Pengertian imunisasi merupakan hal yang sudah sering dikenal oleh para orang tua, terutama yang memiliki anak usia balita.
Pemberian imunisasi sangat penting dilakukan pada anak-anak di bawah lima tahun. Layanan ini dapat diakses melalui fasilitas kesehatan seperti rumah sakit, klinik, hingga posyandu.
Khusus di posyandu, biasanya imunisasi diberikan secara cuma-cuma, sehingga orang tua dianjurkan memanfaatkan layanan ini agar anak dapat tumbuh dengan sehat dan kuat.
Melalui imunisasi, anak-anak akan mendapat perlindungan dari berbagai penyakit yang berbahaya. Karena sistem kekebalan tubuh balita masih belum berkembang sempurna, imunisasi menjadi langkah penting untuk memperkuat daya tahan mereka.
Jenis imunisasi sendiri ada yang diwajibkan dan ada pula yang bersifat tambahan atau dianjurkan.
Sayangnya, masih ada sebagian kalangan yang menganggap bahwa imunisasi tidak terlalu penting. Pandangan semacam ini sangat disayangkan karena bisa berdampak buruk pada kesehatan dan pertumbuhan si kecil.
Oleh sebab itu, penting untuk terus memberikan pemahaman yang benar kepada para orang tua mengenai pentingnya imunisasi.
Penyebaran informasi seputar imunisasi perlu digencarkan, bukan hanya untuk orang tua, tetapi juga kepada remaja dan masyarakat umum.
Edukasi mengenai manfaatnya harus terus disampaikan agar semakin banyak yang menyadari bahwa imunisasi adalah langkah penting dalam menjaga kesehatan anak sejak dini.
Untuk kamu yang ingin memahami lebih dalam mengenai topik ini, bacalah artikel ini sampai tuntas agar kamu mendapat pemahaman yang lebih menyeluruh tentang pengertian imunisasi dan manfaatnya bagi masa depan anak-anak kita.
Pengertian Imunisasi
Setiap manusia memiliki sistem pertahanan tubuh yang bertugas mencegah masuknya berbagai penyakit atau virus. Namun, tingkat kekuatan sistem imun pada tiap orang bisa berbeda.
Imunitas, yaitu mekanisme perlindungan alami tubuh terhadap serangan penyakit, berperan penting dalam menjaga kesehatan. Jika daya tahan tubuh menurun, maka risiko terserang penyakit pun akan semakin besar.
Sistem imunitas terbentuk dari berbagai jenis sel dan senyawa yang bekerja secara kolektif dan terkoordinasi dalam melawan mikroorganisme yang berbahaya.
Untuk mempercepat pembentukan kekebalan tersebut, khususnya pada anak-anak, diperlukan pemberian imunisasi.
Balita umumnya belum memiliki sistem kekebalan yang sempurna, sehingga mereka sangat membutuhkan imunisasi untuk mendorong terbentuknya antibodi yang dapat melindungi tubuh dari infeksi.
Berdasarkan pengertian imunisasi menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, imunisasi adalah proses pemberian kekebalan terhadap suatu penyakit.
Departemen Kesehatan Republik Indonesia juga menjelaskan bahwa imunisasi merupakan tindakan pemberian vaksin kepada seseorang untuk membentuk perlindungan terhadap penyakit tertentu.
Dari definisi tersebut, dapat disimpulkan bahwa imunisasi bertujuan untuk merangsang tubuh agar mampu menghasilkan kekebalan terhadap penyakit, terutama yang mudah menular. Jenis imunisasi terbagi menjadi dua, yaitu aktif dan pasif.
Imunisasi aktif dilakukan dengan memasukkan kuman yang telah dilemahkan atau dimatikan ke dalam tubuh untuk merangsang produksi antibodi secara alami.
Sementara itu, imunisasi pasif diberikan dengan cara menyuntikkan antibodi langsung ke tubuh agar daya tahan meningkat.
Imunisasi tersedia dalam dua bentuk, yaitu suntikan dan tetes oral. Beberapa imunisasi yang diberikan melalui suntikan meliputi vaksin campak, BCG, dan DPT, sementara vaksin polio biasanya diberikan secara oral.
Pelayanan imunisasi untuk anak-anak dapat diakses melalui berbagai fasilitas kesehatan seperti posyandu, puskesmas, rumah sakit bersalin, atau rumah sakit milik pemerintah.
Pemerintah juga telah mengatur sejumlah imunisasi dasar yang wajib diberikan kepada balita, seperti vaksin Hepatitis B, BCG, DPT, Polio, dan Campak.
Pemberian imunisasi ini menjadi langkah awal dalam membangun generasi yang sehat dan tahan terhadap berbagai penyakit menular.
Tujuan Imunisasi
- Menjaga individu agar tetap terlindungi dari berbagai jenis penyakit menular yang bisa membahayakan kondisi tubuh.
- Meningkatkan sistem daya tahan tubuh, khususnya pada anak-anak yang masih memiliki kekebalan tubuh yang belum sepenuhnya berkembang.
- Mendukung tumbuh kembang anak secara optimal, sehingga membawa kebahagiaan bagi keluarga.
- Memberikan rasa tenang bagi lingkungan, terutama bagi anak-anak yang telah memiliki perlindungan tubuh yang kuat terhadap serangan penyakit.
Jenis Imunisasi
Setelah memahami arti dari tindakan pemberian kekebalan tubuh ini, sekarang saatnya mengenal jenis-jenisnya. Secara umum, tindakan pencegahan ini terbagi menjadi dua kategori, yakni yang diwajibkan dan yang bersifat rekomendasi.
1. Tindakan Pencegahan yang Diwajibkan
Jenis ini umumnya diberikan pada anak-anak usia dini untuk membentuk pertahanan tubuh yang kuat. Berikut adalah beberapa contohnya:
a. Pemberian Kekebalan terhadap Tuberkulosis (BCG)
Penyakit TBC merupakan gangguan kesehatan yang cukup berbahaya, sehingga diperlukan perlindungan khusus melalui pemberian vaksin ini. Zat aktif dalam vaksin ini merupakan bakteri Bacillus Calmette Guerrin yang telah dilemahkan.
Jumlah partikel yang terkandung dalam setiap dosis berkisar antara 50.000 hingga 1.000.000.
Tujuan dari vaksin ini adalah untuk melindungi anak dari TBC agar tumbuh kembangnya tetap optimal.
Pemberian vaksin sebaiknya dilakukan sebelum bayi berusia dua bulan. Tidak disarankan memberikan dosis ulangan karena efektivitasnya masih dipertanyakan. Penyimpanan vaksin ini idealnya pada suhu sekitar 2°C.
b. Pemberian Kekebalan terhadap Difteri, Batuk Rejan, dan Tetanus (DPT)
Vaksin ini dikenal sebagai gabungan dari tiga perlindungan sekaligus, yakni terhadap difteri, batuk rejan, dan tetanus. Komposisinya terdiri dari toksoid difteri dan tetanus yang dimurnikan, serta bakteri pertusis yang telah dimatikan.
Vaksin ini diberikan kepada anak-anak di bawah usia tujuh tahun, biasanya dalam bentuk suntikan yang disalurkan ke bagian paha atau lengan.
Idealnya diberikan dalam tiga tahap: pertama saat usia tiga bulan, kedua pada usia empat bulan, dan ketiga saat usia lima bulan. Dosis lanjutan dilakukan satu tahun setelah dosis ketiga untuk memperkuat imunitas anak.
c. Pemberian Kekebalan terhadap Hepatitis B
Data menunjukkan bahwa sekitar sepertiga ibu yang melahirkan membawa antigen HBsAg, dengan risiko penularan melalui ibu ke bayi mencapai 40 persen, terutama di negara-negara berkembang.
HBsAg merupakan penanda adanya virus hepatitis B. Jika ibu dinyatakan positif, maka terdapat risiko penularan ke bayi. Oleh sebab itu, pemberian vaksin hepatitis B sangat dianjurkan dilakukan segera setelah bayi dilahirkan.
Dosis pertama sebaiknya diberikan dalam waktu 12 jam setelah kelahiran, dosis kedua saat bayi berusia enam bulan, dan dosis ketiga antara usia enam hingga delapan belas bulan.
Jika sang ibu tidak terdeteksi mengidap hepatitis B, anak bisa diberi vaksin ulang ketika berusia antara sepuluh hingga dua belas tahun.
Namun apabila ibu mengidap penyakit ini, maka bayi harus segera menerima 0,5 ml HBIG sebelum usia tujuh hari untuk memberikan perlindungan tambahan.
d. Vaksinasi terhadap Campak
Jenis vaksin ini mengandung virus penyebab campak yang telah dilemahkan sebelumnya.
Oleh karena itu, vaksin ini harus disimpan dalam rentang suhu antara 2 hingga 8 derajat Celsius dan tidak boleh terpapar sinar matahari langsung karena paparan tersebut dapat merusak virus yang ada di dalamnya.
Jika virus tersebut mati sebelum diberikan, maka tubuh tidak mampu menghasilkan antibodi untuk menangkal penyakit campak. Tujuan utama pemberian vaksin ini adalah untuk melindungi individu dari infeksi virus campak.
Berdasarkan rekomendasi dari organisasi kesehatan dunia, vaksin ini idealnya diberikan kepada bayi yang telah mencapai usia 9 bulan, terutama di wilayah negara berkembang.
Hal yang perlu diperhatikan setelah anak mendapatkan vaksin ini adalah kemungkinan munculnya demam tinggi sekitar 8 hingga 10 hari pascapenyuntikan serta timbulnya ruam kemerahan selama 1 hingga 2 hari.
e. Vaksinasi terhadap Polio
Penyakit ini merupakan salah satu gangguan serius yang dapat menyebabkan kelumpuhan dan memengaruhi proses pertumbuhan anak.
Oleh karena itu, vaksin polio termasuk dalam kategori imunisasi yang harus diberikan pada masa kanak-kanak.
Vaksin ini mengandung virus polio yang sudah dilemahkan, sehingga aman diberikan dan tidak menimbulkan penyakit pada penerimanya.
Vaksinasi polio dilakukan dalam empat tahap agar tubuh bisa segera membentuk antibodi yang kuat terhadap penyakit ini dan mendukung proses tumbuh kembang yang optimal.
Waktu pemberiannya harus memperhatikan jeda antar dosis yang tidak melebihi empat minggu.
Dosis pertama dan kedua diberikan untuk merangsang respon awal sistem kekebalan, sedangkan dosis ketiga dan keempat bertujuan memperkuat antibodi hingga mencapai perlindungan maksimal.
Setelah keempat dosis awal diberikan, pemberian ulang dianjurkan saat anak berusia 5 hingga 6 tahun atau ketika baru memasuki sekolah dasar, serta satu kali lagi saat menginjak usia 12 tahun setelah menyelesaikan pendidikan dasar.
2. Vaksinasi Tambahan
Vaksinasi tambahan merupakan jenis imunisasi yang sifatnya opsional, artinya boleh diberikan atau tidak tanpa masalah besar.
Biasanya, vaksinasi ini diberikan kepada mereka yang memiliki risiko tinggi terpapar penyakit serta berpotensi mengalami komplikasi berat hingga kematian. Berikut beberapa vaksinasi tambahan yang perlu diketahui.
a. Vaksinasi MMR
Vaksin ini bertujuan untuk melindungi seseorang dari tiga penyakit sekaligus, yaitu campak, campak Jerman, dan gondongan. Hal penting yang harus dipahami adalah vaksin ini aman dan tidak terkait dengan autisme.
Vaksin ini direkomendasikan diberikan dua kali, dosis pertama pada anak usia antara 12 hingga 15 bulan, dan dosis kedua saat anak berumur antara 4 hingga 6 tahun atau pada usia 11 hingga 13 tahun.
Anak yang alergi terhadap telur, antibiotik neomisin, atau gelatin sebaiknya tidak menerima vaksin ini.
Selain itu, anak dengan gangguan sistem kekebalan tubuh akibat kondisi seperti kanker, leukemia, limfoma, atau terapi seperti steroid dan kemoterapi juga tidak disarankan untuk menerima vaksin ini.
b. Vaksinasi Varisella
Vaksin ini berfungsi untuk mencegah infeksi cacar air pada anak. Anak yang belum pernah mengalami penyakit tersebut disarankan mengikuti vaksinasi ini karena dapat mengurangi kemungkinan terkena cacar air secara signifikan.
Vaksin varisella biasanya diberikan satu dosis sebelum anak berusia 13 tahun. Namun, bagi yang usianya sudah di atas 13 tahun dan belum pernah divaksinasi maupun terinfeksi cacar air, dianjurkan untuk menerima dua dosis vaksin.
Pemberian dosis pertama dan kedua harus berjarak antara 4 sampai 8 minggu.
c. Vaksinasi HiB
Vaksinasi tambahan yang satu ini berfungsi untuk mencegah infeksi serius seperti radang otak dan pneumonia. Biasanya diberikan pada bayi saat berumur 2, 3, dan 5 bulan.
Pada setiap periode tersebut, bayi menerima dosis vaksin yang berbeda sesuai jadwal pemberian. Penyuntikan vaksin ini dilakukan pada otot paha.
Beberapa orang tua memberikan vaksin ini bersamaan dengan imunisasi Difteri, Pertusis, Tetanus (DPT), serta vaksin hepatitis B. Orang tua tidak perlu khawatir jika setelah imunisasi anak mengalami demam ringan atau pembengkakan serta kemerahan di area suntikan, karena efek ini bersifat sementara.
d. Vaksinasi Influenza
Vaksin ini bertujuan merangsang tubuh agar menghasilkan antibodi yang melindungi dari penyakit influenza yang berat.
Influenza tergolong penyakit serius karena dapat melemahkan sistem kekebalan dan bahkan berpotensi fatal. Penyakit ini paling berisiko menyerang orang dengan sistem imun yang lemah.
Oleh sebab itu, vaksinasi influenza sangat dianjurkan bagi orang dewasa berusia di atas 65 tahun, karena daya tahan tubuh cenderung menurun pada usia tersebut.
e. Vaksinasi Tifoid
Vaksin ini diberikan untuk mengurangi risiko seseorang terkena demam tifoid, yang juga dikenal sebagai tifus atau paratifus. Di Indonesia, vaksin ini sudah termasuk dalam program imunisasi yang direkomendasikan oleh pemerintah.
Pemberian vaksin tifoid dapat dimulai saat anak berusia dua tahun ke atas. Setelah menerima vaksin, biasanya akan muncul gejala seperti demam, sakit kepala, dan rasa nyeri di lokasi penyuntikan.
Sebagai penutup, pengertian imunisasi adalah proses pemberian vaksin untuk membentuk kekebalan tubuh agar terhindar dari berbagai penyakit berbahaya.