Ilmiah

Gorila Hamil Lebih Berani dan Agresif, Ini Penjelasan Ilmiahnya

Gorila Hamil Lebih Berani dan Agresif, Ini Penjelasan Ilmiahnya
Gorila Hamil Lebih Berani dan Agresif, Ini Penjelasan Ilmiahnya

JAKARTA - Kehamilan rupanya tidak hanya mengubah tubuh, tetapi juga memengaruhi perilaku sosial pada gorila betina. Studi terbaru menunjukkan bahwa gorila yang sedang hamil cenderung lebih berani mengambil risiko dan menunjukkan perilaku agresif, terutama ketika menghadapi anggota kelompok yang memiliki status lebih tinggi.

Penelitian jangka panjang selama 25 tahun yang dilakukan oleh Nikolaos Smit dan Martha Robbins mengungkapkan bahwa gorila betina tidak bertindak sembarangan. Mereka mengikuti aturan sederhana dan fleksibel yang disebut aggression heuristics strategi agresi berdasarkan ancaman dan dinamika sosial dalam kelompoknya.

Agresi Gorila Selama Kehamilan

Dalam observasi terhadap lima kelompok gorila liar di Gabon dan Uganda, para peneliti mencatat bahwa sebagian besar perilaku agresif berasal dari betina berpangkat tinggi yang menyerang individu dengan peringkat lebih rendah. Namun, sekitar 42 persen agresi justru mengarah ke atas, menargetkan betina yang lebih dominan.

“Agresi sebagai bentuk persaingan biasanya meningkat ketika sumber daya terbatas. Namun arah agresi bisa berbeda-beda, bahkan dalam spesies yang sama,” jelas Nikos Smit dari University of Turku.

Gorila hamil terutama pada trimester ketiga—cenderung lebih berani menghadapi risiko. Peningkatan kebutuhan energi selama masa ini memicu mereka untuk lebih aktif bersaing demi makanan. Menariknya, gorila yang sedang menyusui justru lebih berhati-hati, kemungkinan karena fokus melindungi bayi mereka dari potensi balasan agresi.

Strategi Sosial dan Perilaku Berisiko

Komposisi kelompok ternyata ikut menentukan arah agresi. Dalam kelompok yang memiliki lebih banyak jantan dewasa, gorila betina lebih sering menantang betina yang dominan. Kehadiran para jantan memberikan rasa aman dan menurunkan risiko pembalasan. Sebaliknya, dalam kelompok yang didominasi betina, agresi biasanya diarahkan ke bawah, karena persaingan internal lebih ketat dan pertarungan dengan individu lemah lebih aman.

Penelitian ini menganalisis 6.871 interaksi agresif, mulai dari perilaku ringan seperti mengeluarkan suara peringatan hingga agresi berat berupa pukulan dan gigitan. Skor agresi yang tinggi menunjukkan serangan dari betina berpangkat rendah ke yang lebih tinggi. Hasilnya, agresi ringan lebih umum terjadi saat menantang individu dominan, menunjukkan strategi yang hati-hati dan terukur.

“Secara keseluruhan, hasil penelitian kami menunjukkan bahwa kebutuhan individu dan kondisi sosial memengaruhi keputusan mereka untuk mengambil risiko, termasuk dalam perilaku agresif terhadap anggota yang lebih kuat,” kata Martha Robbins.

Adaptasi Perilaku Sosial

Kesimpulan dari penelitian ini menegaskan bahwa gorila betina mampu menyesuaikan tingkat agresivitas mereka dengan situasi yang dihadapi. Aturan sosial yang mereka terapkan bersifat dinamis dan dapat berubah tergantung pada kondisi reproduksi, jumlah anggota jantan-betina dalam kelompok, dan ketersediaan sumber daya.

Strategi semacam ini ternyata tidak hanya berlaku untuk gorila. Banyak spesies hewan sosial, termasuk manusia, juga memodifikasi perilakunya tergantung risiko, imbalan, dan dinamika kelompok.

Dengan pemantauan jangka panjang dan keterbukaan data, studi ini membuka pemahaman baru tentang evolusi perilaku sosial pada primata dan bagaimana interaksi dalam kelompok terbentuk berdasarkan kebutuhan situasional, bukan hanya naluri bawaan.

Rekomendasi

Index

Berita Lainnya

Index