JAKARTA - Aksi investor asing yang konsisten mengakumulasi saham PT GoTo Gojek Tokopedia Tbk (GoTo) sepanjang pertengahan Juli hingga awal Agustus 2025 menjadi perhatian pasar modal. Selama 15 hari perdagangan berturut-turut, tercatat pembelian bersih (net buy) senilai Rp648,2 miliar, menandakan meningkatnya keyakinan terhadap prospek perusahaan teknologi terbesar di Indonesia itu.
Perilaku investor asing ini seakan memberi sinyal bahwa pasar mulai merespons positif perbaikan kinerja fundamental GoTo. Hal ini sejalan dengan laporan keuangan kuartal II/2025 yang menunjukkan lonjakan profitabilitas, di mana pendapatan tumbuh, beban menurun, dan Adjusted EBITDA akhirnya berbalik positif.
Laporan Keuangan Semakin Solid
Dalam laporan resmi ke Bursa Efek Indonesia, GoTo membukukan pendapatan semester I/2025 sebesar Rp8,6 triliun, atau naik sekitar 11% dibanding periode sama tahun lalu. Pertumbuhan ini menjadi bukti nyata upaya restrukturisasi dan efisiensi yang dilakukan manajemen sejak beberapa kuartal terakhir mulai menunjukkan hasil.
Sementara itu, rugi bersih dan rugi operasional berhasil ditekan secara signifikan. Adjusted EBITDA yang sebelumnya berada di wilayah negatif kini mencatatkan hasil positif pada kuartal II/2025. Capaian ini menandai titik balik penting bagi GoTo dalam memperbaiki profitabilitas operasi intinya.
Namun demikian, meskipun kinerja fundamental mulai membaik, pergerakan harga saham GoTo di bursa masih relatif hati-hati. Saham diperdagangkan tipis di kisaran Rp60–65 per lembar, meski volume transaksi meningkat. Fenomena ini mengindikasikan adanya pelaku pasar, termasuk asing, yang perlahan kembali masuk ke saham GoTo.
Prospek Saham dan Sentimen Pasar
Analis Phintraco Sekuritas, Aditya Prayoga, menilai bahwa kombinasi antara kinerja yang membaik, valuasi saham yang relatif murah, serta potensi aksi buyback yang bisa dilakukan perusahaan setelah mendapat izin pemegang saham, menjadi katalis penting bagi sentimen positif investor.
Menurutnya, langkah akumulasi oleh investor asing kemungkinan besar dipicu oleh pandangan bahwa harga saham GoTo saat ini sudah berada terlalu rendah, jauh di bawah nilai wajarnya. Prospek kinerja kuartal kedua yang berpotensi lebih solid semakin memperkuat alasan investor asing untuk masuk.
“Aksi borong investor asing ini kemungkinan besar terjadi karena mereka melihat tekanan harga saham GoTo sudah terlalu dalam, jauh di bawah nilai wajar, di tengah prospek kinerja kuartal kedua yang berpotensi positif,” ujar Aditya.
Dengan adanya faktor tersebut, GoTo kini memiliki peluang untuk menarik kembali minat investor ritel maupun institusi. Meski konsistensi pertumbuhan laba masih perlu diuji pada kuartal-kuartal selanjutnya, arah positif yang ditunjukkan dalam semester I/2025 memberi dasar optimisme baru.
Menatap Semester Berikutnya
Meski sudah berhasil mencatatkan perbaikan signifikan, GoTo masih menghadapi tantangan besar dalam menjaga tren positifnya. Efisiensi biaya dan pengelolaan beban operasional harus tetap dijaga agar keberhasilan EBITDA positif bisa berlanjut.
Pasar juga akan menunggu konsistensi strategi restrukturisasi yang sudah ditempuh manajemen. Jika momentum ini bisa dipertahankan, maka kepercayaan investor berpotensi terus meningkat, didukung pula oleh aksi buyback saham yang dapat memperkuat harga di pasar.
Bagi investor, terutama asing, perbaikan laporan keuangan GoTo bukan hanya menjadi alasan rasional untuk kembali masuk, tetapi juga sinyal bahwa salah satu perusahaan teknologi terbesar di Indonesia mulai memasuki fase pertumbuhan yang lebih sehat.
Dengan prospek bisnis digital yang masih luas, serta strategi efisiensi yang mulai berhasil, GoTo kini berupaya menjaga momentum positif agar bisa memberikan nilai tambah jangka panjang bagi pemegang sahamnya.