Kesehatan Mental

Merasa Hidup Hampa? Begini Cara Menemukan Makna dan Menjaga Kesehatan Mental

Merasa Hidup Hampa? Begini Cara Menemukan Makna dan Menjaga Kesehatan Mental
Merasa Hidup Hampa? Begini Cara Menemukan Makna dan Menjaga Kesehatan Mental

JAKARTA - Setiap manusia pernah berada di titik di mana hidup terasa kehilangan makna. Perjalanan yang semula penuh semangat tiba-tiba berubah menjadi rutinitas yang hambar dan melelahkan.

Rasa hampa itu sering kali datang tanpa disadari, menyelinap di sela-sela kesibukan dan tanggung jawab. Banyak orang melanjutkan aktivitas seperti biasa, tetapi di dalam dirinya, mereka merasa kosong dan tak tahu arah.

Fenomena ini bukan hal asing dalam kehidupan modern yang serba cepat. Menurut Dr. dr. Nova Riyanti Yusuf, SpKJ, psikiater sekaligus Direktur Utama Pusat Kesehatan Jiwa Nasional RS Marzoeki Mahdi, kondisi semacam ini merupakan bagian alami dari dinamika kehidupan manusia.

Ia menjelaskan, kehilangan arah tidak selalu berarti seseorang gagal menjalani hidup. Justru di momen-momen itulah, seseorang dapat menemukan ruang untuk kembali mengenal dirinya dan menggali makna baru dari kehidupan.

Dalam sebuah kesempatan pada Festival Kata 2025 Kompas.id di Bentara Budaya Jakarta, Jumat (17 Oktober 2025), dr. Nova membagikan pandangannya mengenai harapan. Ia menyebut bahwa harapan kerap muncul dari hal-hal sederhana yang tidak pernah disangka sebelumnya.

Menyadari Harapan dari Hal-Hal Kecil di Sekitar Kita

Menurut dr. Nova, ketika seseorang merasa lelah, jenuh, atau stuck dalam pekerjaan, terkadang semesta memberikan “teguran visual”. Hal kecil yang tampak sepele bisa menjadi pemantik munculnya kesadaran baru.

Ia mencontohkan, momen sederhana seperti melihat seseorang di jalan sedang berjuang mendorong gerobak dapat membangkitkan rasa syukur. Perbandingan spontan itu sering kali membuat seseorang tersadar bahwa kehidupannya tidak seberat yang dibayangkan.

“Padahal cuma gara-gara lewat aja terus lihat, ‘ya Allah kerjaan gue kan enggak sampai dorong-dorong gerobak, enggak sampai berat-berat amat ya.’ Kadang-kadang itu bisa menimbulkan harapan. Dan itu hal-hal yang kita enggak pernah tahu bahwa itu bisa terjadi,” tutur dr. Nova.

Ia menyebut bahwa hal semacam itu merupakan bentuk kesadaran spontan yang mengubah cara seseorang memandang hidup. Melalui peristiwa sederhana, seseorang bisa kembali menemukan makna dan alasan untuk bertahan.

Harapan, menurutnya, tidak selalu datang dari perubahan besar. Justru hal-hal kecil yang menyentuh hati sering kali menjadi titik awal kebangkitan batin.

Bagi banyak orang, pengalaman semacam itu adalah bentuk “teguran lembut” dari kehidupan. Sesuatu yang membuat mereka berhenti sejenak, lalu merenungi perjalanan yang sedang dijalani.

Rasa Syukur dan Kebaikan Diri Sebagai Sumber Kekuatan Mental

Lebih lanjut, dr. Nova menekankan pentingnya rasa syukur dalam membangun harapan. Menurutnya, kesadaran untuk menghargai apa yang masih dimiliki merupakan langkah awal keluar dari perasaan hampa.

“Kebersyukuran, ya gitu ya. Jadi, I don’t know (tidak tahu), ya that’s life (ini hidup). Artinya memang hidup ya pasti never ending (tidak pernah selesai) itu,” ujarnya sambil tersenyum.

Ia menjelaskan bahwa rasa syukur mampu menenangkan pikiran yang gelisah. Ketika seseorang belajar berterima kasih atas hal kecil, maka batinnya akan lebih siap menghadapi berbagai tantangan hidup.

Selain bersyukur, dr. Nova juga mengingatkan pentingnya berbaik hati pada diri sendiri. Terutama bagi generasi muda yang sering kali perfeksionis dan mudah kecewa terhadap diri mereka sendiri.

“Anak-anak sekarang, yang perfeksionis dan gampang kecewa, sebenarnya sih done is better than good ya (lebih baik selesai daripada bagus). Mereka harus be kind (bersikap baik) ke dirinya sendiri. Appreciate (menghargai) apa yang sudah effort (usaha), effort itu harus dihargai,” jelasnya.

Pesan itu menjadi pengingat agar setiap individu tidak terus-menerus menekan dirinya dengan standar tinggi. Karena dalam kenyataannya, proses menuju perbaikan jauh lebih berharga daripada kesempurnaan yang semu.

Kebaikan pada diri sendiri juga menjadi dasar kesehatan mental yang kuat. Dengan menghargai usaha sekecil apa pun, seseorang akan belajar mencintai dirinya tanpa syarat.

Menghargai Proses, Bukan Hanya Hasil Akhir

Dr. Nova menyoroti fenomena di era digital yang serba instan, di mana masyarakat lebih menilai hasil daripada perjalanan menuju hasil tersebut. Menurutnya, paradigma itu harus diubah jika ingin memiliki mental yang sehat.

“Kalau kita pakai budaya instan, maka yang kita hargai adalah result, output (hasil). Sedangkan yang harus kita hargai adalah perjalanannya, prosesnya,” ujarnya dengan nada tegas.

Ia menambahkan, dalam proses seseorang belajar banyak hal yang tidak bisa diperoleh secara instan. Nilai perjuangan, kesabaran, dan ketekunan justru terbangun dari perjalanan yang penuh tantangan.

Kendati hasil tidak selalu sesuai harapan, proses yang dijalani dengan niat tulus tetap memiliki makna besar. “Masalah itu berhasil atau enggak itu belakangan. Kita harus menghargai effort kita. Jadi ya harus be kind. Hasil-hasil kita belajar, kalau nggak perfect nggak apa, done is better than good lah,” tambahnya.

Pernyataan itu menjadi refleksi bagi siapa pun yang hidup di tengah tekanan sosial dan kompetisi. Kesuksesan sejati tidak selalu diukur dari pencapaian, tetapi dari kemampuan untuk bertahan dan terus berusaha.

Seseorang yang mampu menghargai proses hidupnya akan lebih siap menghadapi kegagalan. Sebab, ia memahami bahwa setiap langkah, baik kecil maupun besar, memiliki arti tersendiri.

Makna Hidup dan Harapan yang Tumbuh dari Kesadaran Diri

Melalui refleksi sederhana itu, dr. Nova mengingatkan bahwa harapan sejati tidak berasal dari luar diri. Harapan justru muncul ketika seseorang mulai mengenali dirinya dan menghargai perjalanan hidupnya sendiri.

“Hidup memang ‘never ending’. Selalu ada naik turunnya, tapi di setiap perjalanan itu juga ada kesempatan untuk menemukan makna baru,” tuturnya dalam penutup sesi tersebut.

Ia menekankan bahwa menemukan harapan bukan berarti semua masalah menghilang. Sebaliknya, harapan hadir karena seseorang belajar memandang masalah dari sudut berbeda dan menerima ketidaksempurnaan hidup.

Ketika seseorang berani bersyukur dan memaafkan dirinya sendiri, maka beban emosional akan perlahan berkurang. Dari sanalah muncul ketenangan dan keberanian untuk melangkah maju.

Harapan tidak selalu berbentuk solusi besar atau perubahan drastis. Terkadang, cukup dengan kesadaran kecil untuk bersyukur, seseorang sudah dapat menemukan kembali cahaya di dalam dirinya.

Pada akhirnya, pesan yang disampaikan dr. Nova menjadi pengingat penting bagi siapa pun yang tengah merasa kehilangan arah. Bahwa hidup, dengan segala liku dan ketidakpastiannya, selalu menyediakan ruang bagi harapan untuk tumbuh.

Hidup Akan Selalu Berjalan, Tapi Maknanya Kita yang Menentukan

Dari pandangan dr. Nova, dapat disimpulkan bahwa kehampaan bukanlah akhir dari segalanya. Justru di sanalah letak awal dari kesadaran baru tentang hidup dan makna perjuangan.

Dengan belajar bersyukur, berbaik hati pada diri sendiri, serta menghargai setiap proses, seseorang bisa membangun ketangguhan mental. Hidup memang tidak pernah mudah, tetapi bukan berarti tidak bisa dijalani dengan harapan.

Dalam setiap hari yang terasa berat, selalu ada hal kecil yang bisa dijadikan sumber semangat. Karena sejatinya, harapan bukan datang dari luar, melainkan dari dalam diri ketika kita mulai kembali mengenali arti hidup.

Rekomendasi

Index

Berita Lainnya

Index