Pengertian Kritik Karya Seni Rupa: Bentuk, Jenis, dan Tokoh

Pengertian Kritik Karya Seni Rupa: Bentuk, Jenis, dan Tokoh
pengertian kritik karya seni rupa

Ketika membahas tentang pengertian kritik karya seni rupa, tentu tidak bisa dilepaskan dari kegiatan pameran serta proses mengapresiasi karya seni. 

Melalui penyelenggaraan pameran seni, kita dapat menyaksikan hasil ciptaan para seniman yang sekaligus menjadi sarana untuk menunjukkan eksistensi diri mereka di hadapan publik. 

Karya seni pada dasarnya dibuat agar dapat membangkitkan perasaan keindahan bagi siapa pun yang melihat atau mendengarkannya. Namun, apakah fungsi seni rupa hanya sebatas untuk memberikan kesan indah?

Perlu diingat bahwa konsep “keindahan” itu bersifat subjektif dan setiap individu memiliki pandangannya masing-masing saat menilai sebuah karya seni rupa. 

Perbedaan persepsi inilah yang menjadi alasan utama munculnya kritik terhadap karya seni rupa. 

Lalu, apa sebenarnya yang dimaksud dengan kritik dalam seni rupa? Apakah aktivitas ini hanya dilakukan oleh para kritikus profesional? Dan siapa saja tokoh kritikus seni rupa yang dikenal di Indonesia?

Untuk menjawab berbagai pertanyaan tersebut dan lebih memahami secara menyeluruh mengenai pengertian kritik karya seni rupa, mari simak pembahasan berikut ini.

Pengertian Kritik Karya Seni Rupa

Kritik tidak hanya ditujukan untuk karya sastra, tetapi juga menjadi bagian penting dalam dunia seni rupa. 

Secara umum, memberikan penilaian terhadap karya seni rupa memerlukan pemahaman mendalam mengenai berbagai aspek yang membentuk karya tersebut. 

Penilaian ini bisa disampaikan secara lisan maupun tertulis, dan tentu saja, tidak dilakukan secara sembarangan. 

Banyak yang belum menyadari bahwa keberadaan kritik justru mendorong kemajuan dalam penciptaan karya seni rupa, bahkan berpotensi mengubah arah atau gaya berkarya seseorang.

Secara etimologis, istilah "kritik" berasal dari bahasa Yunani kriticos, yang berarti mengamati, membandingkan, memisahkan, serta menimbang.

Dalam Encyclopedia of World Art, kritik seni diartikan sebagai proses penilaian terhadap kualitas sebuah karya. 

Sementara menurut Sem. C. Bangun, kritik merupakan kegiatan evaluatif yang dilakukan secara mendalam terhadap karya seni. Dari berbagai pengertian ini, dapat dirumuskan bahwa:

“Kritik seni adalah proses memberi tanggapan terhadap karya seni dengan tujuan mengungkapkan kelebihan serta kekurangan yang dimiliki oleh karya tersebut.”

Aspek-aspek yang dikaji bisa sangat beragam. Dalam seni rupa, penilaian biasanya mencakup unsur-unsur seperti bahan yang digunakan, karena bahan turut menentukan mutu visual dan teknis dari karya tersebut. 

Seiring dengan meningkatnya wawasan publik terhadap seni, kritik juga menjalankan fungsi sosial yang lebih luas. 

Kritik yang disampaikan dengan bijak mampu meningkatkan apresiasi serta pemahaman masyarakat terhadap seni rupa, sekaligus menjadi acuan untuk meningkatkan mutu baik dalam proses penciptaan maupun hasil akhirnya.

Satu hal penting lainnya adalah pengaruh dari sosok yang menyampaikan kritik. Bila seorang kritikus ternama yang menyuarakan penilaiannya, hal ini bisa membentuk persepsi publik terhadap nilai suatu karya. 

Dampaknya, kualitas maupun nilai ekonomis karya tersebut dapat ikut terdongkrak. Agar seseorang mampu memberikan ulasan yang bermakna terhadap karya seni, dibutuhkan sejumlah kemampuan berikut:

Kemampuan absortif, yaitu kecakapan dalam mengamati secara detail.

  • Kemampuan retentif, yakni daya ingat serta kemampuan mereproduksi informasi.
  • Kemampuan reasoning, atau keterampilan dalam menganalisis dan membuat pertimbangan logis.
  • Kemampuan kreatif, yaitu kemampuan untuk berimajinasi, menafsirkan makna, serta menyampaikan ide atau gagasan secara orisinal.

Dengan menguasai kemampuan-kemampuan tersebut, seseorang dapat memahami secara lebih menyeluruh pengertian kritik karya seni rupa dan menerapkannya secara efektif dalam menilai atau mengapresiasi karya visual.

Bentuk Penyampaian Kritik Karya Seni Rupa

Pada dasarnya, kritik terhadap karya seni rupa dapat disampaikan kepada publik dalam dua bentuk utama. Pertama, secara verbal, yaitu ketika kritik disampaikan langsung melalui pembicaraan, seperti dalam forum diskusi atau seminar seni. 

Kedua, secara tertulis, yaitu kritik yang dituangkan dalam bentuk tulisan dan disebarluaskan melalui berbagai media seperti koran, majalah, platform sosial media, dan sarana lainnya.

Jenis-jenis Kritik Karya Seni Rupa

A. Berdasarkan Tujuannya

Dalam karya tulis Art As Image and Idea (1967) yang dibuat oleh kritikus asal Amerika Feldman, kritik terhadap karya seni dibagi menjadi empat kategori berdasarkan fungsinya. Berikut adalah penjelasan tiap jenis kritik tersebut.

Kritik Jurnalistik

Jenis kritik pertama ini merupakan penilaian yang disampaikan secara terbuka kepada masyarakat luas, biasanya melalui media cetak seperti surat kabar. Kritik ini tidak hanya menilai karya seni, tetapi juga menyentuh aspek penyelenggaraan pameran. 

Bentuk kritik ini mirip dengan kritik populer, namun lebih mendalam dan tajam dalam analisisnya. 

Karena disebarkan lewat media massa, kritik jurnalistik memiliki pengaruh besar terhadap persepsi publik mengenai kualitas karya yang dibahas. Ciri khas kritik jurnalistik meliputi:

  • Ditujukan untuk pembaca surat kabar.
  • Memiliki ruang yang terbatas dalam kolom berita.
  • Ditulis dalam waktu yang singkat.
  • Lebih bersifat sebagai informasi.

Kritik Populer

Jenis kritik ini juga ditujukan untuk masyarakat umum, tetapi lebih bersifat umum dan fokus pada pengenalan serta promosi sebuah karya seni. Bahasa yang dipakai dalam kritik ini sederhana dan mudah dipahami oleh khalayak luas. 

Kadang-kadang, kritik populer ditulis oleh penulis yang tidak memiliki latar belakang khusus dalam dunia seni. Ciri khas kritik populer adalah:

  • Bisa dibuat oleh penulis biasa.
  • Menyesuaikan dengan kondisi sosial yang sedang berkembang.
  • Menggunakan bahasa yang sederhana dan mudah dicerna.

Kritik Kependidikan (Pedagogik)

Kritik pedagogik ini berfungsi untuk meningkatkan kepekaan artistik dan estetika dalam proses pembelajaran seni. Biasanya diterapkan di institusi pendidikan seni, dengan tujuan meningkatkan mutu karya para peserta didik.

Dalam pendidikan umum, kritik jenis ini dilakukan dalam mata pelajaran seni. Karakteristik kritik kependidikan meliputi:

  • Bersifat responsif terhadap karya.
  • Mengacu pada standar nilai tertentu.
  • Dilaksanakan dalam lingkungan pendidikan.
  • Memberikan ruang untuk diskusi yang bebas.

Kritik Keilmuan (Ilmiah)

Jenis kritik terakhir ini bersifat akademis dan menuntut keahlian serta pengetahuan mendalam dalam bidang seni. Kritik ini dilakukan oleh para ahli seni yang mengikuti metodologi kritik secara sistematis dan terstruktur. 

Hasil kritik ilmiah sering digunakan sebagai acuan bagi kolektor, kurator, atau institusi seni seperti galeri, museum, dan rumah lelang. Ciri-ciri kritik keilmuan adalah:

  • Menggunakan metodologi khusus dalam melakukan penilaian.
  • Hasil kritik bersifat terbuka untuk diskusi, tidak mutlak.
  • Dilakukan secara objektif, netral, dan adil.

B. Berdasarkan Sudut Pandangnya

Masih merujuk pada pemikiran Feldman, penilaian terhadap karya seni juga dapat dibedakan berdasarkan titik fokus atau sudut pandang yang digunakan oleh pengamatnya. Terdapat tiga pendekatan utama dalam hal ini:

Pendekatan Ekspresivistik

Melalui cara pandang ini, penilai lebih menekankan pada ide dan perasaan yang ingin disampaikan oleh pembuat karya. Penilaian dilakukan dengan menelaah hubungan antara judul, tema, isi, serta tampilan visual dari karya tersebut. 

Kritikus dalam pendekatan ini cenderung fokus pada bagaimana karya menjadi media komunikasi emosional atau gagasan dari senimannya.

Pendekatan Formalistik

Dalam pendekatan ini, karya seni dianalisis sebagai susunan unsur-unsur visual atau bentuk. Penilaian dilakukan dengan meninjau elemen seperti warna, garis, tekstur, dan komposisi visual lainnya. 

Selain itu, kualitas bahan serta teknik yang digunakan juga menjadi perhatian. Pendekatan ini lebih fokus pada struktur dan estetika dari karya itu sendiri, bukan pada pesan atau konteks di baliknya.

Pendekatan Instrumentalistik

Melalui sudut pandang ini, karya seni dinilai dari efektivitasnya dalam menyampaikan maksud tertentu, baik yang bersifat etis, spiritual, politis, maupun psikologis. 

Aspek bentuk tidak menjadi sorotan utama, melainkan bagaimana isi karya berkaitan dengan konteks yang lebih luas, baik dalam sejarah maupun kondisi sosial saat ini. 

Sebagai contoh, karya Raden Saleh berjudul “Penangkapan Pangeran Diponegoro” dinilai bukan hanya dari sisi teknisnya, tetapi juga dari kesesuaian antara objek yang digambarkan, makna, tema, hingga pesan nilai yang ingin ditonjolkan.

Tahapan dalam Kritik Karya Seni Rupa

Sebagaimana telah dijelaskan sebelumnya, menyusun sebuah penilaian terhadap karya seni tidak bisa dilakukan secara sembarangan. 

Terdapat beberapa tahapan penting yang harus dilalui agar hasil penilaiannya valid dan bermakna. Berikut ini adalah tahapan umum yang biasanya diterapkan dalam proses tersebut:

Tahap Pengamatan (Deskripsi)

Langkah awal dalam proses ini adalah melakukan pengamatan terhadap karya yang akan dikaji. Pengamat perlu mencatat dan menjelaskan segala hal yang tampak sebagaimana adanya tanpa memberikan interpretasi terlebih dahulu. 

Untuk mendukung tahapan ini, sangat penting bagi penilai memiliki pemahaman tentang berbagai istilah yang sering digunakan dalam seni visual. 

Tanpa pengetahuan dasar tersebut, akan sulit menggambarkan atau menjelaskan objek yang sedang diamati.

Tahap Struktur Formal (Analisis Formal)

Langkah selanjutnya adalah mengkaji struktur karya berdasarkan elemen visual dan prinsip dasar penyusunan karya seni. 

Dalam tahap ini, penilai harus mengerti bagaimana unsur-unsur seperti garis, bentuk, warna, dan tekstur saling berinteraksi dalam menciptakan komposisi yang utuh, sekaligus bagaimana prinsip seperti keseimbangan, irama, dan kesatuan diterapkan dalam karya tersebut.

Tahap Penafsiran (Interpretasi)

Langkah ketiga adalah menggali makna atau pesan yang terkandung dalam karya. Proses ini mencakup identifikasi tema, simbol-simbol yang digunakan, serta isu-isu yang mungkin diangkat oleh seniman. 

Penafsiran ini bersifat subjektif dan sangat dipengaruhi oleh sudut pandang serta wawasan yang dimiliki oleh penilai. Semakin luas latar belakang pengetahuannya, maka akan semakin banyak kemungkinan makna yang bisa ditemukan dalam karya tersebut.

Tahap Penilaian Akhir (Evaluasi)

Langkah terakhir adalah menentukan sejauh mana kualitas dari karya tersebut jika dibandingkan dengan karya lain yang memiliki jenis atau karakteristik serupa. 

Dalam proses ini, penilai akan mempertimbangkan aspek visual maupun konteks penciptaannya. Ada beberapa pendekatan yang biasa digunakan dalam tahap ini, seperti:

  • Membandingkan karya yang sedang dikaji dengan karya lain yang memiliki kategori atau gaya serupa.
  • Menentukan maksud dan peran dari karya tersebut dalam konteks penciptaannya.
  • Melihat sejauh mana karya tersebut memiliki ciri khas atau menyimpang dari karya-karya sebelumnya.
  • Meninjau karya berdasarkan kebutuhan khusus atau sudut pandang tertentu yang memengaruhi cara karya tersebut diciptakan dan dinikmati.

Fungsi dan Tujuan Kritik Karya Seni Rupa

Penyusunan kritik terhadap karya seni rupa tidak semata-mata dilakukan demi menunjukkan pengetahuan si pengkritik tentang dunia seni kepada khalayak. Kritik seni rupa memiliki berbagai peran dan manfaat yang dapat dirasakan dari keberadaannya.

Fungsi dan Tujuan Kritik Karya Seni Rupa

  • Berfungsi sebagai penghubung antara persepsi serta penghargaan artistik dan estetika yang terdapat dalam karya seni rupa. Hal ini umumnya melibatkan hubungan antara seniman dan penikmat seni.
  • Bagi seniman, kritik ini berguna sebagai umpan balik untuk mengevaluasi sejauh mana ekspresi dan komunikasi dalam karyanya tersampaikan.
  • Memberikan alternatif cara pandang dalam menafsirkan sebuah karya seni rupa.
  • Membantu masyarakat secara umum untuk lebih memahami pesan atau makna yang ingin disampaikan melalui karya seni tersebut.
  • Menjadi wujud apresiasi atas hasil karya seni rupa.
  • Berfungsi sebagai sarana untuk mengevaluasi dan memberikan penilaian terhadap kualitas suatu karya berdasarkan konteksnya.
  • Memberikan kepuasan tersendiri bagi mereka yang membahas dan mendalami sebuah karya seni rupa.

Memahami Apa Itu Kritikus Seni

Dalam pembahasan sebelumnya, istilah "kritikus" telah beberapa kali disebut. Namun, apakah sudah dipahami siapa sebenarnya sosok kritikus dalam dunia seni?

Kritikus seni merupakan individu yang memberikan penilaian atau tanggapan terhadap karya seni, baik karya milik orang lain maupun hasil karyanya sendiri (disebut juga kritik terhadap diri sendiri). 

Idealnya, seorang kritikus seni memiliki kepekaan yang tinggi, baik secara inderawi, intelektual, maupun emosional dalam memahami karya seni. Kepekaan tersebut termasuk dalam kemampuan analitis dan kreatif.

Sebagai tambahan informasi, seorang kritikus seni sebaiknya memiliki pemahaman yang mendalam mengenai berbagai teori. 

Di antaranya mencakup teori seni, filsafat seni, unsur-unsur seni, antropologi seni, sosiologi seni, serta pemikiran tentang seni modern dan kontemporer. 

Pengetahuan ini menjadi landasan penting untuk membangun kritik yang objektif dan dapat dipertanggungjawabkan.

Selain pengetahuan teoritis, pengalaman dan interaksi langsung dengan karya seni juga sangat penting bagi seorang kritikus. 

Kemampuan mengamati secara cermat, menyelidiki, serta membandingkan berbagai karya seni akan memperluas wawasan dan memperkaya sudut pandang dalam menyusun kritik.

Satu hal penting lainnya adalah pemahaman mendalam terhadap latar belakang seniman, termasuk cara berpikir, perasaan, dan bahkan kisah hidupnya. 

Semua aspek ini menjadi bagian dari telaah yang dilakukan oleh seorang kritikus saat menilai sebuah karya.

Jika kritik disampaikan dalam bentuk tulisan, maka bahasa menjadi alat utamanya. Bahasa yang digunakan harus bersifat efektif dan komunikatif. 

Bahasa yang efektif mengacu pada penggunaan tata bahasa yang benar, tepat sasaran, dan sesuai konteks. 

Sementara itu, bahasa komunikatif berarti mudah dipahami oleh pembaca atau pendengar sesuai dengan tingkat pengetahuan dan latar belakang mereka.

Tokoh Kritikus Seni di Indonesia

1. Popo Iskandar

Salah satu tokoh ternama dalam dunia kritik seni Indonesia adalah Popo Iskandar, yang juga dikenal sebagai pelukis dan telah berkali-kali menggelar pameran di luar negeri. 

Ia menyelesaikan pendidikannya di Institut Teknologi Bandung pada tahun 1953, dan pernah mengajar di Jurusan Seni Rupa IKIP Bandung. 

Dalam menyampaikan tanggapan terhadap karya seni, ia menuangkannya melalui esai yang dipublikasikan di berbagai media massa.

Gaya melukis Popo banyak terinspirasi dari Ries Mulder, seorang seniman asal Belanda. Ciri khas karyanya terletak pada ekspresi figuratif yang kuat, menjadikannya sosok yang kerap dijadikan acuan oleh generasi pelukis muda. 

Salah satu objek yang paling sering ia lukis adalah kucing, hingga membuatnya dikenal luas dengan sebutan “Pelukis Kucing.”

2. Sudarmaji

Sudarmaji juga merupakan sosok penting dalam bidang kritik seni di Indonesia. 

Ia menyelesaikan studi di Akademi Seni Rupa Indonesia (ASRI) Yogyakarta pada tahun 1956 dan kemudian melanjutkan ke IKIP Negeri Yogyakarta, jurusan seni rupa, hingga lulus pada tahun 1968. 

Selain dikenal sebagai kritikus seni, ia juga berperan sebagai pelukis, pendidik, dan pernah menjabat sebagai kepala Museum Seni Rupa dan Keramik milik Pemerintah DKI Jakarta.

Tulisan pertamanya sebagai kritikus membahas Pameran Seni Lukis Wanita yang berlangsung di Yogyakarta pada tahun 1957, dan artikel tersebut berhasil dipublikasikan di Mimbar Indonesia. 

Sejak menyelesaikan studinya di IKIP, karya-karya tulisnya seputar kritik seni telah menghiasi banyak media nasional seperti Kompas, Suara Karya, Merdeka, Kedaulatan Rakyat, dan berbagai media lainnya.

Sebagai penutup, melalui pemahaman mendalam tentang pengertian kritik karya seni rupa, kita dapat lebih menghargai makna, pesan, dan nilai dari setiap karya yang dihadirkan.

Rekomendasi

Index

Berita Lainnya

Index