JAKARTA - Holding Industri Pertambangan Indonesia (MIND ID) terus memperkuat komitmennya dalam menggerakkan ekonomi kerakyatan melalui pemberdayaan usaha mikro dan kecil (UMK). Hingga pertengahan 2025, lebih dari 10 ribu UMK binaan telah menjadi bagian dari rantai pasok industri pertambangan di seluruh wilayah operasional grup tersebut.
Dari total jumlah tersebut, ratusan UMK kini berhasil naik kelas dan tumbuh sebagai penggerak ekonomi di daerah masing-masing. Keberhasilan itu menjadi bukti bahwa sektor pertambangan tidak hanya berfokus pada produksi mineral, tetapi juga berperan penting dalam membangun ekonomi masyarakat di sekitarnya.
Langkah MIND ID sejalan dengan arah kebijakan pembangunan nasional yang menekankan pemerataan ekonomi dan penciptaan lapangan kerja berkualitas. Upaya ini juga mendukung Asta Cita Presiden, yang mendorong penguatan kewirausahaan serta peningkatan kesejahteraan masyarakat di berbagai wilayah Indonesia.
Corporate Secretary MIND ID, Pria Utama, menegaskan bahwa keberpihakan terhadap UMK bukan hanya bagian dari tanggung jawab sosial perusahaan. Menurutnya, langkah ini adalah strategi konkret sektor pertambangan dalam mendukung agenda pembangunan ekonomi nasional.
“Bagi kami, tambang bukan hanya soal produksi mineral. Lebih dari itu, tambang adalah penggerak ekonomi kerakyatan di daerah, sumber energi untuk membuka lebih banyak kesempatan bagi usaha masyarakat agar tumbuh dan ikut berkontribusi bagi ekonomi nasional,” ujar Pria di Jakarta, Senin (13/10/2025).
Pemberdayaan UMK Lewat Pendampingan dan Inovasi Berkelanjutan
Untuk memastikan dampak ekonomi yang berkelanjutan, MIND ID menjalankan berbagai program pemberdayaan bagi pelaku UMK di sekitar wilayah operasional tambang. Program tersebut meliputi pelatihan manajemen usaha, peningkatan kualitas produk, digitalisasi, serta perluasan akses pasar agar UMK dapat berkembang mandiri dan kompetitif.
Melalui pendekatan terintegrasi, MIND ID berupaya menciptakan ekosistem ekonomi lokal yang inklusif dan tangguh. Setiap program disesuaikan dengan potensi daerah masing-masing, sehingga UMK binaan dapat tumbuh berdasarkan kekuatan lokal seperti kuliner, pertanian, maupun kerajinan tangan.
Pendekatan ini sekaligus membentuk pola hubungan jangka panjang antara perusahaan tambang dan masyarakat di sekitarnya. Bagi MIND ID, kehadiran tambang harus memberikan manfaat nyata, tidak hanya dari aspek ekonomi makro, tetapi juga peningkatan kapasitas usaha rakyat di akar rumput.
“Pendampingan tidak berhenti setelah pelatihan selesai. Kami memastikan setiap UMK binaan mendapatkan dukungan berkelanjutan, baik dalam hal permodalan, promosi, maupun akses ke jaringan pasar yang lebih luas,” ujar Pria.
Kisah Sukses UMK Naik Kelas di Daerah Tambang
Keberhasilan program MIND ID terlihat nyata dari kisah inspiratif para pelaku UMK di berbagai daerah. Salah satu contohnya datang dari Haiedi Ulandari, pendiri Pempek Hudi di Palembang, binaan PT Bukit Asam Tbk (PTBA). Usaha rumahan yang awalnya hanya beromzet sekitar Rp30 juta per bulan kini mampu mencapai Rp300 juta per bulan, sekaligus menyerap 13 tenaga kerja lokal.
Kisah serupa juga datang dari wilayah operasional PT Vale Indonesia, yang mendorong lahirnya berbagai usaha kuliner lokal seperti Sambal Lumako, Nata de Coco, dan Ikan Asap. Melalui program pelatihan, pendampingan bisnis, serta dukungan promosi, UMK tersebut kini telah memperluas pasar hingga ke luar daerah.
Tidak hanya itu, para pelaku usaha juga mampu meningkatkan kualitas produk sesuai standar industri, memperluas jaringan distribusi, dan membuka lapangan kerja baru bagi masyarakat sekitar tambang. Perubahan ini membuktikan bahwa industri pertambangan mampu menjadi penggerak utama tumbuhnya wirausaha tangguh di daerah.
“Keberhasilan ini membuktikan bahwa industri pertambangan dapat menjadi motor penggerak ekonomi rakyat, bukan hanya melalui kontribusi pajak dan devisa, tetapi juga lewat tumbuhnya wirausaha lokal yang tangguh,” ungkap Pria.
Komitmen Jangka Panjang MIND ID untuk Kemandirian UMK
Program pemberdayaan yang dijalankan MIND ID tidak berhenti pada tahap pelatihan dan bantuan modal semata. Perusahaan memastikan bahwa setiap UMK binaan mendapatkan pendampingan jangka panjang untuk menjaga keberlanjutan usahanya di masa depan.
Melalui jaringan anak perusahaan seperti PT Bukit Asam, PT Antam, PT Timah, PT Freeport Indonesia, dan PT Vale Indonesia, MIND ID membangun ekosistem kolaboratif antara sektor pertambangan dan masyarakat. Setiap entitas menjalankan program sesuai karakteristik sosial dan ekonomi wilayahnya, dengan fokus pada penciptaan nilai tambah lokal.
Pria Utama menegaskan, keberhasilan UMK binaan merupakan cerminan kesuksesan MIND ID sebagai perusahaan negara yang berorientasi pada kemakmuran rakyat. Menurutnya, pemberdayaan ekonomi lokal merupakan bagian tak terpisahkan dari strategi keberlanjutan perusahaan di sektor pertambangan.
“Keberhasilan mereka adalah kebanggaan bagi keluarga besar MIND ID. Kami ingin UMK binaan menjadi pelaku ekonomi yang mandiri, berdaya saing, dan berkontribusi nyata bagi daerahnya,” tuturnya.
Upaya tersebut juga memperkuat misi MIND ID untuk menghadirkan nilai tambah lebih besar dari setiap aktivitas pertambangan. Melalui pemberdayaan masyarakat, perusahaan tidak hanya menciptakan keuntungan bisnis, tetapi juga membangun fondasi ekonomi lokal yang kuat dan berdaya tahan.
Tambang untuk Kesejahteraan dan Kemandirian Masyarakat
MIND ID menempatkan keberlanjutan sebagai nilai utama dalam menjalankan bisnis pertambangan. Pendekatan ini tidak hanya difokuskan pada aspek lingkungan, tetapi juga kesejahteraan sosial dan pemberdayaan ekonomi masyarakat sekitar tambang.
Dengan lebih dari 10 ribu UMK yang telah dibina hingga pertengahan 2025, perusahaan menunjukkan hasil nyata dari komitmen tersebut. Setiap program dirancang agar masyarakat memiliki kemampuan beradaptasi terhadap perubahan ekonomi global dan mampu membangun kemandirian usaha secara berkelanjutan.
Bagi MIND ID, kontribusi terhadap ekonomi nasional tidak hanya diukur dari besarnya produksi mineral, tetapi juga dari seberapa besar dampak sosial yang dihasilkan bagi masyarakat lokal. Dengan pendekatan kolaboratif, perusahaan berupaya menciptakan hubungan yang saling menguntungkan antara industri pertambangan dan masyarakat.
Langkah ini membuktikan bahwa tambang bukan hanya sumber daya alam, tetapi juga sumber daya sosial yang mampu memperkuat ekonomi rakyat. Melalui sinergi antara dunia usaha dan masyarakat, pertambangan di Indonesia kini menjadi bagian dari gerakan besar menuju pembangunan ekonomi yang inklusif, berkeadilan, dan berkelanjutan.