BYD

BYD Atto 1, Mobil Listrik Hemat Biaya untuk Ride Hailing

BYD Atto 1, Mobil Listrik Hemat Biaya untuk Ride Hailing
BYD Atto 1, Mobil Listrik Hemat Biaya untuk Ride Hailing

JAKARTA - Tren mobil listrik di Indonesia semakin menguat, dan salah satu model terbaru yang mulai menyedot perhatian adalah BYD Atto 1. Dengan harga yang bersaing di kelas menengah bawah, kendaraan ini tidak hanya ditujukan untuk pasar ritel, tetapi juga mulai dilirik perusahaan ride hailing sebagai armada transportasi berbasis aplikasi.

Langkah ini menunjukkan bagaimana mobil listrik semakin relevan, bukan sekadar gaya hidup, melainkan pilihan ekonomis dengan biaya operasional lebih rendah dibanding mobil berbahan bakar bensin.

Ketertarikan Perusahaan Ride Hailing

Head of Public Relations & Government PT BYD Motor Indonesia, Luther Panjaitan, mengungkapkan bahwa sudah ada perusahaan transportasi daring yang melirik BYD Atto 1 untuk dijadikan armada. Meski begitu, ia menegaskan pihaknya tidak ingin terburu-buru memastikan kerja sama.

“Kami saat ini sifatnya lebih kita serahkan ke mekanisme market. Tapi, saya cek perolehan SPK itu memang ada beberapa yang tertarik untuk keperluan niaga, yaitu ride hailing, menjadi moda Gocar atau Grab,” ujarnya saat ditemui di Semarang.

Ia menambahkan bahwa saat ini Grab maupun Gojek sedang melakukan eksplorasi terkait potensi Atto 1 sebagai armada. Namun, keputusan akhir tetap akan bergantung pada kebutuhan pasar dan konsumen yang membeli secara fleet.

“Memang Grab dan Gocar sendiri sudah ada bertanya ke kami tentang possibility untuk supply ke mereka. Jadi, pada akhirnya memang kami serahkan ke market, tapi kami nggak mau over claim dari sekarang,” tambahnya.

Biaya Operasional yang Lebih Rendah

Salah satu alasan Atto 1 menarik perhatian adalah efisiensi biaya. Pihak BYD Motor Indonesia menegaskan bahwa mobil ini lebih hemat hingga 7 persen dibandingkan mobil bensin konvensional di segmen yang sama.

Perbandingan dilakukan dengan Atto 1 Premium seharga Rp 235 juta melawan city car hatchback bermesin bensin dengan banderol Rp 225,6 juta. Meskipun harga mobil listrik ini sedikit lebih tinggi, biaya operasionalnya jauh lebih efisien.

Dari sisi energi, mobil bensin dengan konsumsi 20 km/liter dan harga Pertalite Rp 10.000/liter memerlukan sekitar Rp 20.000 untuk perjalanan 40 km sehari. Sementara itu, BYD Atto 1 hanya menghabiskan Rp 14.411 untuk jarak yang sama jika diisi di SPKLU dengan tarif Rp 2.630/kWh.

Jika dihitung per bulan, pengguna mobil bensin perlu menyiapkan Rp 600 ribu, atau Rp 7,2 juta per tahun. Atto 1 hanya membutuhkan sekitar Rp 432 ribu per bulan, setara Rp 5,1 juta per tahun.

Lebih Hemat Hingga Jutaan Rupiah

Efisiensi Atto 1 bukan hanya di sektor energi. Pajak tahunan mobil listrik ini hanya Rp 100 ribu, sementara mobil bensin setara bisa mencapai Rp 3 juta. Untuk biaya servis, Atto 1 di kisaran Rp 1 juta per 20.000 km, jauh lebih rendah daripada mobil bensin yang bisa mencapai Rp 2 juta.

Jika dihitung total, biaya kepemilikan Atto 1 selama setahun hanya sekitar Rp 6,3 juta, sedangkan pesaingnya mencapai Rp 12,2 juta. Selisih ini semakin terasa signifikan ketika dihitung untuk pemakaian lima tahun: Rp 31,6 juta untuk Atto 1 dibanding Rp 61 juta untuk city car bensin.

Ketika digabungkan dengan harga pembelian, total biaya kepemilikan selama 5 tahun untuk Atto 1 Premium mencapai Rp 266,6 juta, lebih murah dari mobil bensin sejenis yang mencapai Rp 286,6 juta.

Potensi untuk Armada Niaga

Dengan angka-angka tersebut, tidak mengherankan jika Atto 1 menjadi pertimbangan serius untuk armada ride hailing. Pengeluaran harian yang lebih rendah, pajak yang ringan, serta biaya servis yang minim menjadikan mobil ini cocok untuk kebutuhan operasional intensif seperti transportasi online.

Meski belum ada konfirmasi resmi kapan kendaraan ini masuk ke Grab atau Gojek, eksplorasi yang sedang dilakukan kedua perusahaan menunjukkan bahwa arah penggunaan mobil listrik untuk armada semakin terbuka lebar.

Bagi konsumen ritel, Atto 1 menawarkan kombinasi menarik antara harga terjangkau, biaya pemakaian rendah, dan daya tarik sebagai kendaraan ramah lingkungan. Bagi perusahaan, mobil ini berpotensi menekan biaya operasional sekaligus memperkuat citra ramah lingkungan di mata pelanggan.

Ke depan, BYD Atto 1 bukan hanya bersaing di pasar konsumen umum, tetapi juga siap menjadi bagian penting dari transformasi transportasi berbasis aplikasi di Indonesia.

Rekomendasi

Index

Berita Lainnya

Index