Deflasi di Indonesia: Diskon Tarif Listrik 50 Persen dan Fenomena Langka di 2025

Selasa, 04 Maret 2025 | 15:21:01 WIB
Deflasi di Indonesia: Diskon Tarif Listrik 50 Persen dan Fenomena Langka di 2025

JAKARTA - Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan adanya deflasi di Indonesia sebesar 0,48% secara bulanan (month-to-month/mtm) dan 0,09% secara tahunan (year-on-year/yoy) pada Februari 2025. Deflasi ini didominasi oleh kebijakan diskon tarif listrik sebesar 50% yang mulai diberlakukan sejak Januari hingga Februari 2025. Hal ini menandai dua bulan berturut-turut Indonesia mengalami deflasi, setelah sebelumnya pada Januari 2025 tercatat deflasi sebesar 0,76%.

Deflasi bulanan terbesar pada Februari 2025 disumbangkan oleh sektor perumahan, air, listrik, dan bahan bakar rumah tangga dengan angka deflasi mencapai 3,59%, memberikan kontribusi terhadap deflasi nasional sebesar 0,52%. "Kelompok pengeluaran penyumbang deflasi bulanan terbesar adalah perumahan, air, listrik, dan bahan bakar rumah tangga dengan deflasi sebesar 3,59% dan memberikan andil deflasi 0,52% karena komoditas yang dominan mendorong deflasi kelompok ini adalah diskon tarif listrik yang memberikan andil deflasi sebesar 0,67%," jelas Kepala BPS, Amalia Adininggar Widyasanti.

Selain pengaruh dari diskon tarif listrik, beberapa komoditas lain juga mengalami penurunan harga, seperti daging ayam ras, bawang merah, dan cabai merah. Winny, sapaan akrab Amalia, menuturkan bahwa penurunan harga komoditas ini turut berkontribusi terhadap deflasi. "Komoditas yang juga memberikan andil deflasi karena penurunan harga beberapa pangan bergejolak seperti daging ayam ras yang harganya turun sehingga memberikan andil deflasi sebesar 0,06%, bawang merah dan cabai merah juga mengalami penurunan harga sepanjang Februari sehingga memberikan andil deflasi masing-masing sebesar 0,05% dan 0,04%," ungkap Winny.

Diskon tarif listrik yang mencapai 32,03% pada Januari 2025 mengindikasikan peranan besar dari kebijakan tersebut dalam menciptakan deflasi. Selama Januari, andil deflasi dari penurunan tarif listrik mencapai 1,47%. Deflasi secara tahunan seperti ini merupakan peristiwa langka di Indonesia, terakhir terjadi pada Maret 2000. Saat itu, deflasi tercatat sebesar 1,10%, didominasi oleh penurunan harga kelompok bahan makanan.

Meskipun terjadi deflasi tahunan, Winny menegaskan bahwa hal ini bukan disebabkan oleh penurunan daya beli masyarakat. "Ini bukan karena penurunan daya beli, tetapi karena pengaruh dari diskon tarif listrik. Ini yang memberikan andil deflasi 2 bulan berturut-turut karena ini kebijakan pemerintah melalui diskon tarif listrik 50%," kata Winny. Lebih lanjut, Winny menjelaskan bahwa biasanya penurunan daya beli dikaitkan dengan komponen inti, namun pada Februari 2025, komponen inti masih mengalami inflasi tahunan sebesar 2,48%. Komponen ini berkontribusi sebesar 1,58% terhadap inflasi tahunan, dipengaruhi oleh harga emas perhiasan, minyak goreng, kopi bubuk, dan nasi dengan lauk.

Sementara itu, komponen harga bergejolak masih mencatatkan inflasi sebesar 0,56% dengan kontribusi inflasi sebesar 0,10%. Menurut Winny, beberapa komoditas yang dominan memberikan andil inflasi pada komponen ini mencakup cabai rawit, bawang putih, kangkung, dan bawang merah. "Untuk komponen harga bergejolak, sebagian komoditas mengalami deflasi, tetapi juga ada sebagian komoditas yang masih mengalami inflasi secara yoy seperti cabai rawit, bawang putih, kangkung, dan bawang merah," paparnya.

Komponen harga diatur pemerintah mengalami deflasi sebesar 9,02% dan memberikan kontribusi deflasi sebesar 1,77%. Dominasi deflasi pada komponen ini terutama disebabkan oleh diskon tarif listrik yang diberlakukan selama dua bulan terakhir. Kebijakan ini, meskipun memberikan dampak deflasi, perlu dimonitor untuk memastikan tidak menekan terlalu besar pada komponen lain dan tetap menjaga daya beli masyarakat.

Dengan demikian, ke depan penting bagi pemerintah untuk terus mempertimbangkan keseimbangan antara kebijakan diskon tarif dan stabilitas harga komoditas lainnya agar dapat menjaga inflasi dalam kisaran target yang diharapkan, sembari tetap meningkatkan kesejahteraan dan daya beli masyarakat.

Terkini