JAKARTA - Di pesisir Desa Beraban, Tabanan, sebuah kawasan seluas 44 hektare perlahan membentuk wajah baru pariwisata Bali. Namanya Nuanu Creative City, sebuah ekosistem yang menyatukan seni, budaya, teknologi, dan lingkungan dalam satu ruang hidup yang terus berkembang. Dalam bahasa Bali, “Nuanu” berarti “sedang dalam proses” sebuah penanda bahwa kawasan ini bukan sekadar destinasi wisata yang selesai dibangun, melainkan kota kreatif yang tumbuh dan bertransformasi setiap harinya.
Mengusung visi berkelanjutan, lebih dari 70 persen wilayahnya dibiarkan sebagai ruang hijau. Prinsip “First Nature” menjadi pegangan utama, menjadikan alam sebagai pusat dari setiap perencanaan dan kreasi. Di sini, konsep pariwisata melebur dengan seni, edukasi, kesehatan, dan gaya hidup modern, menghadirkan pengalaman yang berbeda bagi setiap pengunjung.
Pilar dan Fasilitas untuk Semua Kalangan
Nuanu Creative City berdiri di atas lima pilar utama: Seni & Budaya, Pendidikan, Alam, Kesehatan & Kebugaran, serta Gaya Hidup & Hunian. Dari pilar-pilar inilah lahir berbagai proyek kreatif, mulai dari The Red Tent sebagai ruang eksklusif bagi perempuan untuk berkarya, Sol Studio untuk tari kontemporer, hingga Cultural Village yang menjadi pusat pelestarian budaya Bali melalui kerajinan tangan dan pertunjukan lokal.
Kawasan ini juga diperkaya oleh landmark seni dan arsitektur ikonik. Salah satunya adalah patung Earth Sentinels karya Daniel Popper, yang menjadi simbol hubungan manusia dengan alam sebagai leluhur yang terlupakan. Ada pula Menara Bhuma rancangan Arthur Mamou-Mani, dibangun dari kayu daur ulang, yang memadukan unsur teknologi, spiritualitas, dan estetika kontemporer.
Nuanu tak hanya berorientasi pada visual dan seni. Berbagai fasilitas dirancang agar pengunjung bisa berinteraksi langsung dengan alam dan budaya. Magic Garden menawarkan taman kupu-kupu dan koleksi anggrek langka, Pacha Alpaca menghadirkan pengalaman bermain bersama alpaka, dan Labyrinth Art Gallery memamerkan karya seni dari seniman lokal maupun internasional.
Destinasi untuk Rekreasi dan Edukasi
Dengan tiket masuk sekitar Rp20.000 per orang, Nuanu Creative City dapat diakses berbagai kalangan. Area ini beroperasi sepanjang hari, memudahkan wisatawan yang ingin berkunjung pagi, siang, maupun malam. Saat malam tiba, The DOME menjadi pusat perhatian dengan proyeksi visual 360° yang memukau.
Bagi yang mencari relaksasi, Lumeira menawarkan sauna kayu terbesar di dunia, sedangkan Aurora Media Park menyajikan instalasi seni digital interaktif. Keseluruhan fasilitas ini membuat Nuanu menjadi tempat yang inklusif memberi ruang bagi wisatawan keluarga, pecinta seni, pelajar, hingga pelaku industri kreatif.
Sejak soft launch pada Juli 2024, kawasan ini telah menarik ratusan ribu pengunjung. Targetnya, di tahun 2025 angka tersebut meningkat menjadi lebih dari tiga juta pengunjung. Festival musik, pameran seni, hingga konferensi kreatif internasional sudah masuk dalam kalender acara tahunan. CEO Lev Kroll menyebut Nuanu sebagai salah satu tempat yang wajib dikunjungi saat berada di Bali.
Harmoni Alam, Seni, dan Masa Depan
Nuanu Creative City tak hanya sekadar destinasi baru di Bali ia adalah perwujudan kota kreatif berkelanjutan yang menjadi jembatan antara masa kini dan masa depan. Dengan konsep yang menggabungkan kekuatan alam, kekayaan budaya, inovasi teknologi, dan gaya hidup sehat, kawasan ini menawarkan pengalaman menyeluruh bagi siapa pun yang datang.
Bagi Bali, Nuanu menjadi simbol transformasi pariwisata yang tidak lagi sekadar berorientasi pada hiburan, tetapi juga pendidikan, pelestarian, dan kolaborasi lintas bidang. Sementara bagi pengunjung, ia adalah tempat untuk terinspirasi, berkreasi, dan terhubung dengan keindahan Bali dari perspektif yang berbeda.