JAKARTA - Paparan sinar matahari memang membawa manfaat bagi tubuh manusia, seperti membantu pembentukan vitamin D. Namun, di balik manfaat tersebut, terdapat ancaman tersembunyi dari radiasi ultraviolet (UV) yang menyertainya. Jika tidak diantisipasi, sinar UV bisa menjadi penyebab berbagai gangguan kesehatan serius.
Indonesia yang beriklim tropis memiliki intensitas sinar matahari yang tinggi sepanjang tahun. Kondisi ini membuat masyarakat Indonesia lebih rentan terhadap dampak negatif dari paparan sinar UV. Oleh karena itu, kesadaran akan pentingnya perlindungan terhadap sinar UV perlu ditanamkan sejak dini.
Dampak Langsung dan Jangka Panjang dari Paparan UV
Sinar UV merupakan salah satu bentuk radiasi elektromagnetik dari matahari. Meskipun tidak terlihat oleh mata, sinar ini dapat menembus kulit manusia dan mengganggu struktur sel di dalamnya. Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) mencatat bahwa indeks UV di sejumlah wilayah Indonesia sering berada di level sangat tinggi. Kondisi ini berpotensi menimbulkan efek kesehatan, mulai dari luka bakar ringan, iritasi kulit, hingga kanker kulit bila terpapar dalam jangka panjang.
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia turut mengingatkan bahwa sinar UV dapat merusak DNA di dalam sel kulit. Kerusakan ini, jika terjadi terus-menerus, bisa menyebabkan penuaan dini, flek hitam, dan perubahan warna kulit. Tak hanya itu, gangguan kulit yang lebih serius seperti kanker juga berisiko meningkat jika kulit tidak mendapatkan perlindungan memadai.
Tak hanya berdampak pada kulit, sinar UV juga dapat membahayakan organ tubuh lainnya, termasuk mata. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mencatat bahwa paparan sinar UV dapat menjadi faktor pemicu utama terjadinya katarak, yakni kekeruhan lensa mata yang dapat menyebabkan kebutaan. Katarak sebenarnya bisa dicegah, asalkan masyarakat sadar pentingnya melindungi mata dari sinar UV.
Upaya perlindungan tidak boleh disepelekan. Dokter kulit dari RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta, dr. Santi Wulandari, menekankan pentingnya penggunaan tabir surya secara rutin setiap hari. “Tabir surya minimal SPF 30 wajib digunakan, meski cuaca mendung,” ujarnya. Hal ini disebabkan sinar UV tetap dapat menembus awan, sehingga risiko tetap ada meskipun matahari tidak terlihat.
Selain tabir surya, perlindungan tambahan juga dibutuhkan. Masyarakat disarankan mengenakan pakaian tertutup saat berada di luar ruangan, serta menggunakan topi bertepi lebar dan kacamata pelindung sinar UV. Langkah ini penting, terlebih saat beraktivitas di luar rumah pada pukul 10 pagi hingga 2 siang, di mana intensitas sinar UV mencapai puncaknya.
Yang perlu diingat, bahaya sinar UV tidak hanya mengintai di siang hari. Menurut pakar kesehatan, paparan sinar UV sudah mulai menguat sejak pagi menjelang siang. Oleh karena itu, persiapan sejak pagi hari dalam mengenakan pelindung sangat disarankan, termasuk bagi anak-anak yang bermain di luar rumah atau siswa yang belajar di lapangan terbuka.
Pemerintah melalui Kementerian Kesehatan juga terus mendorong kampanye edukatif mengenai bahaya sinar UV. Edukasi ini diharapkan menyasar berbagai lapisan masyarakat, termasuk anak-anak usia sekolah. Harapannya, masyarakat bisa memahami pentingnya menjaga kulit dan mata dari paparan sinar UV, serta menjadikannya sebagai bagian dari kebiasaan sehari-hari.
“Perlindungan terhadap sinar UV bukan hanya kebutuhan gaya hidup, tetapi kebutuhan kesehatan jangka panjang,” demikian pernyataan resmi dari Kementerian Kesehatan. Mereka juga mengingatkan bahwa peningkatan kesadaran ini dapat menjadi langkah awal dalam menekan angka kasus kanker kulit di Indonesia.
Dalam kehidupan sehari-hari, upaya pencegahan sebenarnya cukup sederhana. Selain penggunaan tabir surya, pola hidup seperti menghindari paparan langsung di jam-jam terik, membawa payung atau mengenakan pelindung kepala, serta memilih pakaian berbahan yang mampu menahan radiasi UV juga efektif. Begitu pula dengan penggunaan kacamata hitam berkualitas yang mampu memblokir sinar UV hingga 99 persen.
Sementara itu, sejumlah negara maju bahkan sudah mewajibkan penggunaan pelindung UV saat musim panas berlangsung. Di Indonesia sendiri, langkah serupa bisa mulai diterapkan secara bertahap melalui pendekatan edukatif, terutama di lingkungan sekolah dan perkantoran.
Langkah awalnya bisa dimulai dari diri sendiri dan lingkungan terdekat. Memberi contoh kepada anak-anak dan keluarga untuk menggunakan tabir surya, memilih pakaian tertutup saat beraktivitas di luar ruangan, serta menyampaikan pentingnya melindungi mata dari sinar matahari bisa menjadi awal dari perubahan besar. Meski terlihat sepele, upaya ini bisa berdampak besar dalam mencegah gangguan kesehatan yang lebih parah di masa depan.
Dengan memahami risiko dan cara perlindungannya, masyarakat diharapkan tidak hanya mengandalkan instansi terkait, tetapi juga memiliki inisiatif pribadi untuk menjaga kesehatan dari bahaya radiasi UV. Kesadaran kolektif akan bahaya sinar UV merupakan langkah penting dalam menciptakan generasi yang lebih sehat dan terlindungi dari penyakit yang bisa dicegah sejak dini.