JAKARTA - PT Adhi Karya Tbk (ADHI) mengumumkan rencana penggabungan (merger) dengan Brantas Abipraya dan Nindya Karya. Langkah ini dilakukan di tengah penggarapan proyek LRT Jabodebek tahap II.
Direktur Utama Adhi Karya, Entus Asnawi Mukhson, menyatakan persiapan menuju merger sudah berjalan, termasuk pemetaan proyek masing-masing entitas ke depan. “Integrasi ini bukan pilihan, tetapi keniscayaan untuk memperbaiki kinerja keuangan, daya saing, dan pengelolaan kompetensi,” jelas Entus dalam Public Expose Live 2025 BEI.
Proyek LRT Jabodebek Tahap II Tetap Berlanjut
Proyek LRT Jakarta, Bogor, Depok, dan Bekasi (Jabodebek) tahap II tetap dilanjutkan setelah koordinasi dengan Dirjen Perkeretaapian. Pembangunan mengikuti Peraturan Presiden Nomor 98 Tahun 2015.
Adhi Karya saat ini tengah mencari sumber pendanaan untuk tahap II, sementara tahap I telah diserahterimakan. Biaya pembangunan LRT tahap I mencapai Rp 25,5 triliun, dengan pembayaran Rp 23,2 triliun sudah diterima Adhi Karya. Estimasi pendanaan tahap II diproyeksikan serupa dengan tahap I.
Entus menambahkan, pihaknya sedang meninjau opsi pendanaan yang lebih melibatkan pihak swasta maupun kerjasama dengan PT KAI untuk mendukung proyek tahap kedua.
Kepemilikan dan Kontrak Baru ADHI
Sejak April 2025, Adhi Karya berada di bawah Badan Pengelola Investasi Daya Anagata Nusantara (BPI Danantara). Komposisi saham saat ini 64% Danantara dan 36% publik.
Hingga Juli 2025, perseroan memperoleh kontrak baru senilai Rp 3,8 triliun. Rinciannya: 85% konstruksi, 9% rumah sakit dan properti, 2% manufaktur, dan 4% investasi serta konsesi. Sumber pendanaan kontrak berasal dari 44% BUMN, 22% APBN/APBD, 16% swasta, dan 1% pinjaman.
Beberapa proyek berjalan termasuk CHF ICB PTBA senilai Rp 609,8 miliar, FEED OLNG Inpex Masela Rp 60 miliar, serta kontrak Hybrid Wind Tree Probowangi Rp 4,8 miliar yang sudah selesai.
Lima Strategi Utama hingga Akhir 2025
Adhi Karya menyiapkan lima strategi utama untuk meningkatkan kinerja. Pertama, fokus refocusing kontrak infrastruktur pada sektor BUMN/D dan swasta, termasuk hilirisasi industri.
Kedua, menyelesaikan masalah asset & liability mismatch untuk meningkatkan likuiditas dan menekan beban bunga. Ketiga, optimalisasi biaya overhead melalui efisiensi operasional dan digitalisasi proses berbasis ERP.
Keempat, memperkuat implementasi prinsip Environmental, Social, and Governance (ESG) untuk memaksimalkan peluang bisnis berbasis lingkungan. Kelima, komitmen pemenuhan kewajiban melalui proyek baru dan rencana aksi korporasi yang terstruktur.
Kinerja ADHI Paruh Pertama 2025
Adhi Karya mencatat penurunan kinerja di semester pertama 2025. Laba bersih ADHI sebesar Rp 7,54 miliar, turun 45,24% dibandingkan Rp 13,77 miliar di periode sama 2024.
Pendapatan usaha ADHI turun 32,89% menjadi Rp 3,81 triliun dari Rp 5,68 triliun. Sumber pendapatan: konstruksi Rp 3,11 triliun, properti dan pelayanan Rp 176,55 miliar, manufaktur Rp 383,26 miliar, dan investasi serta konsesi Rp 136,14 miliar.
Dengan pendapatan menyusut, ADHI menekan beban pokok pendapatan menjadi Rp 3,23 triliun, turun dari Rp 5,15 triliun sebelumnya.