JAKARTA - Pemerintah Provinsi DKI Jakarta terus mendorong pemanfaatan transportasi umum agar semakin diminati masyarakat Ibu Kota. Gubernur DKI Jakarta, Pramono Anung, menargetkan peningkatan pengguna transportasi umum menjadi lebih dari 31 persen pada akhir 2025, naik signifikan dari 21 persen saat ini. Upaya ini merupakan bagian dari strategi jangka panjang untuk mengurangi kemacetan sekaligus memperbaiki kualitas hidup warga.
“Kalau bicara soal konektivitas, sebenarnya kita sudah mencapai 91 persen. Tapi memang belum dimanfaatkan secara maksimal. Saya dan Dirut Transjakarta menargetkan, mudah-mudahan tahun ini bisa tembus di atas 31 persen,” kata Pramono saat ditemui di Jakarta Pusat.
Menurutnya, target tersebut bukan sekadar angka, melainkan tolok ukur penting yang menentukan arah perencanaan transportasi publik untuk jangka menengah dan panjang. Jika tercapai, perencanaan akan semakin rinci dan terarah untuk menciptakan sistem transportasi yang efisien dan nyaman.
Lonjakan Pengguna Transjakarta dan Tantangan Konektivitas
Data menunjukkan tren positif dalam penggunaan layanan transportasi umum di Jakarta. Pada 2024, jumlah penumpang Transjakarta mencapai 371,4 juta orang, naik tajam dari 285 juta pada 2023, dan 191 juta pada 2022. Lonjakan ini menandakan semakin besarnya minat masyarakat menggunakan transportasi publik.
“Ini menandakan minat warga terhadap transportasi umum semakin tinggi. Layanan seperti Transjakarta dan Transjabodetabek sekarang sudah bersih, nyaman, dan bisa bersaing dengan kota-kota besar di luar negeri,” jelas Pramono.
Meski demikian, tantangan utama masih berkutat pada konektivitas antarmoda yang belum merata di seluruh wilayah. Masih banyak area yang belum tersentuh dengan baik oleh transportasi umum, sehingga masyarakat di beberapa wilayah memilih kendaraan pribadi.
Untuk mengatasi hal ini, Pemprov DKI secara aktif menambah jalur dan rute baru, termasuk menghubungkan Jakarta dengan kota-kota penyangga seperti Bekasi dan Depok. Fokus utama saat ini adalah meningkatkan konektivitas ke Bekasi, yang menjadi wilayah dengan pergerakan komuter terbesar menuju Jakarta.
“Kami berharap, warga Bekasi bisa melihat ada lebih banyak opsi sekarang. Dengan tambahan jalur Transjabodetabek dan integrasi KRL ke pusat kota seperti Tanah Abang, mudah-mudahan semakin banyak yang mau beralih ke transportasi umum,” kata Pramono.
Langkah-Langkah Strategis Menuju Transportasi Berkelanjutan
Peningkatan penggunaan transportasi umum menjadi kunci dalam strategi mengurangi kemacetan dan polusi di Jakarta. Selain menambah jumlah armada, seperti bus listrik Transjakarta yang akan terus bertambah, pemerintah juga fokus pada peningkatan kualitas layanan.
Salah satu terobosan yang dilakukan adalah penyempurnaan integrasi antara moda transportasi seperti Transjakarta, KRL Commuter Line, MRT, dan LRT. Hal ini bertujuan menciptakan perjalanan yang lancar dan efisien dari satu moda ke moda lainnya.
Pramono juga menyebutkan bahwa kualitas layanan yang bersih dan nyaman menjadi daya tarik utama. Hal ini menjadi alasan meningkatnya minat masyarakat beralih ke transportasi umum, yang sebelumnya dianggap kurang nyaman dan kurang aman.
Langkah-langkah ini diharapkan bukan hanya meningkatkan angka pengguna, tetapi juga mengubah kebiasaan masyarakat yang selama ini lebih mengandalkan kendaraan pribadi. Perubahan pola ini juga menjadi bagian dari komitmen DKI Jakarta untuk membangun kota yang lebih ramah lingkungan.
Harapan dan Proyeksi ke Depan
Dengan target peningkatan pengguna transportasi umum di atas 31 persen, Jakarta diharapkan bisa memanfaatkan potensi konektivitas yang sudah tinggi namun belum tergarap secara optimal. Peningkatan akses dan kualitas transportasi umum tidak hanya berpengaruh pada pengurangan kemacetan, tetapi juga mendorong pertumbuhan ekonomi lokal melalui kemudahan mobilitas warga.
Pemprov DKI terus memantau dan mengevaluasi implementasi kebijakan ini agar target dapat tercapai secara realistis. Kesuksesan program ini juga sangat bergantung pada partisipasi aktif masyarakat untuk beralih ke moda transportasi yang lebih ramah lingkungan.
Dengan demikian, transportasi umum tidak hanya menjadi solusi praktis untuk mobilitas warga, tetapi juga menjadi bagian dari upaya Jakarta menuju kota yang lebih modern, nyaman, dan berkelanjutan.