Sri Mulyani

Sri Mulyani Apresiasi Toleransi dan Fasilitas di Sekolah Rakyat

Sri Mulyani Apresiasi Toleransi dan Fasilitas di Sekolah Rakyat
Sri Mulyani Apresiasi Toleransi dan Fasilitas di Sekolah Rakyat

JAKARTA - Kunjungan Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati ke Sekolah Rakyat Menengah Atas (SRMA) 10 Jakarta Selatan pada Sabtu, 9 Agustus 2025, bukan sekadar kunjungan biasa. Selain meninjau fasilitas lengkap sekolah, Sri Mulyani juga menyaksikan langsung harmoni keberagaman dan sikap toleransi antar siswa yang terjalin kuat di sana. Momen spesial terjadi saat Sri Mulyani spontan menjadi dirigen paduan suara siswa yang menyanyikan lagu “Hari Merdeka 17 Agustus 1945”.

Di tengah suasana tersebut, Menteri Sosial Saifullah Yusuf dan Wakil Menteri Sosial Agus Jabo Priyono turut memberikan apresiasi terhadap semangat dan kedisiplinan para siswa yang aktif berpartisipasi dalam berbagai kegiatan ekstrakurikuler.

Toleransi Beragama di Tengah Perbedaan

Salah satu bukti nyata sikap toleransi di SRMA 10 terlihat dari pengalaman Marcel, satu-satunya siswa non-Muslim di sekolah tersebut. Marcel merasa nyaman dan dihormati oleh teman sekamarnya meskipun ia kerap membaca Alkitab di kamar. “Jelas, selalu,” jawab Marcel ketika ditanya apakah teman-temannya menghormatinya.

Mensos Gus Ipul menegaskan tiga hal penting yang harus dijaga di Sekolah Rakyat, yaitu bebas dari perundungan, kekerasan fisik maupun seksual, serta intoleransi. Hal ini menunjukkan komitmen sekolah dalam menciptakan lingkungan belajar yang aman dan inklusif bagi semua siswa.

Fasilitas dan Pembentukan Karakter

Sri Mulyani mengamati bahwa fasilitas di SRMA 10 sangat mendukung kenyamanan siswa, mulai dari asrama dengan kapasitas tiga orang per kamar, meja belajar, tempat tidur yang layak, hingga fasilitas mandi yang memadai. Kondisi ini penting untuk menunjang konsentrasi belajar dan perkembangan karakter siswa.

Lebih jauh, Menteri Keuangan menilai padatnya aktivitas dan kegiatan ekstrakurikuler di sekolah mampu membangun karakter positif, mempererat hubungan antar siswa dari latar belakang berbeda, dan memupuk rasa saling menghormati.

Kepala Sekolah Ratu Mulyanengsih menjelaskan bahwa pendekatan pendisiplinan di SRMA 10 dilakukan dengan kasih sayang tanpa membentak atau memaksa. Semua guru dan wali asuh berperan sebagai teladan bagi siswa, sehingga proses adaptasi berjalan dengan baik.

Dengan kombinasi fasilitas memadai dan suasana toleransi yang terjaga, SRMA 10 menjadi contoh nyata pendidikan inklusif yang mendukung pembentukan generasi masa depan yang berkarakter dan harmonis.

Rekomendasi

Index

Berita Lainnya

Index