JAKARTA - Harga minyak mentah global menunjukkan stabilitas setelah mengalami penguatan pekan lalu, seiring pelaku pasar memantau pasokan dan kondisi geopolitik. Sentimen terhadap aset berisiko juga turut memengaruhi pergerakan harga, setelah sinyal dari bank sentral AS terkait kemungkinan pemangkasan suku bunga. Kondisi ini menjadi titik perhatian bagi trader, investor, dan pengamat pasar energi internasional.
Pergerakan Harga Minyak Mentah
Pada perdagangan Senin pagi di Singapura, harga minyak mentah Brent untuk pengiriman Oktober naik 0,1% menjadi US$67,79 per barel. Brent sendiri sudah menguat hampir 3% sepanjang pekan lalu. Sementara itu, harga minyak mentah WTI untuk pengiriman Oktober naik 0,1% menjadi US$63,75 per barel.
Kestabilan harga terjadi di tengah ketegangan pasokan global, termasuk ancaman AS terhadap India terkait impor minyak Rusia. Pemerintah AS berencana menggandakan tarif untuk seluruh impor dari India menjadi 50%, efektif mulai Rabu mendatang. Meski demikian, pihak India menegaskan perusahaan pengolah minyak lokal tetap akan membeli minyak dari Moskow.
Para trader juga mengamati perkembangan di sektor aset berisiko, termasuk saham dan komoditas. Lonjakan aktivitas ekonomi global dan potensi pelemahan dolar AS dapat memberi dorongan positif bagi harga minyak, terutama jika bank sentral AS benar-benar menurunkan suku bunga pada bulan depan, sebagaimana disampaikan Ketua The Fed, Jerome Powell, dalam pidatonya pekan lalu.
Faktor Geopolitik dan Pasokan
Harga acuan global Brent bertahan dalam kisaran sempit hampir sepanjang bulan ini. Perdagangan yang relatif sepi di musim panas digabung dengan ketidakpastian terkait ekspor Rusia, konflik di Ukraina, dan dampak perang dagang AS menjadi faktor yang memengaruhi harga.
Di sisi lain, harga minyak berjangka tetap sekitar 9% lebih rendah sepanjang tahun ini, karena pasar khawatir akan kelebihan pasokan di kuartal-kuartal mendatang. OPEC+ secara bertahap mulai memulihkan pasokan minyak, yang turut menekan harga.
Menurut Gao Jian, analis Qisheng Futures Co, perhatian pasar saat ini masih fokus pada peristiwa jangka pendek. Dampak fundamental yang mungkin menurunkan harga secara signifikan belum sepenuhnya diperhitungkan. Bahkan jika The Fed menurunkan suku bunga, efek positif terhadap harga minyak kemungkinan membutuhkan waktu untuk terlihat.
Upaya diplomatik AS untuk menghentikan konflik di Ukraina juga menjadi faktor penting. Pekan lalu, Presiden Donald Trump mengambil sikap tegas terhadap Rusia, mengancam sanksi besar-besaran jika kesepakatan tidak tercapai dalam waktu dua minggu. Meski demikian, ia menyatakan Washington terbatas dalam tindakan nyata.
Volume perdagangan berjangka Brent pada pagi Senin lebih rendah daripada rata-rata harian, karena sebagian pedagang libur akibat hari libur umum di Inggris. Kondisi ini menunjukkan volatilitas harga bisa terbatas dalam perdagangan awal pekan.
Secara keseluruhan, harga minyak mentah global stabil pasca penguatan pekan lalu, didorong oleh ketegangan pasokan, kondisi geopolitik, dan sinyal dari bank sentral AS. Sementara Brent dan WTI bergerak dalam kisaran sempit, pasar masih menunggu pergerakan kebijakan moneter dan dampak diplomasi internasional.
Ketidakpastian geopolitik dan upaya pemulihan pasokan oleh OPEC+ menjadi faktor kunci yang akan memengaruhi harga dalam beberapa minggu ke depan. Trader dan investor disarankan tetap memantau kondisi pasar global, termasuk perkembangan tarif, sanksi, dan negosiasi diplomatik yang dapat mengubah sentimen pasar energi secara mendadak.