Dunia Catat Rekor Energi Terbarukan, tapi Target 2030 Masih di Ujung Tanduk

Jumat, 17 Oktober 2025 | 09:06:17 WIB
Dunia Catat Rekor Energi Terbarukan, tapi Target 2030 Masih di Ujung Tanduk

JAKARTA - Kapasitas energi terbarukan dunia mencatat lonjakan terbesar dalam sejarah, menandai kemajuan penting dalam transisi menuju energi bersih. Namun, pencapaian tersebut belum cukup untuk memastikan dunia berada di jalur yang benar mencapai target pelipatan tiga kali kapasitas energi hijau pada 2030 seperti yang ditetapkan oleh PBB.

Laporan terbaru yang dirilis oleh International Renewable Energy Agency (IRENA), Global Renewables Alliance, dan Presidensi COP30 Brasil menyoroti kesenjangan besar yang masih harus ditutup dalam lima tahun mendatang. Meskipun dunia telah menunjukkan komitmen kuat, upaya kolektif dinilai masih belum seimbang dengan urgensi krisis iklim yang dihadapi.

Laju Pertumbuhan Tertinggi Sepanjang Sejarah

Menurut laporan tersebut, sepanjang tahun 2024 dunia berhasil menambah 582 gigawatt (GW) kapasitas energi terbarukan baru. Angka ini menjadi capaian tertinggi sepanjang sejarah, mencerminkan tingkat pertumbuhan tahunan 15,1 persen yang cukup signifikan dibandingkan tahun-tahun sebelumnya.

Kenaikan ini didorong oleh peningkatan pesat pada proyek tenaga surya dan angin di berbagai wilayah, terutama Asia dan Eropa. Meski demikian, untuk mencapai target 11.174 GW pada 2030, dunia perlu menjaga pertumbuhan rata-rata 16,6 persen per tahun mulai 2025.

Saat ini, total kapasitas energi terbarukan global mencapai 4.443 GW pada akhir 2024. Artinya, dunia masih membutuhkan tambahan lebih dari dua kali lipat kapasitas yang sudah ada agar sesuai dengan kesepakatan yang dicapai dalam Konferensi Perubahan Iklim PBB (COP28) di Dubai tahun 2023.

Optimisme dari IRENA Meski Tantangan Besar

Meskipun masih jauh dari target, Direktur Jenderal IRENA, Francesco La Camera, menyatakan optimismenya bahwa laju pertumbuhan dapat dipercepat dalam waktu dekat. Menurutnya, dengan momentum yang ada, peluang untuk mempersempit kesenjangan masih terbuka lebar.

“Kita mungkin dapat menambah lebih dari 700 gigawatt, bahkan mungkin 750 gigawatt pada 2025, dan itu berarti kita mulai menutup kesenjangan,” ujar La Camera pada Rabu, 15 Oktober 2025. Ia menambahkan bahwa peningkatan investasi global dalam teknologi hijau dan dukungan kebijakan pemerintah menjadi faktor kunci untuk mempercepat transisi.

Laporan ini dirilis menjelang pembicaraan iklim PBB berikutnya di Brasil bulan depan, yang akan menjadi ajang penting untuk meninjau kembali strategi negara-negara terhadap target energi bersih. Lebih dari 100 negara sebelumnya telah sepakat untuk melipatgandakan tiga kali kapasitas energi terbarukan sebagai bagian dari komitmen global mengurangi emisi gas rumah kaca.

Energi Terbarukan Lampaui Batu Bara untuk Pertama Kalinya

Sementara itu, lembaga riset energi Ember melaporkan perkembangan menggembirakan lainnya dalam sektor energi global. Untuk pertama kalinya dalam sejarah, sumber energi terbarukan menghasilkan listrik lebih banyak daripada batu bara pada paruh pertama tahun 2025.

Temuan ini menunjukkan adanya pergeseran besar dalam sistem energi global, di mana teknologi hijau mulai mengambil peran utama dalam memenuhi kebutuhan listrik dunia. Fenomena ini menjadi bukti bahwa dekarbonisasi bukan lagi wacana, tetapi kenyataan yang sedang berlangsung.

Namun, tantangan besar masih membayangi di beberapa negara maju dan berkembang. Perubahan kebijakan atau ketidakpastian regulasi dapat memperlambat laju investasi baru di sektor ini.

Tantangan Kebijakan di Amerika Serikat

Di Amerika Serikat, Presiden Donald Trump tahun ini merevisi skema insentif pajak untuk proyek tenaga surya dan angin. Kebijakan tersebut menuai kekhawatiran karena dinilai berpotensi menahan pertumbuhan investasi baru di sektor energi terbarukan.

Kendati demikian, La Camera menilai bahwa arah global menuju energi bersih tidak akan terhenti oleh kebijakan satu negara saja. “Transisi ini tidak dapat dihentikan. Pasar energi terbarukan telah menentukan arah, karena ini adalah cara termurah untuk menghasilkan listrik,” tegasnya.

Pernyataan tersebut menegaskan bahwa teknologi hijau kini bukan hanya pilihan etis, tetapi juga pilihan ekonomi paling rasional. Banyak negara terus memperluas program energi bersih mereka karena biaya produksi yang semakin efisien dan permintaan pasar yang terus meningkat.

Dorongan Kebijakan dan Peningkatan Infrastruktur

Laporan gabungan dari IRENA dan Global Renewables Alliance juga menyoroti pentingnya dukungan kebijakan yang kuat untuk mempercepat transisi energi. Pemerintah di berbagai negara diimbau memperbaiki rantai pasok dan infrastruktur kelistrikan, terutama dalam sistem transmisi dan distribusi energi hijau.

Selain itu, dibutuhkan upaya serius untuk melatih ulang tenaga kerja agar dapat menyesuaikan diri dengan kebutuhan industri energi baru. Penguatan kapasitas manusia dianggap sama pentingnya dengan investasi modal dalam menciptakan ekosistem energi yang berkelanjutan.

La Camera menegaskan, tanpa kebijakan yang proaktif, banyak negara akan kesulitan menjaga momentum pertumbuhan energi terbarukan yang sudah ada. Ia juga menambahkan bahwa investasi dalam infrastruktur jaringan listrik modern menjadi kunci agar pasokan energi hijau dapat diintegrasikan dengan lancar ke dalam sistem nasional.

Ancaman Krisis Iklim Semakin Mendesak

Sehari sebelum laporan IRENA dirilis, hasil penelitian bertajuk Global Tipping Points yang melibatkan 160 peneliti internasional memperingatkan bahwa pemanasan global kini melampaui ambang batas berbahaya lebih cepat dari yang diperkirakan.

Temuan ini memperkuat urgensi tindakan nyata dalam mempercepat transisi ke energi bersih. Para ilmuwan menegaskan bahwa keterlambatan dalam pengembangan energi terbarukan dapat memperburuk dampak krisis iklim yang sudah dirasakan di berbagai belahan dunia.

Dengan suhu global yang terus meningkat, negara-negara didesak untuk mempercepat langkah menuju dekarbonisasi total. Hal ini mencakup peningkatan investasi, reformasi kebijakan, dan kolaborasi lintas batas dalam pengembangan teknologi rendah emisi.

Jalan Panjang Menuju 2030

Capaian rekor energi terbarukan tahun lalu membuktikan bahwa dunia mampu bergerak cepat ketika ada kemauan politik dan dukungan investasi. Namun, untuk mencapai target pelipatan tiga kali kapasitas energi hijau pada 2030, upaya kolektif global harus lebih agresif dan konsisten.

IRENA memperkirakan, dalam lima tahun mendatang, dunia harus menambah kapasitas energi bersih lebih dari 1.300 GW setiap dua tahun agar target global tetap dalam jangkauan. Hal ini menuntut kolaborasi erat antara pemerintah, sektor swasta, dan lembaga keuangan internasional.

Meskipun jalan menuju 2030 masih panjang, laporan ini menegaskan bahwa masa depan energi dunia kini bergantung pada kecepatan aksi kolektif. Setiap tahun menjadi penentu apakah dunia akan berhasil menahan laju krisis iklim, atau justru melewati titik tanpa balik dalam sejarah peradaban manusia.

Terkini