. Ia menekankan, “Kalau aku paksa konseling padahal lagi sedih, malah konselingnya nggak bagus,” prinsip yang bisa diterapkan saat mendampingi teman curhat.

Cara Menolak dengan Bijak Tanpa Mengurangi Empati

Menolak teman curhat tidak berarti mengabaikan mereka. Karina menyarankan untuk menawarkan waktu lain yang lebih memungkinkan, misalnya malam hari atau akhir pekan, agar pendengar dapat hadir sepenuhnya secara mental dan emosional.

Kalau terdengar situasi teman cukup genting atau mengerikan, jangan ragu untuk keluar dari rutinitas sejenak. Langkah ini menunjukkan empati sekaligus menjaga kesehatan mental agar tidak terbebani berlebihan.

Komunikasi yang Jelas dan Batasan yang Sehat

Kunci agar hubungan tetap harmonis adalah komunikasi yang jujur dan transparan. Seseorang bisa berkata, “Sekarang aku lagi tidak bisa, tapi nanti malam atau besok kita bisa duduk bareng supaya aku bisa mendengar lebih baik,” kata Karina.

Menetapkan batasan tidak mengurangi kepedulian. Sebaliknya, dengan batasan yang jelas, teman yang curhat akan merasakan bahwa pendengar hadir dengan penuh perhatian tanpa membuat dirinya kewalahan.

Empati yang Berkelanjutan: Menjadi Pendengar Sehat

Menjadi teman curhat yang baik bukan berarti harus selalu siap setiap saat. Memahami kapasitas diri dan merawat kesehatan mental akan membuat kemampuan mendengar lebih efektif dan berkelanjutan.

Disarankan untuk rutin mengecek kondisi mental, mengambil jeda ketika diperlukan, dan memastikan bahwa interaksi curhat tidak menimbulkan stres tambahan. Cara ini membantu pendengar tetap stabil dan teman tetap merasa didukung.

Manfaat Menetapkan Batasan dalam Hubungan Sosial

Batasan yang sehat membantu seseorang tetap empatik sekaligus menjaga energi pribadi. Dengan batasan, teman curhat akan lebih menghargai waktu dan perhatian yang diberikan, sementara pendengar tetap dapat menjaga kesejahteraan mentalnya.

Selain itu, penerapan batasan mengajarkan teman untuk mandiri dalam mengelola emosi dan tidak sepenuhnya bergantung pada orang lain. Pendekatan ini membantu hubungan lebih sehat dan berkelanjutan dalam jangka panjang.

Keseimbangan Antara Empati dan Perawatan Diri

Menjadi teman curhat yang baik membutuhkan keseimbangan antara empati dan menjaga kesehatan mental sendiri. Memeriksa kondisi fisik dan mental sebelum menerima curhat, menetapkan batasan, dan menolak dengan bijak adalah langkah penting yang harus diterapkan.

Dengan strategi ini, interaksi sosial tetap harmonis, teman yang curhat merasa didengar, dan pendengar dapat menjaga kesehatan mentalnya. Kesadaran akan batasan diri akan menciptakan hubungan yang lebih sehat, berkelanjutan, dan saling mendukung.

Rekomendasi

Index

Berita Lainnya

Index