JAKARTA - Pasar saham Asia pagi ini mengalami tekanan signifikan, di mana mayoritas indeks utama mencatat pelemahan tajam. Pada perdagangan Jumat, 1 Agustus 2025 pagi pukul 08.21 WIB, indeks Kospi Korea Selatan turun hingga 3,35%, menjadi sorotan karena penurunan terbesarnya di kawasan pagi ini. Indeks lain seperti Nikkei 225, Taiex, dan ASX 200 juga mengalami koreksi seiring meningkatnya kekhawatiran investor terhadap kebijakan tarif perdagangan terbaru Amerika Serikat.
Dampak Kebijakan Tarif AS Memicu Ketegangan Pasar
Keputusan Presiden AS Donald Trump untuk mengenakan tarif tinggi pada impor dari berbagai negara mitra dagang telah menimbulkan reaksi negatif di pasar saham Asia. Tarif yang diberlakukan berkisar antara 10% hingga 41%, dengan tarif khusus antara lain 25% untuk impor India, 20% dari Taiwan, 19% dari Thailand, dan 15% dari Korea Selatan. Kebijakan ini meningkatkan ketidakpastian dan tekanan pada saham-saham di wilayah Asia Pasifik.
Bahkan bea masuk atas produk Kanada dinaikkan menjadi 35% untuk barang yang tidak tercakup dalam perjanjian perdagangan dengan Meksiko dan Kanada. Namun, AS memberikan penangguhan 90 hari kepada Meksiko untuk menegosiasikan ulang kesepakatan perdagangan. Situasi ini membuat para investor cemas dan cermat menanti data ketenagakerjaan AS yang akan segera dirilis. Data tersebut dianggap kunci dalam menentukan langkah The Fed terkait potensi penurunan suku bunga pada bulan depan.
Pergerakan Indeks dan Kondisi Pasar Tenaga Kerja Jepang
Selain Kore, indeks pasar saham lain juga terpengaruh. Indeks Nikkei 225 turun 0,62% dan Taiex melemah 1,26%. Di sisi lain, indeks FTSE Straits Times dan FTSE Malay KLCI justru mengalami penguatan masing-masing 0,48% dan 0,64%, menunjukkan adanya pergerakan yang tidak seragam di bursa Asia.
Di sektor ekonomi makro, Jepang merilis data ketenagakerjaan bulan Juni yang menunjukkan tingkat pengangguran stabil di angka 2,5%, sesuai ekspektasi ekonom. Namun, rasio lowongan kerja menurun menjadi 122 lowongan per 100 pencari kerja, menandai sedikit melambatnya pasar tenaga kerja di negara tersebut. Jepang menghadapi tantangan demografi yang membuat pasar tenaga kerja tetap ketat selama lebih dari satu dekade.
Dengan latar kondisi geopolitik dan ekonomi global yang terus dinamis, pasar saham Asia masih bergejolak di awal bulan Agustus ini, dan investor perlu terus memantau perkembangan kebijakan perdagangan serta data ekonomi penting dari AS dan kawasan.