Minyak

Harga Minyak Dunia Turun di Tengah Bayang Bayang Kelebihan Pasokan

Harga Minyak Dunia Turun di Tengah Bayang Bayang Kelebihan Pasokan
Harga Minyak Dunia Turun di Tengah Bayang-Bayang Kelebihan Pasokan

JAKARTA - Pasar minyak internasional kembali bergejolak. Perdagangan pada Jumat, 29 Agustus 2025 waktu setempat (Sabtu WIB) ditandai dengan turunnya harga minyak dunia, dipicu oleh kombinasi melemahnya permintaan di Amerika Serikat (AS) dan meningkatnya pasokan dari Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC) beserta sekutunya. Kondisi ini menambah tekanan terhadap harga yang sempat berfluktuasi tajam sepanjang pekan lalu.

Kecenderungan pelemahan harga terlihat jelas saat minyak mentah Brent berjangka untuk pengiriman Oktober yang berakhir pada Jumat ditutup di level USD68,12 per barel. Angka tersebut mengalami penurunan sebesar 50 sen atau 0,73 persen. Kontrak Brent yang lebih aktif untuk November juga melemah, ditutup di USD67,45 per barel, turun 53 sen atau 0,78 persen.

Sementara itu, minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) AS berjangka turut tertekan, ditutup di angka USD64,01 per barel, turun 59 sen atau 0,91 persen. Para pedagang kini mengalihkan perhatian ke pertemuan OPEC+ yang dijadwalkan minggu depan, yang diperkirakan akan membahas arah kebijakan produksi selanjutnya.

Faktor Permintaan dan Pasokan yang Berubah

Salah satu faktor utama yang mendorong turunnya harga minyak adalah melemahnya permintaan di AS, pasar minyak terbesar di dunia. Berakhirnya musim berkendara musim panas pada Senin mendatang menandai periode permintaan tertinggi di negeri tersebut telah selesai. Kondisi ini diperkirakan akan menekan konsumsi bahan bakar dalam beberapa pekan ke depan.

Di sisi lain, dari sisi pasokan, OPEC+ terus meningkatkan produksi minyak mentahnya. Kelompok ini mempercepat laju kenaikan produksi dengan tujuan merebut kembali pangsa pasar global. Langkah tersebut menambah tekanan terhadap harga minyak yang sudah rentan karena permintaan diproyeksikan melandai.

Perubahan strategi OPEC+ ini memperbesar prospek kelebihan pasokan di pasar global, sehingga investor semakin waspada terhadap potensi penurunan harga lebih lanjut.

Sentimen Geopolitik dan Arah Investor

Fluktuasi harga minyak dunia dalam pekan ini tidak hanya ditentukan oleh faktor permintaan dan pasokan, tetapi juga dipengaruhi oleh dinamika geopolitik. Harga sempat mengalami kenaikan di awal pekan menyusul serangan Ukraina terhadap terminal ekspor minyak Rusia. Serangan tersebut memicu kekhawatiran pasar akan adanya gangguan pasokan dari Rusia, salah satu eksportir terbesar minyak dunia.

Namun, laporan adanya perundingan antara sekutu Ukraina di Eropa mengenai kemungkinan gencatan senjata membuat kekhawatiran itu mereda. Sebaliknya, pasar menilai kondisi geopolitik mungkin akan mereda dalam waktu dekat, sehingga tidak lagi memberi dukungan signifikan pada harga minyak.

Selain itu, investor juga mencermati posisi India dalam dinamika perdagangan energi global. Negara tersebut mendapat tekanan dari Amerika Serikat untuk menghentikan pembelian minyak dari Rusia. Situasi semakin memanas setelah Presiden Donald Trump menggandakan tarif impor dari India hingga 50 persen pada Rabu lalu. Kendati demikian, India tetap menentang desakan tersebut. Bahkan, ekspor minyak Rusia ke India diperkirakan meningkat pada bulan September.

Prospek Ke Depan

Dengan berakhirnya musim permintaan puncak di AS, peningkatan produksi dari OPEC+, serta dinamika geopolitik yang terus berubah, arah harga minyak dunia masih penuh ketidakpastian. Pasar kini menanti hasil pertemuan OPEC+ minggu depan, yang akan sangat menentukan apakah harga bisa kembali stabil atau justru menghadapi penurunan lebih tajam.

Bagi negara importir, tren penurunan harga ini bisa menjadi kabar baik karena berpotensi menekan biaya energi domestik. Namun, bagi negara produsen, kondisi ini justru menjadi tantangan karena pendapatan dari ekspor minyak berisiko menurun.

Dalam jangka menengah, faktor lain yang juga akan memengaruhi adalah keputusan konsumen besar seperti India dan China dalam menentukan arah impor mereka. Jika India terus memperkuat hubungan dagang energi dengan Rusia, peta perdagangan minyak dunia bisa mengalami pergeseran besar, dengan dampak yang tidak hanya terbatas pada harga, tetapi juga hubungan politik antarnegara.

Harga minyak dunia pada akhir Agustus 2025 menunjukkan tren melemah, dipengaruhi oleh kombinasi menurunnya permintaan di AS dan bertambahnya pasokan dari OPEC+. Meski sempat naik akibat ketegangan geopolitik di Rusia dan Ukraina, faktor-faktor lain membuat harga kembali tertekan.

Pasar kini menunggu kepastian dari pertemuan OPEC+ untuk melihat arah produksi ke depan. Dalam situasi ini, para pelaku pasar, negara importir, dan produsen minyak sama-sama menyiapkan strategi agar tetap bisa menghadapi gejolak harga yang terus berubah.

Rekomendasi

Index

Berita Lainnya

Index