JAKARTA - Industri kecantikan Indonesia diprediksi akan mengalami transformasi signifikan sepanjang tahun 2025, seiring meningkatnya permintaan terhadap produk berkelanjutan dan perawatan bayi. Dalam gelaran talkshow “Future Beauty Talk 2025: Beyond Boundaries to a Sustainable & Wellbeing Driven Beauty Era” yang digelar di Jakarta pada Rabu, 20 April 2025, sejumlah pemimpin industri membagikan wawasan dan prediksi tren kecantikan global ke depan.
CEO Martha Tilaar Group, Dr. Kilala Tilaar, menyebut bahwa salah satu tren utama adalah meningkatnya popularitas solid cosmetic, yaitu produk kecantikan padat yang lebih ramah lingkungan dibanding kosmetik berbasis cair.
“Di tahun 2024 saja, nilai solid cosmetic global mencapai 2,6 miliar dolar AS dan diproyeksikan akan tumbuh menjadi 5 miliar dolar AS pada 2033, dengan tingkat pertumbuhan tahunan gabungan (CAGR) sebesar 7,6 persen,” ungkap Kilala.
Menurut Kilala, solid cosmetic menjadi bagian penting dalam upaya menuju keberlanjutan dalam industri kecantikan. Produk jenis ini tidak hanya efisien dalam kemasan dan distribusi, tetapi juga populer di kalangan Gen Z karena dinilai praktis dan mendukung gaya hidup sadar lingkungan.
“Solid cosmetic populer, terutama di kalangan Gen Z, karena keberlanjutan dan kepraktisannya,” ujar Kilala.
Jenis kosmetik padat pun kini semakin variatif, mencakup facial cleanser, moisturizer, foundation, primer, highlighter, hingga SPF stick, parfum, dan deodoran.
Selain itu, Kilala menyoroti tren neurobeauty atau neurocosmetic, yaitu produk kecantikan yang menggabungkan ilmu saraf dengan perawatan kulit untuk mendukung kesejahteraan emosional. Kandungan seperti GABA, CBD, adaptogens, dan neuropeptides digunakan untuk menenangkan otak, mengurangi stres, dan menjaga keseimbangan serta fungsi kulit.
Tren lain yang menguat pada 2025 adalah peningkatan permintaan terhadap produk perawatan bayi. Kilala menyebut bahwa pasar ini diperkirakan akan mencapai 217 miliar dolar AS pada 2030, dengan pertumbuhan signifikan di kawasan Asia-Pasifik, Amerika Utara, dan Eropa.
“Fenomena ini didorong urbanisasi, meningkatnya pendapatan, dan generasi baru orang tua yang paham teknologi, sadar kesehatan, dan sadar lingkungan,” paparnya.
Head of Research & Innovation Martha Tilaar Innovation Centre, Maily, turut menambahkan bahwa konsep longevity beauty menjadi landasan baru dalam pengembangan produk anti-aging. Fokusnya kini bukan lagi pada menghilangkan tanda penuaan, tetapi memperpanjang kesehatan dan vitalitas kulit secara alami.
“Alih-alih memerangi penuaan, tren produk anti-aging akan berfokus pada pencegahan, kesehatan, dan perawatan kulit untuk menjaga cahaya dan vitalitas kulit dari waktu ke waktu,” ujar Maily.
Produk sun care juga mengalami evolusi, tidak hanya melindungi dari sinar UV, tetapi juga memberikan manfaat seperti hidrasi, anti-aging, dan perlindungan skin barrier. Formulasi yang digunakan ramah lingkungan, mudah digunakan saat bepergian, dan inklusif bagi berbagai warna kulit.
Ketua Umum Persatuan Pengusaha Kosmetika Indonesia (Perkosmi), Sancoyo Antarikso, menekankan pentingnya adaptasi terhadap tren untuk memenangkan pasar, terutama dari kalangan Gen Z.
“Potensi pasar kecantikan pada 2025 akan mencapai Rp150 triliun, dengan produk yang akan didorong untuk meningkatkan pencapaian tersebut adalah produk personal care,” kata Sancoyo.
Ia juga menggarisbawahi pentingnya menggali kekayaan lokal Indonesia, termasuk ritual kecantikan tradisional dan bahan-bahan alami dari tanaman lokal, sebagai bagian dari upaya pengembangan produk berkelanjutan yang berakar dari warisan budaya.
Acara ini digagas oleh PT Cedefindo, anak usaha Martha Tilaar Group, sebagai bentuk kontribusi untuk mendorong inovasi, keberlanjutan, dan kesejahteraan dalam industri kecantikan Indonesia.