JAKARTA - Harga saham PT Saratoga Investama Sedaya Tbk (SRTG) kembali jadi sorotan investor. Tak sekadar karena nilainya yang tengah murah, tetapi juga karena potensi pertumbuhannya yang masih terbuka lebar. Saham perusahaan investasi milik grup Saratoga ini kini diperdagangkan dengan diskon nilai aktiva bersih (NAV) sebesar 56%, jauh di bawah rata-rata diskon historis yang berada di kisaran 41%.
Situasi ini membuka peluang besar bagi investor yang mengincar cuan, terutama karena nilai portofolio Saratoga terus melonjak didorong oleh diversifikasi investasi yang agresif dan penerimaan dividen yang signifikan dari perusahaan-perusahaan portofolio.
Dalam riset terbarunya, Verdhana Sekuritas menyoroti kekuatan fundamental SRTG yang ditopang oleh eksposur tinggi terhadap berbagai sektor strategis yang mengalami pertumbuhan cepat. Hal ini menjadikan saham SRTG sangat menarik di tengah sentimen pasar yang dinamis.
Fokus Saratoga di Perusahaan Non-Terbuka yang Tumbuh Cepat
Salah satu strategi utama Saratoga saat ini adalah memperluas eksposurnya ke perusahaan-perusahaan nonterbuka dengan potensi pertumbuhan yang tinggi. Dua nama yang disebut menjadi fokus utama investasi Saratoga saat ini adalah Brawijaya Hospital Group dan PT Mulia Bosco Logistik. Kedua entitas ini dinilai sebagai pemain besar di sektor kesehatan dan logistik, dengan pertumbuhan bisnis yang cukup agresif.
Menurut Verdhana Sekuritas, nilai investasi Saratoga di perusahaan-perusahaan nonterbuka telah meningkat empat kali lipat dalam empat tahun terakhir. Pada kuartal I-2025, investasi tersebut mencapai Rp 7,5 triliun, naik signifikan dari hanya Rp 1,9 triliun pada awal 2021. Kini, porsi investasi ini telah menyumbang 17% dari total NAV Saratoga, naik dari sebelumnya hanya 6%.
“Saratoga (SRTG) memiliki rekam jejak baik dalam mengembangkan perusahaan. Selain itu, sektor kesehatan dan logistik yang digarap dua perusahaan itu menawarkan potensi pertumbuhan pesat,” tulis Verdhana.
Langkah Saratoga ini dinilai cukup strategis, mengingat kedua sektor tersebut diprediksi akan terus tumbuh dalam jangka menengah hingga panjang. Dengan kemampuan Saratoga dalam mengembangkan dan menambah nilai perusahaan portofolionya, peluang pertumbuhan ini berpotensi mendongkrak kinerja keuangan perusahaan secara keseluruhan.
Dividen dan Proyeksi Laba Meningkat Signifikan
Tak hanya dari sisi portofolio, pendapatan Saratoga dari dividen juga mencatatkan peningkatan signifikan. Tahun lalu, perusahaan ini mengantongi dividen sebesar Rp 4,2 triliun, dengan pertumbuhan tahunan gabungan (CAGR) mencapai 70% sejak 2021.
Sementara itu, per akhir Maret 2025, total dividen yang telah diterima Saratoga tercatat sebesar Rp 578 miliar. Verdhana memperkirakan jumlah ini akan terus bertambah, seiring dengan peningkatan kinerja perusahaan-perusahaan portofolio yang rutin membagikan dividen, baik yang sudah tercatat di bursa maupun yang belum.
Proyeksi laba bersih SRTG pun turut direvisi naik oleh Verdhana Sekuritas, yaitu sebesar 71% menjadi Rp 1,9 triliun. Peningkatan ini didorong oleh naiknya penerimaan dividen, terutama dari perusahaan-perusahaan terbuka seperti PT Adaro Andalan Indonesia Tbk (AADI) yang diperkirakan menjadi penyumbang utama dividen tahun ini.
Meskipun sebagian besar portofolio Saratoga merupakan saham nonterbuka, namun potensi dividen dari perusahaan-perusahaan tersebut tetap dinilai tinggi. Artinya, aliran kas masuk dari dividen bisa menjaga kestabilan arus pendapatan Saratoga dan membuka peluang bagi pembagian dividen kepada para pemegang sahamnya.
Seiring dengan analisis tersebut, Verdhana mempertahankan rekomendasi buy untuk saham SRTG, dengan target harga Rp 3.000 per saham. Target ini mencerminkan diskon NAV sebesar 30%, yang dinilai masih atraktif bagi investor jangka menengah-panjang.
Optimisme Manajemen dan Strategi Penguatan Modal
Keyakinan terhadap prospek SRTG tak hanya datang dari analis, tetapi juga dari internal perusahaan. Para pemegang saham pengendali Saratoga tercatat telah melakukan pembelian saham sejak Januari 2023 sebesar 2,2%, menunjukkan kepercayaan tinggi terhadap prospek jangka panjang perusahaan.
Namun, Verdhana juga mengingatkan adanya satu risiko utama yang harus diperhatikan, yaitu terkait alokasi modal. “Risiko utama rating SRTG adalah ketidakcukupan alokasi modal untuk mendukung strategi,” tulis Verdhana.
Kendati begitu, Saratoga diyakini memiliki kemampuan untuk menyesuaikan strategi keuangannya seiring dengan pertumbuhan nilai portofolio dan penerimaan dividen yang solid. Fokus pada sektor-sektor strategis dan langkah agresif dalam ekspansi ke perusahaan nonterbuka diperkirakan menjadi katalis positif bagi kinerja jangka panjang perusahaan investasi ini.