JAKARTA - Kabupaten Bangkalan kini memiliki daya tarik baru di sektor pariwisata berkelanjutan. Wisata edukasi Mangrove Labuhan di Kecamatan Sepuluh tidak hanya menyuguhkan keindahan alam pesisir, tetapi juga menjadi bukti nyata penerapan energi ramah lingkungan di Madura.
Sejak tahun 2021, pengelola wisata ini mengandalkan Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) dan kincir angin sebagai sumber energi utama. Kehadiran sistem energi terbarukan ini terbukti meningkatkan efisiensi operasional tanpa mengorbankan kenyamanan pengunjung.
Langkah inovatif tersebut membuat Mangrove Labuhan tidak hanya sekadar tempat wisata, melainkan juga laboratorium hidup yang mengajarkan pentingnya keberlanjutan energi. Setiap sudut kawasan ini menjadi contoh bagaimana teknologi bisa berpadu harmonis dengan alam.
Keberhasilan ini menjadikan wisata Mangrove Labuhan sebagai pionir penerapan energi hijau di Pulau Madura. Bahkan, banyak pengunjung datang bukan hanya untuk berwisata, tetapi juga untuk belajar tentang penerapan teknologi bersih di sektor pariwisata.
Efisiensi Biaya dan Ketahanan Operasional
Sebelum menggunakan PLTS dan kincir angin, pengelola wisata ini menghadapi beban listrik bulanan yang cukup besar. Mohammad Sahril, pengelola Mangrove Labuhan, mengungkapkan bahwa biaya listrik sempat mencapai Rp600.000 hingga Rp700.000 per bulan.
Kini, setelah beralih ke energi terbarukan, pengeluaran listrik berkurang drastis. “Sekarang cukup isi token Rp100.000, kadang masih sisa. Apalagi kalau PLN padam, solar cell langsung aktif otomatis. Jadi kegiatan malam hari tetap berjalan lancar,” ujar Sahril, Rabu (22 Oktober 2025).
Efisiensi ini bukan hanya soal penghematan biaya, melainkan juga soal ketahanan energi. Sistem hybrid antara tenaga surya dan angin memungkinkan operasional wisata tetap berjalan meski terjadi pemadaman listrik dari PLN.
Setiap bulan, sekitar 12 hingga 15 lembaga pendidikan dan organisasi mengadakan kegiatan pembelajaran di lokasi tersebut. Aktivitas yang padat membuat kebutuhan listrik tinggi, sehingga solusi energi terbarukan menjadi pilihan paling efisien dan berkelanjutan.
Sahril menjelaskan bahwa untuk kegiatan malam hari, pihaknya menerapkan tarif listrik tambahan sebesar Rp10.000 per orang. “PLTS mampu menyuplai listrik hingga pukul 03.00 atau 04.00 dini hari sebelum otomatis beralih ke sumber listrik PLN,” tambahnya.
Apresiasi Akademisi dan Potensi Besar Madura
Inovasi Mangrove Labuhan tidak luput dari perhatian kalangan akademisi Universitas Trunojoyo Madura (UTM). Menurut M. Latif, pakar energi terbarukan sekaligus dosen Teknik Mekatronika UTM, langkah tersebut mencerminkan visi masa depan energi Madura yang berkelanjutan.
“Wisata Mangrove Labuhan bisa diposisikan sebagai destinasi wisata hijau yang menarik bagi wisatawan peduli lingkungan,” ujarnya. Ia menilai konsep tersebut sejalan dengan tren global di mana wisata alam dikombinasikan dengan inovasi teknologi hijau.
Latif menambahkan bahwa Madura memiliki potensi besar dalam pengembangan energi surya. Intensitas sinar matahari yang tinggi sepanjang tahun memberikan keuntungan tersendiri bagi proyek-proyek berbasis PLTS di wilayah ini.
Namun, ia juga mengingatkan pentingnya perawatan sistem secara berkala agar umur pakai panel surya dapat lebih panjang. “Teknologi ini efisien, tapi tetap butuh pemeliharaan agar hasilnya optimal dan berkelanjutan,” tuturnya.
Apresiasi tersebut menjadi dorongan moral bagi pengelola wisata untuk terus mengembangkan inovasi energi hijau. Kolaborasi antara akademisi dan pengelola wisata diharapkan mampu memperluas penerapan energi bersih di sektor lain di Madura.
Dampak Ekonomi dan Lingkungan yang Positif
Selain manfaat lingkungan, penggunaan energi terbarukan juga memberikan efek positif terhadap ekonomi lokal. Menurut Norita Vibriyanto, pakar ekonomi sumber daya alam dan lingkungan UTM, teknologi energi bersih membuka peluang baru bagi masyarakat sekitar.
“Selain mengurangi emisi karbon, teknologi ini juga bisa menciptakan lapangan kerja dan meningkatkan kesadaran lingkungan di kalangan wisatawan,” ujarnya. Ia menilai, wisata edukatif seperti Mangrove Labuhan dapat menjadi model ekonomi hijau yang inklusif.
Norita menekankan bahwa dampak positif dari penerapan energi bersih tidak hanya terasa di sektor pariwisata. Penerapan sistem PLTS dan kincir angin juga dapat menginspirasi industri kecil menengah (IKM) untuk beralih ke energi efisien.
Masyarakat setempat kini juga ikut merasakan manfaat ekonomi dari peningkatan kunjungan wisatawan. Banyak warga membuka usaha kecil seperti warung, penyewaan perahu, dan jasa pemandu wisata yang bergantung pada kegiatan wisata mangrove.
Kehadiran sistem energi mandiri membuat kegiatan ekonomi tersebut berjalan lebih stabil. Bahkan, saat terjadi pemadaman listrik, seluruh kegiatan wisata tetap bisa berlangsung tanpa gangguan berarti.
Selain keuntungan ekonomi, dampak ekologisnya juga signifikan. Penggunaan energi bersih mengurangi ketergantungan pada bahan bakar fosil dan sekaligus menurunkan jejak karbon kawasan wisata.
Dengan lingkungan yang lebih terjaga, kawasan mangrove pun semakin subur dan menjadi habitat alami bagi berbagai jenis burung serta biota laut. Hal ini menambah nilai edukasi sekaligus daya tarik wisata alam bagi pengunjung dari berbagai daerah.
Menjadi Teladan Wisata Hijau di Indonesia
Wisata Mangrove Labuhan kini tidak hanya menjadi destinasi lokal, tetapi juga simbol keberhasilan penerapan konsep wisata hijau di Indonesia. Kombinasi antara edukasi lingkungan, teknologi energi terbarukan, dan pemberdayaan masyarakat menjadikan kawasan ini contoh nyata pembangunan berkelanjutan.
Langkah yang dilakukan pengelola sejalan dengan arah kebijakan pemerintah dalam mendukung transisi energi bersih di berbagai sektor. Model serupa diharapkan bisa diterapkan di lebih banyak destinasi wisata di tanah air.
Dengan dukungan teknologi dan kesadaran masyarakat, sektor pariwisata berpotensi menjadi pionir dalam gerakan energi hijau nasional. Mangrove Labuhan telah membuktikan bahwa inovasi sederhana bisa memberi dampak besar bagi lingkungan dan ekonomi lokal.
Ke depan, pengelola berencana memperluas sistem tenaga surya serta menambah kapasitas kincir angin agar mampu menyalakan seluruh area wisata tanpa bantuan PLN. Upaya ini akan memperkuat posisi Mangrove Labuhan sebagai destinasi ekowisata unggulan berbasis energi terbarukan.
Semangat hijau yang ditunjukkan oleh pengelola Mangrove Labuhan menjadi inspirasi bagi banyak pihak. Madura kini tak hanya dikenal dengan pesona pantainya, tetapi juga dengan komitmen kuat terhadap energi bersih dan keberlanjutan lingkungan.