Pasar Modal Indonesia Menanti Kepastian Global di Paruh Kedua 2025

Jumat, 04 Juli 2025 | 09:57:11 WIB
Pasar Modal Indonesia Menanti Kepastian Global di Paruh Kedua 2025

JAKARTA - Pasar modal Indonesia diperkirakan mengalami perbaikan pada semester kedua tahun 2025, dengan catatan kondisi global tetap kondusif. BRI Danareksa Sekuritas (BRIDS) menyoroti bahwa sentimen internasional, terutama dari Amerika Serikat, masih menjadi faktor utama yang menentukan arah Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG).

Direktur Utama BRIDS, Laksono Widodo, mengungkapkan harapannya agar tidak ada gejolak politik atau ekonomi dari manuver Presiden AS Donald Trump yang dapat mengguncang pasar. "Jadi mestinya tahun ini semester 2 akan lebih baik kalau menurut saya. Kalau nggak ada yang aneh-aneh lagi ya, si Trump-nya ngomong apa, nanti lagi perang. Jadi mestinya sih begitu," ujarnya kepada wartawan di Gedung Bursa Efek Indonesia (BEI), Jakarta.

Komentar ini menegaskan betapa pentingnya ketenangan dan kepastian dalam hubungan geopolitik global untuk menjaga momentum positif pasar modal domestik. Fluktuasi yang terjadi di negara adidaya seperti Amerika Serikat biasanya berdampak langsung ke pasar keuangan di seluruh dunia, termasuk Indonesia.

Investor Ritel Jadi Motor Penggerak Pasar

Sementara itu, Laksono menyoroti pergeseran peran pelaku pasar di dalam negeri. Ia menyebut bahwa transaksi investor institusi domestik mengalami penurunan yang cukup signifikan selama 1,5 tahun terakhir. Sebaliknya, investor ritel mulai menjadi tulang punggung pergerakan pasar modal Indonesia.

"Retail jadi harapan kita sih. Alhamdulillah 2 tahun berputar, pemain retail sudah ada hasilnya. Dengan penguatan sistem. Karena memang transaksi dari institusi domestik itu sejak 1,5 tahun ini turun banyak," jelas Laksono.

Hal ini menunjukkan adanya dinamika perubahan struktur investor di pasar saham Indonesia. Pertumbuhan basis investor ritel yang semakin besar diharapkan dapat mendorong likuiditas dan kestabilan pasar di tengah penurunan aktivitas institusi besar.

Head of Equity Research Division BRIDS, Erindra Krisnawan, melengkapi analisis tersebut dengan memberikan target IHSG untuk akhir tahun. Ia memperkirakan indeks saham utama Indonesia akan bergerak di level 7.300, namun hal ini tetap sangat bergantung pada sentimen global dan perkembangan makroekonomi domestik.

"Kita ngelihatnya nih kalau target kita itu kita masih di level sekitar 7.300 ya untuk akhir tahun gitu ya. Untuk pergerakan sih ya tentunya ya akan bergantung kepada sentimen dari globalnya gimana," ujar Erindra.

Namun, Erindra juga menyampaikan bahwa hingga akhir Juli 2025, IHSG kemungkinan masih akan berada di kisaran level 6.000-an karena kondisi makro ekonomi domestik yang belum menunjukkan tanda-tanda perbaikan signifikan. Para investor cenderung bersikap wait and see menunggu data ekonomi yang lebih jelas.

"Jadi mungkin antara sekarang sampai akhir bulan ini, ini masih ya belum kemana-mana lebih wait and see," tambahnya.

Tantangan Makroekonomi dan Sentimen Konsumen

Selain sentimen global, beberapa indikator makro ekonomi domestik masih menghadirkan tantangan. Erindra mengungkapkan adanya perlambatan keyakinan konsumen, meningkatnya pesimisme mengenai lapangan kerja, serta lesunya penjualan ritel. Faktor-faktor ini turut membatasi optimisme pasar saham Indonesia dalam jangka pendek.

Untuk proyeksi ekonomi nasional di tahun 2025, Erindra memperkirakan pertumbuhan ekonomi Indonesia berada pada kisaran 4,71-5,03%. Sedangkan nilai tukar rupiah diperkirakan bergerak antara Rp 16.374 hingga Rp 16.826 per dolar AS hingga akhir tahun. Sementara itu, suku bunga acuan BI-Rate diprediksi akan bertahan di level 5,00-5,50%.

Data pasar pada hari Kamis, 3 Juli 2025, memperlihatkan IHSG ditutup melemah tipis ke level 6.878,05 atau turun 3,193 poin (0,05%). IHSG sempat menyentuh level tertinggi 6.922,73 dan terendah 6.877,43 pada sesi perdagangan tersebut.

Pasar modal Indonesia menghadapi peluang membaik pada semester kedua 2025, namun hal ini sangat bergantung pada stabilitas situasi global, terutama pengaruh kebijakan dan tindakan Presiden Amerika Serikat Donald Trump. Sementara itu, peran investor ritel semakin vital menggantikan institusi domestik yang menurun aktivitasnya.

Kondisi makroekonomi dalam negeri yang belum pulih sepenuhnya juga menjadi faktor penahan laju pergerakan IHSG dalam waktu dekat. Investor pun masih cenderung bersikap berhati-hati sambil menunggu perkembangan data ekonomi lebih lanjut.

Terkini

Cara Menghitung Tarif Pajak PPH 21 2025

Kamis, 11 September 2025 | 22:49:52 WIB

Kesehatan Mental Adalah: Pentingnya Bagi Kesehatan Tubuh!

Kamis, 11 September 2025 | 22:49:22 WIB

Cara Menabung Emas di Pegadaian: Syarat dan Manfaat

Kamis, 11 September 2025 | 22:49:22 WIB