JAKARTA - Menteri Kebudayaan Fadli Zon menyoroti keanekaragaman budaya dan sejarah Indonesia yang menjadi warisan dunia. Indonesia merupakan rumah bagi lebih dari 1.340 kelompok etnis yang tersebar di lebih dari 17.000 pulau.
Negara ini juga menjaga 718 bahasa, sekitar 10 persen dari warisan linguistik dunia. Lebih dari sekadar biodiversitas, Indonesia menyimpan sistem pengetahuan, ritual, epos lisan, pengelolaan air dan tanah, serta tradisi maritim yang unik.
“Di sini kita dapat menelusuri jejak kehidupan manusia sepanjang milenium, bahkan jutaan tahun,” kata Menbud saat memberikan keterangan di Jakarta, Selasa. Pernyataan ini menegaskan pentingnya pelestarian sejarah bagi generasi mendatang.
Repatriasi Fosil Homo Erectus: Tonggak Kedaulatan Budaya
Fadli Zon menyampaikan rencana repatriasi fosil Pithecanthropus Erectus yang ditemukan Eugène Dubois 135 tahun lalu. Fosil ini, yang menjadi simbol penting sejarah manusia di Indonesia, akan dikembalikan dari Belanda ke tanah air.
“Lebih dari 50 persen fosil Homo erectus dunia ditemukan di Indonesia, namun masyarakat kita jarang dapat melihatnya,” jelas Menbud. Bulan lalu, Kementerian Kebudayaan berhasil memulangkan Dubois Collection sebanyak 28.131 fosil beserta catatan kontekstual dari Jawa dan Sumatra.
Langkah ini disebut Menbud sebagai tindakan keadilan restoratif dan rekonsiliasi historis. Dengan begitu, masyarakat Indonesia dapat menyaksikan sendiri jejak nenek moyang mereka.
Gua Prasejarah sebagai Arsip Peradaban
Selain fosil, Indonesia memiliki gua-gua prasejarah yang menyimpan narasi kontinuitas manusia. Situs ini menunjukkan adaptasi dan kreativitas manusia dari masa ke masa.
Di Sulawesi Selatan, lukisan naratif tertua dunia berusia 51.200 tahun ditemukan di Gua Leang Karampuang. Sementara itu, di Sumatra Barat, Gua Lida Ajer menunjukkan keberadaan Homo sapiens di hutan hujan tropis lebih dari 60.000 tahun lalu.
Gua Harimau, Sumatera Selatan, menyimpan urutan budaya dari sekitar 22.000 tahun hingga Zaman Logam awal. Di Kalimantan Timur dan Sulawesi Tenggara, gua-gua karst menampilkan ribuan piktograf tentang berburu, menari, ritual, dan aktivitas pelaut Austronesia.
Tantangan Pelestarian di Era Globalisasi
Menbud menekankan bahwa masa depan warisan budaya Indonesia sangat bergantung pada pelestarian dan pengembangan yang berkelanjutan. Perubahan cepat di era globalisasi menuntut upaya serius dalam menjaga identitas budaya.
Indonesia berkomitmen memajukan kebudayaan sesuai amanat UUD 1945 pasal 32 ayat 1. Langkah ini meliputi pelindungan dan revitalisasi warisan budaya, pengembangan dan pemanfaatan, hingga pemberdayaan budaya serta diplomasi dan promosi internasional.
Komitmen tersebut juga menempatkan Indonesia sebagai calon World Capital of Culture. Strategi ini bertujuan menegaskan identitas bangsa di tengah peradaban dunia dan menguatkan diplomasi budaya.
Sinergi Global dalam Pelestarian Budaya
Menbud menyerukan agar komunitas UISPP dan peserta konferensi dapat bersinergi membangun kebudayaan bersama. Indonesia terbuka untuk kerja sama budaya yang memperkuat peran bangsa di kancah internasional.
Fadli Zon berharap pertukaran pengetahuan dan kolaborasi penelitian dapat meningkatkan pemahaman tentang warisan budaya. Sinergi ini akan menjadi fondasi untuk melestarikan dan mempromosikan budaya Indonesia di mata dunia.