JAKARTA - Kemajuan teknologi tak hanya menyentuh sektor industri dan jasa, tetapi juga menyasar kebutuhan mendasar seperti pertanian. PT Pupuk Indonesia kini menempatkan digitalisasi sebagai senjata utama dalam mendukung efisiensi distribusi pupuk bersubsidi di seluruh Indonesia.
Hal ini disampaikan langsung oleh Direktur Supply Chain PT Pupuk Indonesia, Robby Setiabudi Madjid, dalam acara KAGAMA Leaders Forum yang digelar di Radio Republik Indonesia, Jakarta, Kamis, 17 Juli 2025. Forum tersebut mengangkat tema "Daulat Pangan", menyoroti pentingnya ketahanan pangan nasional di tengah tantangan global.
Robby mengungkapkan, proses distribusi pupuk kini jauh lebih efisien dibandingkan tahun-tahun sebelumnya. Hal ini tak lepas dari transformasi digital yang dilakukan secara menyeluruh oleh Pupuk Indonesia. Bahkan, sejak awal 2025, petani sudah dapat langsung menebus pupuk tanpa perlu menunggu proses panjang, berkat dukungan dan koordinasi erat dengan kementerian terkait.
“Teknologi informasi dan digitalisasi menjadi panglima kami untuk mendeliver pupuk tepat sasaran, tepat jumlah, tepat waktu,” tegas Robby.
Dengan lebih dari 27 ribu titik serah yang tersebar di seluruh wilayah Indonesia, sistem distribusi ini kini semakin rapi dan transparan.
“Ada 27 ribu titik serah di seluruh Indonesia,” tambahnya.
Sistem QR Code dan Peran Gapoktan
Untuk memastikan pengawasan yang lebih ketat, Pupuk Indonesia telah melengkapi setiap kantong pupuk dengan QR code. Inovasi ini memungkinkan pelacakan langsung dari titik distribusi hingga ke tangan petani.
“Itu kalau di-scan sudah kelihatan ini siapa titik serahnya, siapa pelaku usaha distribusinya,” jelas Robby.
Langkah ini tidak hanya meningkatkan akuntabilitas, tetapi juga mengurangi potensi kebocoran dalam penyaluran pupuk. Dengan data yang terintegrasi secara digital, proses distribusi menjadi lebih mudah dipantau oleh berbagai pihak yang terlibat, termasuk pemerintah dan petani sendiri.
Tak hanya itu, proses penyaluran juga melibatkan lebih dari 6.000 gabungan kelompok tani (Gapoktan) di seluruh Indonesia. Keterlibatan langsung petani dalam distribusi ini memperkuat prinsip ketepatan sasaran dan menjamin bahwa bantuan pupuk sampai ke tangan yang membutuhkan.
Pemerintah pun telah menetapkan alokasi pupuk bersubsidi sebesar 9,55 juta ton untuk tahun 2025. Jumlah ini diharapkan cukup untuk mendukung produksi pertanian nasional, terlebih dalam menghadapi dinamika cuaca dan geopolitik yang memengaruhi ketersediaan pangan.
Bagian dari Strategi Ketahanan Pangan
Langkah digitalisasi distribusi pupuk ini merupakan bagian dari strategi besar dalam menjaga ketahanan pangan nasional. Menurut Robby, strategi ini menjadi sangat relevan di tengah situasi global yang diliputi ketidakpastian, mulai dari disrupsi rantai pasok, perubahan iklim, hingga perang dagang.
“Langkah ini bagian dari strategi kami menjaga ketahanan pangan nasional, khususnya menghadapi disrupsi geopolitik dan perdagangan global,” ujar Robby dalam diskusi tersebut.
Digitalisasi yang dilakukan Pupuk Indonesia bukan hanya meningkatkan efisiensi logistik, tetapi juga menciptakan sistem yang bisa beradaptasi lebih cepat terhadap perubahan kondisi di lapangan.
Dengan demikian, petani sebagai ujung tombak sektor pangan nasional tidak lagi harus bergantung pada proses distribusi manual yang rawan hambatan. Teknologi menghadirkan kecepatan, transparansi, dan keadilan dalam distribusi pupuk.