Harga Batu Bara Dunia Melesat Lagi: Dampak Kuat dari Kebijakan dan Cuaca Ekstrem di China

Jumat, 17 Oktober 2025 | 09:06:33 WIB
Harga Batu Bara Dunia Melesat Lagi: Dampak Kuat dari Kebijakan dan Cuaca Ekstrem di China

JAKARTA - Kenaikan harga batu bara kembali menjadi sorotan global pada pertengahan Oktober 2025. Setelah sempat stabil di awal bulan, kini komoditas andalan energi itu kembali menunjukkan tren penguatan yang konsisten di pasar internasional.

Pada Kamis, 16 Oktober 2025, harga batu bara tercatat naik 0,37 persen menjadi US$108,4 per ton, menurut data Refinitiv. Dengan kenaikan tersebut, tren positif sudah berlangsung selama dua hari beruntun, menghasilkan penguatan kumulatif sekitar 2,35 persen.

Harga penutupan itu bahkan menjadi yang tertinggi sepanjang Oktober 2025, menandakan optimisme baru di sektor energi global.

Lonjakan Harga Didukung Kabar Positif dari China

Pendorong utama kenaikan harga batu bara kali ini datang dari China, konsumen batu bara terbesar di dunia. Harga spot batu bara termal impor di negara tersebut terus meningkat sejalan dengan kenaikan harga di pasar domestik.

Kenaikan ini didorong oleh ekspektasi kuat terhadap peningkatan permintaan di kuartal keempat tahun ini. Selain itu, lonjakan tarif pengiriman kapal laut juga berperan besar dalam mengerek harga impor batu bara.

Menariknya, meskipun biaya pengiriman semakin mahal, pembeli di China masih bersedia membayar karena harga batu bara domestik cenderung lebih tinggi. Kompetisi harga antara batu bara lokal dan impor membuat pasar tetap aktif dan dinamis.

Hal ini mencerminkan bahwa meskipun pasokan domestik terus diperbaiki dan kebijakan pemerintah diperketat, harga batu bara impor masih relevan sebagai penyeimbang pasar nasional.

Pengawasan Ketat Pemerintah Dorong Harga Naik

Selain faktor permintaan dan tarif logistik, faktor regulasi juga memainkan peran penting. Pemerintah China meningkatkan pengawasan terhadap operasi penambangan guna menekan produksi berlebih serta mencegah kecelakaan di sektor tambang.

Langkah ini secara tidak langsung menekan pasokan dan mendukung kenaikan harga di pasar spot. Laporan Bloomberg menyebut bahwa pemerintah kini lebih agresif dalam mengawasi praktik penambangan di berbagai provinsi penghasil batu bara.

“Upaya pemerintah untuk mengurangi kelebihan kapasitas melalui kebijakan pemeriksaan keselamatan bisa menjadi praktik umum ke depannya,” tulis Bloomberg Intelligence dalam analisis terbarunya.

Pengawasan ketat tersebut diharapkan mampu menekan risiko kecelakaan dan memperbaiki praktik keselamatan kerja di industri batu bara. Namun di sisi lain, kebijakan ini juga membuat pasokan semakin terbatas sehingga mendorong harga terus menguat.

Faktor Politik dan Iklim Ikut Memengaruhi

Menjelang Sidang Pleno Keempat di Beijing pekan depan, sektor batu bara di China bersiaga penuh. Pemerintah tidak ingin terjadi insiden di area pertambangan yang dapat mencoreng citra menjelang agenda politik besar tersebut.

Bahkan, mulai November mendatang, pemerintah pusat akan mengirimkan inspektur nasional untuk melakukan pemeriksaan lintas industri sebagai bagian dari “ujian keselamatan tahunan.” Program ini diperkirakan akan memperkuat pengawasan di wilayah-wilayah pertambangan utama seperti Shanxi dan Shaanxi.

Provinsi Shanxi mendapat perhatian khusus karena memiliki catatan keselamatan yang masih memprihatinkan. Dalam beberapa tahun terakhir, wilayah ini menjadi pusat produksi batu bara terbesar namun juga paling sering mengalami kecelakaan kerja.

Selain tekanan politik dan regulasi, kondisi cuaca ekstrem turut memperburuk situasi pasokan. Hujan deras dan banjir di wilayah Shanxi dan Shaanxi menyebabkan gangguan logistik serta berpotensi mengurangi produksi batu bara dalam beberapa bulan ke depan.

Dinamika Permintaan dan Pola Cuaca yang Tak Terduga

Di sisi permintaan, melimpahnya energi dari tenaga air akibat curah hujan tinggi diperkirakan akan sedikit mengurangi kebutuhan batu bara. Namun perlambatan ekonomi nasional juga ikut menekan tingkat konsumsi industri.

Meski demikian, iklim yang tidak menentu justru menciptakan dinamika baru pada permintaan energi. Suhu udara yang lebih tinggi dari biasanya di bagian tengah dan timur China meningkatkan penggunaan pendingin udara di kawasan perkotaan.

Sebaliknya, wilayah utara menghadapi suhu dingin lebih cepat dari jadwal normal. Beberapa kota bahkan telah menyalakan sistem pemanas rumah tangga lebih awal sekitar sebulan dari biasanya. Kedua faktor tersebut berpotensi mendorong permintaan batu bara kembali naik.

Kondisi ini membuat pasar batu bara berada dalam posisi unik, di mana faktor penurunan dan peningkatan permintaan terjadi secara bersamaan. Namun, para analis memperkirakan kecenderungan kenaikan harga masih lebih dominan dalam jangka pendek.

Tantangan Pasar dan Prospek ke Depan

Meskipun pasar batu bara China masih lebih lemah dibandingkan standar historisnya, pengawasan resmi pemerintah kini menjadi penopang baru harga. Produsen kini cenderung lebih berhati-hati dalam meningkatkan produksi karena khawatir terkena sanksi akibat pelanggaran keselamatan kerja.

Selain itu, gangguan cuaca dan ketidakpastian global membuat level pasokan sulit diprediksi secara akurat. Faktor-faktor inilah yang membuat investor lebih optimistis terhadap kemungkinan harga tetap tinggi dalam waktu dekat.

Sementara itu, analis pasar energi memandang bahwa harga batu bara dunia kemungkinan akan tetap bergerak di kisaran tinggi selama kuartal keempat 2025. Permintaan energi yang meningkat menjelang musim dingin akan menjadi salah satu pendorong utamanya.

Namun, fluktuasi tarif angkutan laut dan kebijakan ekspor dari negara produsen utama seperti Indonesia dan Australia juga akan menentukan arah harga berikutnya.

Tren Positif Belum Berakhir

Kenaikan harga batu bara global saat ini merupakan hasil gabungan dari berbagai faktor — mulai dari kebijakan pemerintah China, biaya pengiriman laut, hingga cuaca ekstrem yang memengaruhi produksi dan permintaan.

Tren positif ini kemungkinan masih akan berlanjut setidaknya hingga akhir tahun 2025, selama tekanan pasokan tetap tinggi dan aktivitas industri terus pulih secara bertahap.

Bagi pasar energi internasional, kondisi ini menjadi pengingat bahwa stabilitas harga batu bara sangat bergantung pada keseimbangan antara regulasi, logistik, dan cuaca. Selama ketiga elemen tersebut belum menunjukkan konsistensi, harga batu bara masih akan tetap “panas” di pasar global.

Terkini