Pengertian depresi mayor adalah gangguan suasana hati ditandai kesedihan mendalam, hilangnya semangat, dan makna hidup.
Jika Anda sering merasakan hal-hal tersebut dalam jangka waktu lama, jangan mengabaikannya, karena itu bisa menjadi pertanda dari kondisi serius yang memerlukan perhatian.
Kondisi ini cukup umum terjadi dan sering ditemui dalam kehidupan sehari-hari. Di antara berbagai jenis depresi, depresi mayor adalah yang paling sering terdiagnosis oleh tenaga medis.
Ciri awalnya biasanya melibatkan suasana hati yang terus-menerus murung, rasa putus harapan, serta kesendirian yang berkepanjangan selama lebih dari dua minggu.
Gejala dari gangguan ini sangat memengaruhi cara berpikir, perasaan, dan perilaku, yang pada akhirnya berdampak negatif terhadap kondisi fisik maupun psikis seseorang.
Penderita akan mulai kehilangan minat terhadap kegiatan yang sebelumnya disukai, atau bahkan merasa hampa saat menjalani aktivitas harian.
Jika tidak ditangani dengan tepat, gangguan ini bisa mengganggu berbagai aspek kehidupan, termasuk pekerjaan, studi, serta relasi di lingkungan keluarga maupun sosial.
Gejala lain yang kerap muncul adalah berkurangnya nafsu makan, kelelahan terus-menerus, serta kecenderungan untuk menarik diri dari lingkungan sekitar.
Meskipun penyebab pastinya belum bisa dipastikan, para ahli menduga adanya pengaruh dari faktor keturunan, ketidakseimbangan kimia di otak, atau pengalaman traumatis yang membekas dalam jiwa seseorang.
Untuk menangani kondisi ini, dibutuhkan pendekatan jangka panjang melalui terapi. Beberapa penderita mengalami kemajuan setelah menjalani pengobatan dengan antidepresan, sesi konseling psikologis, atau bahkan kombinasi dari keduanya.
Proses ini memang menuntut waktu dan kesabaran, namun hasilnya bisa sangat membantu dalam memulihkan keseimbangan hidup.
Dengan memahami pengertian depresi mayor, kita bisa lebih waspada terhadap gejalanya, serta mampu memberikan dukungan yang tepat kepada diri sendiri maupun orang lain yang mengalaminya.
Pengertian Depresi Mayor
Pengertian depresi mayor merujuk pada kondisi gangguan mental yang secara medis disebut Gangguan Depresi Mayor (GDM) atau Major Depressive Disorder (MDD).
Kondisi ini ditandai dengan perasaan sedih yang mendalam dan keputusasaan yang berlangsung terus-menerus.
Seseorang yang mengalaminya akan merasa terpuruk hampir sepanjang waktu. Gejala dari kondisi ini dapat bertahan selama beberapa minggu hingga berbulan-bulan.
Meski durasinya berbeda-beda pada setiap individu, depresi berat tetap berpotensi besar menghambat aktivitas sehari-hari serta menurunkan kualitas hidup orang yang mengalaminya.
Jenis-jenis Depresi Mayor
Berdasarkan penjelasan dalam buku Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders edisi kelima, kriteria diagnosis untuk kondisi ini diklasifikasikan ke dalam beberapa jenis utama yang memiliki ciri khas masing-masing.
1. Tipe melankolis
Orang yang mengalami bentuk ini umumnya menunjukkan gejala khas berupa penurunan berat badan yang signifikan serta hilangnya minat terhadap aktivitas yang sebelumnya menyenangkan.
Suasana hati yang dialami cenderung sangat murung, menyerupai kesedihan mendalam akibat kehilangan orang terdekat.
2. Tipe dengan karakteristik atipikal
Pada tipe ini, penderitanya masih dapat merasakan peningkatan suasana hati ketika menghadapi situasi atau peristiwa yang positif. Gejalanya sangat berkaitan dengan perubahan mood serta interaksi sosial.
Beberapa tanda umum meliputi tidur berlebihan, penambahan berat badan, dan rasa cemas dalam lingkungan sosial.
3. Tipe dengan ciri-ciri psikotik
Jenis ini terjadi ketika pengidap mengalami delusi atau halusinasi yang tidak sesuai dengan kenyataan. Gangguan ini dapat muncul sebagai akibat dari pengalaman traumatis atau riwayat depresi yang pernah dialami sebelumnya.
4. Tipe dengan gejala katatonia
Penderita tipe ini kerap mengalami gangguan pada fungsi motorik dan perilaku. Mereka mungkin mengalami kesulitan bergerak sama sekali atau justru melakukan gerakan yang tidak disadari.
Menurut data dari US National Library of Medicine dan National Institute of Health, kondisi ini dikategorikan sebagai gangguan psikotik yang sangat memengaruhi kesejahteraan individu dan menjadi hambatan serius dalam proses pengobatan gangguan utama.
Gejalanya dianggap mengganggu fungsi dasar dalam menjalani kehidupan sehari-hari.
Apa yang Menyebabkan Terjadinya Depresi Mayor?
Penyebab utama dari kondisi ini diyakini berasal dari ketidakseimbangan zat kimia di dalam otak. Meski demikian, faktor lingkungan juga turut berperan, termasuk situasi di sekitar individu yang mengalaminya.
Kejadian dalam hidup atau penyakit tertentu bisa menjadi pemicu, namun kondisi ini juga dapat muncul tanpa alasan yang jelas. Sampai saat ini, penyebab pastinya belum sepenuhnya dipahami.
Sama seperti gangguan mental lainnya, kondisi ini kemungkinan disebabkan oleh gabungan beberapa faktor berikut:
1. Perbedaan secara biologis
Individu dengan kondisi ini seringkali menunjukkan perubahan fisik pada otaknya. Meskipun pentingnya perubahan tersebut belum sepenuhnya jelas, temuan ini dapat menjadi petunjuk dalam memahami penyebab dasarnya.
2. Zat kimia otak
Zat alami di otak yang dikenal sebagai neurotransmitter diyakini berperan penting dalam gangguan ini.
Beberapa studi menunjukkan bahwa perubahan fungsi serta interaksi neurotransmitter dengan jaringan saraf yang mengatur kestabilan suasana hati dapat berkontribusi terhadap terjadinya kondisi tersebut maupun respons terhadap pengobatannya.
3. Perubahan hormon
Fluktuasi hormon dalam tubuh juga dapat memicu atau memperburuk kondisi ini. Perubahan ini bisa terjadi selama masa kehamilan, setelah melahirkan, menjelang menopause, atau akibat gangguan hormon lainnya seperti masalah pada kelenjar tiroid.
4. Faktor genetik
Risiko akan meningkat apabila terdapat anggota keluarga sedarah yang juga memiliki kondisi serupa. Para ahli sedang menyelidiki gen tertentu yang mungkin memiliki hubungan dengan terjadinya gangguan ini.
5. Kepribadian individu
Orang dengan kepercayaan diri yang rendah, cenderung mudah stres, atau memiliki pandangan hidup yang pesimis, tampaknya lebih rentan terhadap kondisi ini.
6. Pengaruh lingkungan
Tinggal di lingkungan yang dipenuhi dengan kekerasan, penelantaran, pelecehan, atau kondisi kemiskinan dalam jangka panjang bisa meningkatkan risiko seseorang mengalami gangguan ini.
Selain itu, kondisi ini juga bisa dipicu oleh sejumlah hal lain seperti:
- konsumsi alkohol atau penggunaan zat terlarang,
- penyakit tertentu seperti kanker atau gangguan tiroid,
- efek samping dari obat-obatan tertentu, termasuk steroid,
- pengalaman traumatis di masa kecil, seperti pelecehan.
Beberapa faktor tambahan yang dapat meningkatkan risiko mencakup: usia (lebih sering muncul pada usia muda), status ekonomi (individu dengan tingkat ekonomi rendah lebih rentan), serta kondisi pernikahan (mereka yang mengalami perceraian atau perpisahan memiliki kemungkinan lebih tinggi untuk mengalaminya).
Gejala-gejala Depresi Mayor
Beberapa ciri gangguan depresi mayor sering kali tampak serupa atau setidaknya menunjukkan kemiripan yang bisa dikenali secara langsung.
Berdasarkan pedoman diagnostik gangguan mental DSM-5, individu yang mengalami gangguan depresi mayor juga dapat menunjukkan berbagai gejala lain, di antaranya:
- Tidak memiliki minat untuk membangun hubungan, baik secara pertemanan maupun romantis
- Enggan terlibat dalam kegiatan apa pun
- Merasa kelelahan atau kekurangan energi hampir setiap hari
- Timbul perasaan tidak berharga atau rasa bersalah yang menetap setiap harinya
- Sulit berkonsentrasi atau mengambil keputusan
- Mengalami gangguan tidur seperti kesulitan tidur (insomnia) atau tidur berlebihan (hipersomnia) hampir setiap hari
- Muncul pikiran untuk mengakhiri hidup secara berulang
- Mengalami perubahan berat badan yang mencolok—baik penurunan maupun kenaikan lebih dari 5% dari berat badan awal dalam jangka waktu satu bulan
Gejala gangguan depresi mayor juga bisa terlihat dari sikap seseorang yang mulai menjauh dari interaksi sosial.
Mereka yang mengalami depresi cenderung menarik diri dari lingkungan sekitar dan tidak lagi menikmati aktivitas yang dulunya memberi kesenangan, suatu kondisi yang dikenal sebagai anhedonia.
Pengobatan untuk Gangguan Depresi Mayor
Terdapat berbagai metode penanganan yang dapat digunakan untuk mengatasi gangguan depresi berat. Beberapa di antaranya meliputi terapi bicara, penggunaan obat antidepresan, serta terapi kejut listrik (ECT) dan pendekatan somatik lainnya.
Meskipun demikian, ECT biasanya hanya menjadi pilihan terakhir dalam situasi tertentu, sementara psikoterapi dan obat-obatan menjadi langkah awal yang lebih sering diambil.
Psikiater medis memiliki peran dalam memberikan terapi sekaligus meresepkan obat, yang penyesuaiannya disesuaikan dengan kondisi tiap individu.
Depresi berat umumnya ditangani melalui kombinasi antara pengobatan dan sesi terapi. Di samping itu, perubahan gaya hidup tertentu bisa membantu meringankan sebagian gejala.
Dalam kondisi yang lebih serius, terutama ketika terdapat risiko terhadap keselamatan diri, pasien mungkin perlu menjalani perawatan intensif di rumah sakit. Beberapa pasien juga dapat mengikuti program rawat jalan sampai kondisinya membaik.
1. Obat-obatan
Dokter biasanya memulai penanganan dengan meresepkan antidepresan, salah satunya dari golongan SSRI (Selective Serotonin Reuptake Inhibitor).
Obat ini bekerja dengan meningkatkan jumlah serotonin di otak, yaitu zat kimia yang memengaruhi suasana hati. Dengan kadar serotonin yang lebih seimbang, suasana hati dapat menjadi lebih baik dan pola tidur pun cenderung membaik.
Contoh SSRI yang sering diresepkan meliputi fluoxetine dan citalopram. Obat-obatan ini tergolong memiliki efek samping yang ringan dan umumnya dapat ditoleransi oleh pasien.
Selain SSRI, ada juga SNRI (Serotonin-Norepinephrine Reuptake Inhibitor) yang menargetkan dua jenis neurotransmitter: serotonin dan norepinefrin.
Jika SSRI tidak memberikan hasil yang diharapkan, dokter mungkin akan mempertimbangkan antidepresan trisiklik atau jenis antidepresan atipikal seperti bupropion.
Namun, penggunaannya bisa memunculkan efek samping seperti kantuk dan kenaikan berat badan, sehingga harus didiskusikan secara matang dengan profesional medis.
2. Psikoterapi
Terapi bicara atau psikoterapi juga sangat efektif dalam menangani depresi berat. Dalam terapi ini, pasien akan berbicara dengan terapis secara rutin untuk membahas berbagai masalah yang dihadapi. Melalui pendekatan ini, pasien akan didorong untuk:
- Menyikapi situasi penuh tekanan dengan cara yang lebih sehat
- Melihat suatu kondisi secara objektif dan membuat keputusan berdasarkan nilai pribadi, bukan emosi sesaat
- Meningkatkan kemampuan berkomunikasi
- Menemukan strategi baru untuk mengatasi hambatan
- Membangun kembali rasa percaya diri
- Mengembalikan kendali serta rasa puas dalam hidup
Beberapa metode psikoterapi lainnya juga bisa disarankan, tergantung pada kondisi pasien.
Contohnya adalah terapi interpersonal yang ditujukan bagi mereka yang mengalami kehilangan atau masalah sosial, dan terapi kognitif perilaku yang membantu pasien memahami pola pikir yang memengaruhi perasaan dan tindakan mereka.
Ada yang mulai merasakan manfaat terapi ini hanya dalam hitungan bulan, namun bagi sebagian lainnya, proses terapi bisa berlangsung lebih lama.
3. Terapi stimulasi otak
Jika pengobatan dan terapi bicara belum menunjukkan hasil yang optimal, terapi stimulasi otak bisa menjadi alternatif. Metode ini meliputi terapi elektrokonvulsif (ECT) dan stimulasi magnetik transkranial berulang (rTMS).
Meski bukan menjadi metode utama, terapi ini dapat dipertimbangkan dalam kasus yang lebih kompleks dan membandel.
Perubahan dalam rutinitas hidup juga sangat disarankan untuk mempercepat proses penyembuhan. Salah satunya adalah dengan lebih rutin bergerak atau berolahraga.
Aktivitas fisik dipercaya membantu memperbaiki kondisi psikologis, meskipun penelitian terkait kaitannya dengan depresi masih terus dikembangkan.
Dukungan dari orang-orang terdekat juga sangat penting agar proses pemulihan berjalan lebih efektif. Dengan fisik yang bugar dan pikiran yang lebih positif, beban mental yang dialami pasien dapat berkurang secara bertahap.
Cara Mencegah Depresi Mayor
Setelah pasien menjalani perawatan rutin dengan psikiater serta mengonsumsi obat sesuai resep, dokter biasanya akan menyarankan perubahan dalam pola hidup dan kebiasaan sehari-hari.
Berikut beberapa langkah yang bisa diterapkan untuk membantu proses pemulihan dari depresi:
1. Menjadwalkan aktivitas fisik secara rutin
Melakukan olahraga secara konsisten merupakan cara efektif untuk mengurangi kemungkinan munculnya pikiran negatif. Aktivitas fisik seperti berjalan kaki selama kurang lebih 30 menit setiap hari telah terbukti mampu memperbaiki suasana hati.
Latihan fisik diketahui bisa meningkatkan produksi endorfin, yaitu senyawa alami dalam tubuh yang mampu memberikan perasaan nyaman.
Efek ini tidak hanya dirasakan sesaat, tetapi juga memberi dampak jangka panjang yang mendorong pola pikir menjadi lebih optimis, terutama bagi individu yang mengalami depresi.
2. Mengonsumsi makanan sehat dan seimbang
Nutrisi yang tepat memiliki pengaruh besar terhadap kondisi mental dan fisik. Meskipun tidak ada satu jenis makanan yang secara langsung dapat menghilangkan depresi, beberapa pilihan makanan dapat menunjang kesehatan emosional.
Beberapa jenis nutrisi yang direkomendasikan antara lain:
- Asam lemak omega-3 yang bisa diperoleh dari ikan berlemak seperti salmon
- Vitamin B kompleks yang banyak ditemukan pada kacang dan biji-bijian
- Magnesium yang terkandung dalam yoghurt, kacang-kacangan, dan biji-bijian
Sebaiknya juga menghindari konsumsi alkohol dan makanan olahan karena bisa memperburuk gejala depresi, mengingat alkohol merupakan depresan sistem saraf pusat.
3. Menjaga kualitas tidur
Tidur yang cukup sangat krusial dalam menjaga kesehatan mental. Idealnya, orang dewasa membutuhkan 7–9 jam tidur per malam. Penderita depresi kerap mengalami gangguan tidur, baik kesulitan tidur maupun tidur berlebihan.
Agar lebih mudah terlelap, hindari paparan layar gadget, televisi, dan komputer sebelum tidur.
Aktivitas ringan seperti mandi air hangat atau minum susu hangat dapat membantu tubuh menjadi lebih rileks. Bila gangguan tidur terus berlanjut, disarankan untuk berkonsultasi dengan dokter.
4. Menjalin koneksi sosial
Hubungan sosial yang sehat merupakan bagian penting dari sistem pendukung dalam menjaga kesehatan psikologis. Keterhubungan yang rutin dengan keluarga maupun teman-teman dapat membantu mengurangi risiko depresi.
Penelitian menunjukkan bahwa dukungan emosional yang memadai dari lingkungan sekitar memiliki efek perlindungan terhadap gangguan suasana hati.
Oleh karena itu, penting untuk tetap membangun komunikasi dengan orang-orang terdekat meskipun sedang menghadapi kesibukan.
5. Membatasi penggunaan media sosial
Waktu yang berlebihan di media sosial dapat menimbulkan dampak negatif, termasuk penurunan harga diri dan meningkatnya risiko depresi. Mengurangi keterpaparan terhadap konten digital bisa menjadi langkah preventif yang efektif.
Cara sederhana untuk meminimalkan penggunaannya, misalnya dengan menghapus aplikasi media sosial dari ponsel atau menetapkan waktu khusus untuk mengaksesnya.
6. Melatih teknik relaksasi seperti meditasi
Latihan meditasi dapat membantu menciptakan rasa tenang serta mengurangi tekanan pikiran.
Teknik pernapasan dalam dan relaksasi otot merupakan metode yang sering digunakan dalam sesi meditasi untuk meredakan stres yang mungkin menyertai depresi.
7. Melakukan kegiatan yang disukai
Mengekspresikan diri melalui hobi atau aktivitas yang menyenangkan dapat memperkuat semangat dan membantu mengurangi perasaan hampa.
Meskipun awalnya terasa berat, berusaha secara perlahan untuk kembali menjalani kegiatan yang dulu digemari, seperti melukis, bermusik, berenang, menulis, atau kegiatan kreatif lainnya, dapat membangkitkan kembali rasa bahagia yang mungkin telah lama tidak dirasakan.
Sebagai penutup, memahami pengertian depresi mayor penting agar kita bisa lebih peka terhadap gejalanya dan membantu orang terdekat yang mungkin sedang mengalaminya.