Kemenkes

Kemenkes Tegaskan Perlunya Lindungi Generasi Muda dari Ancaman Rokok Elektronik

Kemenkes Tegaskan Perlunya Lindungi Generasi Muda dari Ancaman Rokok Elektronik
Kemenkes Tegaskan Perlunya Lindungi Generasi Muda dari Ancaman Rokok Elektronik

JAKARTA - Kementerian Kesehatan Republik Indonesia kembali menegaskan urgensi perlindungan generasi muda dari bahaya rokok, khususnya rokok elektronik yang kini menjadi tren di kalangan remaja. Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tidak Menular (P2PTM) Kemenkes, dr. Siti Nadia Tarmizi, menyatakan bahwa rokok elektronik menjadi ancaman serius karena pemasaran yang masif dan menyasar anak-anak muda.

“Sekarang isu di perokok pemula atau remaja itu lebih pada bagaimana kita membentengi anak-anak kita, terutama terhadap rokok elektronik,” kata Siti Nadia dalam peluncuran kampanye RAW (Resilient, Awesome, Wise) yang diselenggarakan oleh Jalin Foundation di Jakarta.

Menurut Siti Nadia, saat ini produsen rokok aktif memanfaatkan daya tarik rokok elektronik dengan berbagai pilihan rasa yang menarik bagi anak muda. Faktor inilah yang menjadi celah bagi peningkatan konsumsi di kalangan generasi muda, bahkan anak-anak.

“Karena dengan rokok elektronik itu perisa rasanya saja itu bisa lebih banyak ketimbang rokok konvensional, dan itu kan lebih mudah untuk kemudian mempromosikannya,” jelasnya.

Rokok Elektronik: Ancaman Baru Kesehatan Remaja

Rokok elektronik atau vape sering dipersepsikan sebagai alternatif yang lebih aman dibanding rokok biasa. Namun, menurut berbagai penelitian kesehatan, rokok elektronik tetap mengandung nikotin serta zat adiktif lainnya yang berdampak buruk bagi perkembangan otak remaja dan meningkatkan risiko kecanduan di usia muda.

Data Global Youth Tobacco Survey (GYTS) juga mencatat tren peningkatan penggunaan rokok elektronik oleh remaja Indonesia dalam beberapa tahun terakhir. Hal ini diperburuk oleh kurangnya regulasi ketat terhadap penjualan dan iklan rokok elektronik di berbagai platform digital yang mudah diakses anak muda.

Pendekatan Baru: Gaya Hidup Sehat Sebagai Solusi

Ketua Tim Kerja Pengendalian Penyakit Akibat Tembakau (PPAT), Benget Saragih, menambahkan bahwa pendekatan dalam mengedukasi generasi muda perlu diubah dari sekadar larangan menjadi ajakan untuk menjalani gaya hidup sehat.

“Pendekatan harus diubah. Jangan sampaikan kalau rokok itu berbahaya. Tapi sampaikan bahwa hidup itu harus sehat. Bergerak, olahraga, makan yang sehat, tidak merokok,” tegas Benget.

Ia menilai bahwa pendekatan yang bersifat persuasif dan membangun kesadaran lebih efektif dibandingkan cara-cara melarang secara langsung. Edukasi tentang bahaya merokok harus diintegrasikan dalam nilai-nilai keluarga, lingkungan, dan sekolah.

“Kalau dilarang, ngelunjak. Tapi kita ajak hidup sehat dengan tidak merokok, tidak minum alkohol dan disadarkan di keluarga, lingkungannya. Pendekatan harus diubah,” tambahnya.

Ancaman terhadap Bonus Demografi

Benget juga mengingatkan bahwa Indonesia akan menghadapi momentum penting berupa bonus demografi pada tahun 2045. Jika generasi muda saat ini tidak dilindungi dari bahaya rokok, potensi tersebut bisa berubah menjadi beban.

“Karena tahun 2045 Indonesia Emas, kalau kita enggak gerak bersama anak-anak ini, yang terjadi Indonesia cemas,” ujarnya mengingatkan.

Kampanye RAW: Suara Remaja dalam Pengendalian Tembakau

Kampanye RAW yang diluncurkan Jalin Foundation menjadi salah satu upaya untuk membentengi remaja dari bahaya merokok. Kampanye ini mengusung pendekatan kreatif, partisipatif, dan berbasis pada aspirasi anak muda, terutama remaja laki-laki, yang dinilai lebih rentan terpapar pengaruh merokok.

Direktur Eksekutif Jalin Foundation, Dian Rosdiana, menegaskan pentingnya memberikan ruang bagi anak muda untuk aktif terlibat dalam penyusunan strategi kampanye pengendalian tembakau.

“Strategi pengendalian tembakau yang efektif harus melibatkan suara mereka. RAW hadir bukan hanya untuk menyampaikan pesan, tetapi juga untuk memberikan ruang bagi remaja laki-laki berekspresi dan merasa didengar,” kata Dian.

Dengan melibatkan remaja sebagai subjek sekaligus agen perubahan, kampanye RAW berharap bisa menciptakan lingkungan yang mendukung mereka untuk hidup sehat, bebas rokok, dan berdaya dalam menghadapi tekanan sosial.

Langkah Ke Depan

Kemenkes, melalui berbagai program kolaboratif seperti RAW, berharap upaya pencegahan penggunaan rokok, terutama rokok elektronik, bisa menyentuh lebih banyak kalangan muda. Pemberdayaan komunitas, pendidikan kesehatan di sekolah, serta pelibatan tokoh muda dianggap sebagai kunci dalam mengurangi prevalensi perokok pemula di Indonesia.

Dukungan regulasi dan penegakan hukum juga menjadi hal penting yang diharapkan bisa mengimbangi kampanye edukatif. Kementerian Kesehatan dan mitra strategis akan terus mengembangkan pendekatan yang relevan dengan dinamika generasi muda agar mereka bisa tumbuh sebagai generasi sehat dan produktif menuju Indonesia Emas 2045.

Rekomendasi

Index

Berita Lainnya

Index