Kredit Bank Melambat, Korporasi Beralih ke Obligasi untuk Modal Segar

Senin, 07 Juli 2025 | 08:21:38 WIB
Kredit Bank Melambat, Korporasi Beralih ke Obligasi untuk Modal Segar

JAKARTA - Keterbatasan likuiditas di sektor perbankan terbukti dari perlambatan pertumbuhan Dana Pihak Ketiga (DPK) dan kredit memaksa banyak korporasi, termasuk bank, mengalih strategi permodalan mereka ke pasar obligasi. Tren suku bunga yang terus turun kian memperkuat minat ini, karena obligasi menawarkan opsi pendanaan alternatif dengan imbal hasil yang lebih rendah ketimbang pinjaman bank.

Likuiditas Makin Terjepit, Kredit Melambat

Bank Indonesia mencatat belanja perbankan untuk menghimpun DPK hanya tumbuh 3,9% YoY pada Mei, turun dari 4,4% di bulan sebelumnya. Akibatnya, pertumbuhan kredit global juga mengalami penurunan, dari 8,5% ke 8,1% YoY, dengan penyaluran kredit korporasi dan ritel masing‑masing menurun ke 11,6% dan stagnan di 4%.

Obligasi Semakin Populer di Tengah Suku Bunga Turun

Sejalan dengan penurunan suku bunga acuan oleh BI, yield obligasi korporasi tenor tiga tahun telah turun 70 basis poin tahun ini. Hal ini menumbuhkan antusiasme besar dari korporasi: hingga Juni, mereka telah menghimpun sekitar Rp106,3 triliun dari penerbitan obligasi; sementara data BEI mencatat 45 emisi dengan nilai Rp58,74 triliun.
Puneet Punj dari DBS Indonesia memperkirakan tren ini akan terus berlanjut pada paruh kedua, meski volumenya tidak seintens semester pertama.

Suku Bunga Acuan, Inflasi, dan Daya Tarik Obligasi

Fakta­-fakta ekonomi mendukung ekspektasi penurunan BI rate lebih lanjut: inflasi terkendali pada Juni, penurunan permintaan hingga kontraksi di sektor manufaktur tiga bulan beruntun, dan potensi penurunan BI rate ke kisaran 5% dilakukan saat rupiah stabil. Ekonom Bloomberg, Tamara Henderson, bahkan memproyeksikan pemangkasan BI rate sebesar 25 bps pada Juli–Agustus.
Hasil lelang Surat Utang Negara terkini, yang memecahkan rekor tertinggi kedua, menunjukkan tingginya kepercayaan pasar terhadap prospek suku bunga yang turun.

Bank dan Korporasi Non-Keuangan Berlomba Terbitkan Obligasi

Beberapa bank telah mengambil alih peran pasar modal:

BBNI menerbitkan obligasi senilai Rp5 triliun pada Juni.

Bank Mandiri telah mengumpulkan Rp4,5 triliun pada Maret.

Bank BRI, BSI, dan OCBC NISP turut bersiap menghimpun dana senilai Rp5 triliun, Rp5 triliun, dan Rp1,5 triliun melalui penerbitan surat utang.

Korporasi non-keuangan pun aktif terjun:

APP Group menawarkan Obligasi Berkelanjutan dan Sukuk II Tahap II senilai Rp3 triliun.

Merdeka Battery Materials (MBMA) menawarkan obligasi dan sukuk berkelanjutan I Tahap I senilai Rp3 triliun.

Dengan momentum turunnya suku bunga dan terbatasnya pertumbuhan kredit tradisional, penerbitan obligasi kini menjadi alat penggalangan dana strategis bagi korporasi. Di sisi penanam modal, obligasi menawarkan alternatif imbal hasil yang menarik dibanding deposito bank. Tren ini diperkirakan akan terus berlanjut, memperkuat peran obligasi dalam mempromosikan diversifikasi permodalan korporasi di tengah perubahan dinamika ekonomi Indonesia.

Terkini

Cara Menghitung Tarif Pajak PPH 21 2025

Kamis, 11 September 2025 | 22:49:52 WIB

Kesehatan Mental Adalah: Pentingnya Bagi Kesehatan Tubuh!

Kamis, 11 September 2025 | 22:49:22 WIB

Cara Menabung Emas di Pegadaian: Syarat dan Manfaat

Kamis, 11 September 2025 | 22:49:22 WIB