JAKARTA - Perubahan kepemilikan saham PT Sampoerna Agro Lestari Tbk. menjadi momentum penting bagi arah bisnis perusahaan ke depan. Setelah resmi diakuisisi oleh Posco International Corporation, Sampoerna Agro mulai menata ulang fokus strateginya dengan menempatkan bisnis hilir sebagai prioritas utama.
Langkah ini dinilai sebagai respons terhadap dinamika industri kelapa sawit yang terus berkembang. Masuknya investor global membawa perspektif baru terhadap potensi pengembangan usaha jangka panjang.
PT Sampoerna Agro Lestari Tbk. (SGRO) menyampaikan akan fokus mengembangkan bisnis hilir atau downstream usai diakusisi oleh Posco International Corporation (PIC). Strategi ini diharapkan mampu memperkuat posisi perusahaan di tengah persaingan industri agribisnis.
Direktur Utama Sampoerna Agro, Budi Setiawan Halim, menjelaskan bahwa langkah ini tidak lepas dari sinergi dengan pemegang saham baru. SGRO akan bekerja sama dengan AGPA Pte. Ltd. dan Posco yang dinilai memiliki kapabilitas kuat di sektor downstream.
“Ke depannya akan mengarah ke renewable energy business. Itu alasan kenapa Posco masuk ke Sampoerna Agro yang kami ketahui,” kata Budi dalam paparan publik Sampoerna Agro, di Jakarta.
Pernyataan tersebut menegaskan bahwa arah pengembangan bisnis tidak hanya berfokus pada pengolahan sawit konvensional. SGRO melihat peluang besar pada sektor energi terbarukan yang masih memiliki ruang pertumbuhan luas.
Pertimbangan Strategis Masuk ke Bisnis Hilir
Budi menuturkan bahwa dalam beberapa tahun terakhir Sampoerna Agro sebenarnya telah melakukan kajian mendalam terkait rencana masuk ke bisnis hilir. Analisis tersebut mencakup potensi pasar, kebutuhan modal, hingga risiko usaha.
Dia menuturkan Sampoerna Agro memproduksi CPO sebanyak 350.000 hingga 400.000 ton per tahun. Volume produksi ini memberikan posisi yang cukup kuat dalam rantai pasok industri kelapa sawit nasional.
Budi melanjutkan, SGRO melihat kebutuhan CPO dari bisnis hilir cukup tinggi. Permintaan tersebut datang dari berbagai sektor, termasuk pangan, oleokimia, hingga energi.
Selain itu, lanjutnya, margin dari bisnis downstream lebih kecil dibandingkan upstream. Kondisi ini menjadi salah satu faktor yang sebelumnya membuat perusahaan menahan diri.
Dengan pertimbangan tersebut, Sampoerna Agro memutuskan untuk tidak masuk ke bisnis downstream dalam beberapa tahun belakangan. Perusahaan memilih fokus menjaga efisiensi dan stabilitas bisnis hulu.
Namun, situasi berubah setelah adanya akuisisi oleh Posco International Corporation. Masuknya pemegang saham baru membuka peluang sinergi yang sebelumnya belum dapat diwujudkan.
Dukungan teknologi, jaringan global, dan pengalaman Posco menjadi faktor kunci. SGRO kini melihat bisnis hilir sebagai langkah strategis yang lebih realistis dan terukur.
Hilirisasi dinilai mampu memberikan nilai tambah bagi produk CPO. Proses lanjutan ini diharapkan dapat memperkuat daya saing perusahaan di pasar global.
Akuisisi Saham dan Perubahan Kepemilikan
Sebelumnya, Grup Sampoerna melalui Twinwood Family Holdings Limited mengumumkan penjualan seluruh saham SGRO sebesar 65,721 persen. Saham tersebut dilepas kepada AGPA Pte. Ltd., anak perusahaan POSCO International Corporation.
Transaksi ini menandai berakhirnya kepemilikan mayoritas Grup Sampoerna di SGRO. Meski demikian, Grup Sampoerna menegaskan komitmennya untuk tetap berkontribusi bagi perekonomian Indonesia.
Grup Sampoerna menyatakan akan terus berfokus pada lini bisnis yang telah berjalan. Di sisi lain, peluang baru akan dibuka sesuai dengan kebutuhan dan perkembangan usaha.
Presiden Direktur Grup Sampoerna, Bambang Sulistyo, menyampaikan rasa syukur atas proses akuisisi tersebut. Ia menilai SGRO kini berada di tangan pemilik yang tepat.
"Kami yakin, pemilik baru akan menjadi rumah yang baik bagi para pegawai dan membawa SGRO pada prospek pertumbuhan bisnis yang lebih baik ke depan,” ujarnya dalam keterangan tertulis di Jakarta, Kamis, 20 November 2025.
Bambang menambahkan bahwa minat investor terhadap industri kelapa sawit Indonesia masih sangat kuat. Hal ini menunjukkan sektor sawit nasional tetap menarik di mata global.
Dari berbagai calon investor, pihaknya menilai POSCO International sebagai pihak yang paling tepat. Keputusan ini didasarkan pada visi jangka panjang dan kapabilitas bisnis yang dimiliki.
Akuisisi ini juga mencerminkan kepercayaan investor asing terhadap prospek industri agribisnis Indonesia. SGRO menjadi salah satu contoh perusahaan yang dinilai memiliki potensi berkelanjutan.
Peran Posco International di Industri Sawit dan Energi
Sebagai informasi, POSCO International merupakan perusahaan global asal Korea Selatan. Perusahaan ini berada di bawah naungan POSCO Group dengan portofolio usaha yang beragam.
Bidang usaha POSCO International mencakup perdagangan, energi, baja, hingga agribisnis. Diversifikasi ini membuat perusahaan memiliki pengalaman lintas sektor yang kuat.
Di Indonesia, POSCO Group telah terlibat dalam sejumlah sektor strategis. Salah satunya adalah PT Krakatau POSCO di Cilegon.
Selain itu, POSCO juga menjalin kemitraan di bidang energi. Kerja sama tersebut dilakukan melalui konsorsium Pertamina Hulu Energi North East Java.
Di industri sawit, perusahaan ini telah hadir sejak 2011. Kehadiran tersebut diwujudkan melalui PT Bio Inti Agrindo di Papua Selatan.
Perusahaan tersebut mengoperasikan tiga pabrik pengolahan minyak sawit. Total kapasitas produksinya mencapai 210.000 ton per tahun.
Tidak hanya itu, POSCO International juga memiliki fasilitas penyulingan minyak sawit di Balikpapan. Fasilitas ini berlokasi di Kalimantan Timur.
Kapasitas penyulingan di Balikpapan mencapai 500.000 ton per tahun. Skala ini menunjukkan keseriusan POSCO dalam bisnis hilir sawit.
Pengalaman tersebut menjadi modal penting bagi SGRO. Sinergi diharapkan mampu mempercepat transformasi bisnis perusahaan.
Dengan dukungan pemegang saham baru, SGRO optimistis mampu mengembangkan bisnis hilir secara berkelanjutan. Fokus pada energi terbarukan menjadi bagian dari visi jangka panjang.
Transformasi ini diharapkan tidak hanya meningkatkan kinerja keuangan. Langkah tersebut juga diharapkan memberikan kontribusi positif bagi industri sawit nasional.
Ke depan, SGRO menatap peluang pertumbuhan dengan pendekatan yang lebih terintegrasi. Akuisisi oleh Posco menjadi titik awal perubahan strategi menuju nilai tambah yang lebih besar.