JAKARTA - Pasar batu bara global kembali menghadapi tekanan besar. Harga komoditas ini melemah selama lima hari berturut-turut, dengan penurunan terbaru tercatat pada Senin, 11 Agustus 2025. Faktor utama yang membebani harga adalah rencana pembatasan pasokan dari China, negara produsen sekaligus konsumen batu bara terbesar di dunia.
Di pasar Newcastle, harga batu bara untuk kontrak Agustus 2025 terkoreksi sebesar US$ 0,95 menjadi US$ 112,25 per ton. Kontrak September 2025 juga melemah US$ 0,7 menjadi US$ 113,55 per ton, sedangkan kontrak Oktober 2025 terpangkas US$ 1,35 ke level US$ 114,15 per ton.
Sementara itu, pasar Rotterdam mencatat pergerakan campuran. Untuk kontrak Agustus 2025, harga naik tipis US$ 0,35 menjadi US$ 101,35 per ton. Kontrak September 2025 meningkat US$ 0,5 menjadi US$ 102,6, namun Oktober 2025 justru turun US$ 0,15 ke posisi US$ 103 per ton.
Koreksi ini terjadi setelah harga Newcastle sempat menyentuh level tertinggi hampir enam bulan di US$ 115,5 pada awal Agustus. Pasar kini tengah menimbang dampak kebijakan pembatasan pasokan yang akan diberlakukan Beijing dalam waktu dekat.
Kenaikan Produksi dan Pelemahan Permintaan
Data terbaru menunjukkan bahwa produksi batu bara China pada Juni 2025 naik 3,6% dibanding bulan sebelumnya. Lonjakan ini sesuai target pemerintah untuk menambah produksi sebesar 1,5% menjadi 4,82 miliar ton tahun ini, setelah mencatat rekor produksi pada 2024.
Langkah peningkatan pasokan ini merupakan bagian dari upaya mengendalikan kelebihan kapasitas di sektor mineral utama, sekaligus meredam tekanan deflasi. China Coal Transportation and Distribution Association menekankan pentingnya dukungan kebijakan ekonomi tambahan agar harga batu bara tidak jatuh lebih dalam.
Di sisi lain, permintaan dari sektor pembangkit listrik berbahan bakar fosil di China justru merosot 4,7% secara tahunan pada kuartal I-2025. Penyebabnya adalah menurunnya konsumsi listrik serta meningkatnya kontribusi energi terbarukan.
Selama sebulan terakhir, harga batu bara memang sempat naik 2,68%, tetapi secara tahunan masih merosot 22,47%. Sebagai perbandingan, harga sempat mencapai rekor tertinggi US$ 457,80 per ton pada September 2022.
Berdasarkan proyeksi Trading Economics, harga batu bara diperkirakan berada di kisaran US$ 114,26 per ton pada akhir kuartal ini, dan berpotensi naik menjadi sekitar US$ 117,51 per ton dalam 12 bulan mendatang.