Makna di Balik 8 Oktober: Hari Penting bagi Tata Ruang, Pendidikan, dan Lingkungan Dunia

Rabu, 08 Oktober 2025 | 09:02:06 WIB
Makna di Balik 8 Oktober: Hari Penting bagi Tata Ruang, Pendidikan, dan Lingkungan Dunia

JAKARTA - Setiap tanggal 8 Oktober menjadi momen istimewa di berbagai belahan dunia. Hari ini bukan sekadar tanggal di kalender, melainkan pengingat tentang beragam nilai penting yang menyentuh banyak bidang kehidupan mulai dari tata ruang, pendidikan, lingkungan, hingga peran profesi yang sering luput dari sorotan.

Di Indonesia, tanggal 8 Oktober diperingati sebagai Hari Tata Ruang Nasional (HANTARU), sementara dunia juga mengenal hari ini sebagai Hari Disleksia Sedunia, Hari Gurita Sedunia, Hari Loper Koran Internasional, dan Hari Pencatatan Kelahiran Internasional. Semua peringatan ini membawa pesan mendalam yang berbeda, namun sama-sama menegaskan pentingnya keseimbangan antara manusia, lingkungan, dan kehidupan sosial.

Tahun ini, Rabu, 8 Oktober 2025, kembali menjadi momentum untuk merefleksikan arti penting dari setiap peringatan tersebut.

1. Hari Tata Ruang Nasional: Wujudkan Ruang Hidup yang Berkeadilan

Setiap 8 Oktober, masyarakat Indonesia memperingati Hari Tata Ruang Nasional (HANTARU) sebagai momen untuk menumbuhkan kesadaran akan pentingnya penataan ruang yang berkelanjutan. Penataan ruang yang baik bukan hanya urusan teknis, melainkan juga tentang keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.

Melalui peringatan ini, para perencana wilayah, pemerintah, akademisi, dan masyarakat diajak untuk meninjau kembali bagaimana ruang hidup digunakan. Ruang yang tertata dengan bijak mencerminkan keseimbangan antara pembangunan dan kelestarian alam.

Penetapan HANTARU berakar dari semangat dalam Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang. Meskipun belum menjadi hari libur nasional, tanggal ini dipilih sebagai simbol komitmen untuk membangun wilayah Indonesia yang tertib, berkelanjutan, dan berpihak pada kesejahteraan rakyat.

2. Hari Disleksia Sedunia: Memahami Perbedaan dalam Dunia Pendidikan

Masih pada tanggal yang sama, 8 Oktober 2025, dunia juga memperingati Hari Disleksia Sedunia. Peringatan ini mengajak masyarakat untuk memahami dan mendukung individu dengan disleksia sebuah kondisi gangguan belajar yang memengaruhi kemampuan membaca, menulis, dan mengeja.

Disleksia bukan tanda kurangnya kecerdasan. Kondisi ini hanya menunjukkan bahwa seseorang memproses bahasa dengan cara yang berbeda. Dikenal sejak tahun 1881 oleh dokter asal Jerman, Oswald Berkhan, disleksia kemudian diberi nama oleh dokter mata Rudolph Berlin enam tahun kemudian.

Temuan Berkhan berasal dari pengamatannya terhadap seorang anak laki-laki yang kesulitan membaca meskipun memiliki kemampuan intelektual normal. Seiring waktu, disadari bahwa banyak anak maupun orang dewasa juga mengalami kondisi serupa.

Disleksia tidak bisa disembuhkan dengan obat-obatan, namun dapat dikelola melalui terapi, metode belajar kreatif, dan dukungan berkelanjutan dari keluarga serta guru. Tanpa pemahaman yang benar, penderita disleksia sering disalahartikan sebagai malas atau lambat belajar—padahal mereka hanya membutuhkan pendekatan berbeda untuk berkembang.

3. Hari Gurita Sedunia: Mengenal Kecerdasan Biota Laut yang Unik

Tanggal 8 Oktober juga menjadi waktu bagi para pencinta lingkungan untuk merayakan Hari Gurita Sedunia. Hewan laut yang satu ini dikenal sangat cerdas dan memiliki peran besar dalam menjaga keseimbangan ekosistem laut.

Gurita termasuk dalam kelas Cephalopoda, yang berarti “kepala dan kaki”. Nama “gurita” berasal dari kata Yunani októpus yang berarti “delapan kaki”. Menariknya, hewan ini memiliki delapan lengan dengan penghisap di bagian bawahnya serta sistem saraf yang luar biasa kompleks.

Gurita memiliki sembilan otak satu otak utama dan delapan otak kecil di masing-masing lengannya. Selain itu, hewan ini juga memiliki tiga jantung, dua di antaranya berfungsi memompa darah ke insang dan satu lagi mengalirkan darah ke seluruh tubuh.

Kemampuan gurita dalam berkamuflase juga menakjubkan. Ia dapat mengubah warna dan tekstur tubuhnya agar menyatu dengan lingkungan, sehingga sering dijuluki “bunglon laut.”

Hari Gurita Sedunia pertama kali dicetuskan pada tahun 2006 oleh komunitas pecinta laut The Octopus News Magazine Online. Sejak saat itu, hari ini dijadikan momen untuk mengenalkan keindahan dan keunikan gurita kepada dunia, sekaligus mengingatkan pentingnya menjaga laut dari ancaman polusi dan perburuan berlebihan.

4. Hari Loper Koran Internasional: Menghargai Pahlawan Informasi

Selain lingkungan dan pendidikan, tanggal 8 Oktober juga menjadi waktu untuk menghormati para pekerja media lapangan melalui Hari Loper Koran Internasional. Peringatan ini pertama kali diprakarsai oleh Newspaper Association of America (NAA).

Para loper koran adalah sosok yang berjasa besar dalam menyebarkan informasi sejak masa awal media cetak. Setiap pagi, mereka mengantarkan berita ke tangan pembaca, tanpa memedulikan panas, hujan, atau jarak tempuh yang jauh.

Melalui peringatan ini, dunia diajak mengingat bahwa sebelum era digital, keberadaan mereka sangat penting dalam menjaga arus informasi tetap hidup di tengah masyarakat. Kerja keras mereka adalah bagian dari sejarah panjang jurnalisme yang layak dihargai.

5. Hari Pencatatan Kelahiran Internasional: Identitas yang Menjamin Hak Anak

Peringatan terakhir yang jatuh pada tanggal 8 Oktober adalah Hari Pencatatan Kelahiran Internasional. Peringatan ini mulai diselenggarakan pada tahun 2018 atas prakarsa Johnson’s Baby bersama organisasi kemanusiaan Save the Children melalui kampanye The Right Start.

Tujuan utamanya adalah menyoroti pentingnya pencatatan kelahiran yang akurat secara global. Jutaan anak di seluruh dunia masih belum memiliki akta kelahiran, sehingga mereka kehilangan hak dasar sebagai warga negara dan rentan terhadap eksploitasi.

Hari Pencatatan Kelahiran Internasional mengingatkan bahwa setiap anak berhak diakui secara hukum sejak lahir. Identitas resmi menjadi langkah awal dalam melindungi hak-hak mereka, mulai dari pendidikan, kesehatan, hingga perlindungan sosial.

Tanpa pencatatan kelahiran, anak-anak yang tak terdata berisiko tinggi mengalami diskriminasi, kekerasan, bahkan perdagangan manusia. Karena itu, peringatan ini menjadi ajakan bagi seluruh negara untuk memastikan tidak ada anak yang kehilangan haknya hanya karena tidak tercatat.

Makna di Balik Peringatan 8 Oktober

Beragam peringatan pada 8 Oktober menyiratkan satu pesan penting: setiap aspek kehidupan saling terhubung. Dari tata ruang yang tertata, pendidikan yang inklusif, pelestarian laut, hingga pengakuan hak individu semuanya mencerminkan tanggung jawab manusia dalam menjaga keseimbangan dunia.

Rabu, 8 Oktober 2025, menjadi lebih dari sekadar tanggal di kalender. Ia adalah refleksi dari kepedulian global, bahwa pembangunan sejati bukan hanya tentang kemajuan, tetapi juga tentang penghargaan terhadap manusia, alam, dan ilmu pengetahuan.

Terkini