JAKARTA - Setiap tanggal 15 Oktober, dunia memperingati Hari Perempuan Pedesaan Internasional (International Day of Rural Women), sebuah momentum penting yang menyoroti perjuangan, kontribusi, dan hak perempuan yang hidup di wilayah pedesaan. Tahun ini, peringatan yang jatuh pada 15 Oktober 2025 mengangkat semangat baru dalam mendorong kesetaraan gender serta pemberdayaan perempuan di berbagai sektor kehidupan.
Sejak ditetapkan oleh Majelis Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) pada tahun 2007, hari ini menjadi pengingat global akan pentingnya peran perempuan pedesaan dalam memerangi kemiskinan, mengatasi kelaparan, dan memperjuangkan gizi yang lebih baik. Mereka menjadi garda terdepan dalam pembangunan pertanian, pelestarian lingkungan, dan keberlanjutan hidup masyarakat desa.
Tema Hari Perempuan Pedesaan Internasional 2025: “Rural Women Rising”
Peringatan tahun ini mengusung tema “Rural Women Rising” atau “Perempuan Pedesaan yang Berkembang.” Tema ini merupakan bentuk penghormatan sekaligus seruan untuk bertindak, yang tertuang dalam Agenda Aksi Beijing+30. Tujuannya adalah memperkuat hak, kepemimpinan, dan ketahanan perempuan serta anak perempuan di pedesaan.
Melalui tema tersebut, dunia diajak untuk memberi perhatian lebih besar terhadap upaya peningkatan kesejahteraan perempuan di desa. Setiap hari, mereka berperan penting dalam menyediakan pangan bagi keluarga dan komunitas, menjaga lingkungan, serta mendorong pembangunan berkelanjutan.
UN Women, lembaga PBB untuk kesetaraan gender, menyerukan langkah nyata untuk mendukung perempuan pedesaan agar dapat berdiri sejajar dengan laki-laki dalam kesempatan ekonomi, sosial, dan politik. Dengan berinvestasi pada mereka, dunia sebenarnya tengah berinvestasi untuk masa depan yang adil, setara, dan berkelanjutan.
Akar Sejarah Peringatan Hari Perempuan Pedesaan Internasional
Peringatan Hari Perempuan Pedesaan Internasional pertama kali dirayakan pada 15 Oktober 2008, setahun setelah PBB menetapkannya melalui Resolusi 62/136 pada 18 Desember 2007. Penetapan ini muncul dari kesadaran global bahwa perempuan pedesaan memiliki kontribusi yang luar biasa besar bagi ketahanan pangan dunia.
Dalam resolusi tersebut, PBB menegaskan bahwa perempuan pedesaan, termasuk perempuan dari komunitas adat, memainkan peran kritis dalam pengembangan pertanian dan pedesaan. Mereka menjadi tulang punggung dalam peningkatan produksi pangan serta pengentasan kemiskinan di daerah tertinggal.
PBB juga mendorong negara-negara anggotanya untuk bekerja sama dengan masyarakat sipil dan organisasi internasional dalam meningkatkan kualitas hidup perempuan di pedesaan. Upaya ini mencakup perluasan akses terhadap pendidikan, kesehatan, lahan pertanian, dan teknologi agar perempuan pedesaan dapat berdaya secara penuh.
Fakta Mengejutkan Tentang Perempuan Pedesaan di Dunia
Di balik peran penting mereka, masih banyak perempuan pedesaan yang menghadapi kesenjangan dan keterbatasan akses terhadap sumber daya. PBB mencatat sejumlah fakta penting yang menggambarkan realitas tersebut di berbagai negara.
Secara global, lebih dari 35% tenaga kerja pertanian dunia diisi oleh perempuan, bahkan mencapai lebih dari 50% di beberapa wilayah Afrika dan Asia. Mereka berperan sebagai petani, pengrajin, nelayan, hingga pelaku usaha mikro yang menopang ekonomi lokal.
Namun, di sisi lain, akses perempuan terhadap lahan, kredit, pendidikan, dan teknologi masih sangat terbatas. Dari seluruh tenaga kerja pertanian di dunia, perempuan hanya menguasai sekitar 15% kepemilikan lahan pertanian. Kondisi ini memperlihatkan kesenjangan struktural yang menghambat mereka untuk berkembang secara ekonomi.
Studi PBB juga menunjukkan bahwa jika perempuan memiliki akses yang sama terhadap sumber daya produktif seperti laki-laki, maka hasil pertanian global dapat meningkat 20-30%. Peningkatan ini berpotensi memberi makan 100 hingga 150 juta orang tambahan di dunia, sekaligus memperkuat ketahanan pangan global.
Perempuan Pedesaan dan Tantangan Global di Masa Kini
Perempuan pedesaan kini menghadapi tantangan yang semakin kompleks seiring perubahan iklim, urbanisasi, serta ketimpangan ekonomi yang masih tinggi. Mereka berjuang keras mempertahankan mata pencaharian di tengah keterbatasan akses terhadap air bersih, pupuk, dan sarana produksi pertanian.
Meski demikian, banyak perempuan pedesaan yang terus bangkit dengan inovasi lokal, seperti mengelola lahan pertanian organik, mendirikan koperasi perempuan, hingga menciptakan produk ekonomi kreatif berbasis sumber daya alam desa. Mereka menunjukkan bahwa pemberdayaan bukan sekadar wacana, tetapi gerakan nyata dari akar rumput.
Dalam konteks global, pengakuan terhadap peran perempuan pedesaan menjadi sangat penting karena mereka berkontribusi besar terhadap Agenda Pembangunan Berkelanjutan (SDGs), terutama pada tujuan penghapusan kemiskinan, kesetaraan gender, dan ketahanan pangan.
Panggilan Dunia untuk Bertindak: Saatnya Perempuan Pedesaan Didukung Penuh
UN Women menegaskan bahwa dunia harus memberikan dukungan konkret agar perempuan pedesaan dapat mengembangkan potensinya. Dukungan ini dapat diwujudkan melalui kebijakan yang berpihak pada kesetaraan gender, akses terhadap pendidikan dan teknologi, serta perlindungan sosial bagi perempuan pekerja di sektor informal.
Investasi pada perempuan pedesaan bukan hanya langkah moral, tetapi juga strategi ekonomi yang cerdas. Ketika perempuan di pedesaan diberi kesempatan yang sama, mereka mampu meningkatkan produktivitas, memperkuat ketahanan pangan, dan mengurangi tingkat kemiskinan.
Selain itu, organisasi internasional menyerukan agar masyarakat global berperan aktif dalam menghapus diskriminasi dan stereotip gender yang masih menghambat kemajuan perempuan di sektor pertanian dan pedesaan. Hal ini penting untuk menciptakan lingkungan yang adil dan inklusif bagi semua kalangan.
Makna Peringatan Hari Perempuan Pedesaan bagi Indonesia
Di Indonesia, peran perempuan pedesaan juga tak kalah penting. Mereka menjadi tulang punggung keluarga dan ekonomi desa, terutama dalam sektor pertanian, perikanan, dan kerajinan rakyat. Banyak di antara mereka yang bekerja tanpa pengakuan formal, padahal kontribusinya sangat besar bagi ketahanan pangan nasional.
Peringatan ini seharusnya menjadi refleksi bagi pemerintah dan masyarakat untuk lebih memperhatikan kesejahteraan perempuan desa. Dengan memberi akses pada pendidikan, pelatihan, modal usaha, dan perlindungan sosial, perempuan pedesaan dapat menjadi penggerak utama pembangunan berkelanjutan di daerahnya.
Pemerintah juga diharapkan terus memperkuat program pemberdayaan ekonomi perempuan pedesaan, agar mereka dapat meningkatkan pendapatan keluarga sekaligus menjadi teladan bagi generasi muda di desanya.
Menatap Masa Depan dengan Harapan dan Kesetaraan
Peringatan Hari Perempuan Pedesaan Internasional 2025 bukan hanya sekadar perayaan simbolis, melainkan seruan moral untuk menegakkan keadilan gender dan pemberdayaan nyata. Dunia diingatkan kembali bahwa perempuan pedesaan bukan objek bantuan, melainkan subjek perubahan yang memiliki kekuatan besar untuk memajukan bangsa.
Melalui tema “Rural Women Rising,” kita diingatkan bahwa kemajuan sejati tidak akan pernah tercapai tanpa keadilan bagi perempuan, terutama mereka yang hidup di pedesaan. Dengan membuka peluang dan memberikan dukungan, dunia akan melangkah lebih dekat menuju masa depan yang setara, makmur, dan berkelanjutan bagi semua.
Kini saatnya seluruh lapisan masyarakat bersatu untuk mengangkat suara perempuan pedesaan, mendukung perjuangan mereka, dan memastikan tidak ada satu pun yang tertinggal dalam pembangunan global.