JAKARTA — Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) kembali mencatatkan penguatan signifikan pada perdagangan awal pekan, Dengan ditutup naik 1,7% atau 106,29 poin ke level 6.368,52. Sentimen positif datang dari kinerja sejumlah emiten tambang dan emas, serta dukungan kuat dari sektor perbankan.
Berdasarkan data Bursa Efek Indonesia (BEI), IHSG dibuka pada level 6.225,34 dan sempat menyentuh titik tertinggi harian di 6.404,07 sebelum akhirnya ditutup menguat. Total 502 saham berhasil menguat, 158 saham melemah, dan 229 saham stagnan. Volume transaksi tercatat mencapai 22,41 miliar saham, dengan nilai transaksi harian sebesar Rp13,64 triliun dan frekuensi sebanyak 1,18 juta kali. Sementara itu, kapitalisasi pasar tercatat sebesar Rp10.917 triliun.
Kenaikan indeks didukung oleh saham-saham big caps di sektor perbankan, seperti PT Bank Central Asia Tbk. (BBCA) yang naik 1,51%, PT Bank Negara Indonesia Tbk. (BBNI) yang menguat 3,64%, serta PT Bank Rakyat Indonesia Tbk. (BBRI) yang mencatat kenaikan sebesar 1,65%. Sebaliknya, saham PT Bank Mandiri Tbk. (BMRI) mengalami penurunan cukup tajam hingga 6,86%.
Dari sektor komoditas, saham emiten emas mengalami lonjakan signifikan. PT Aneka Tambang Tbk. (ANTM) tercatat naik 8,28%, PT Bumi Resources Minerals Tbk. (BRMS) menguat 4,02%, dan PT Merdeka Copper Gold Tbk. (MDKA) melesat hingga 10,34%.
Saham-saham lain yang masuk dalam daftar top gainers antara lain PT Fore Kopi Indonesia Tbk. (FORE) yang baru saja melantai di bursa dan langsung melonjak 34,04%, diikuti PT Lion Metal Works Tbk. (LION) naik 24,85%, dan PT Mitra Energi Persada Tbk. (KOPI) yang menguat 19,79%.
Namun demikian, sejumlah saham juga mengalami tekanan harga. Saham PT Bayan Resources Tbk. (BYAN) anjlok 14,88%, PT Fast Food Indonesia Tbk. (FAST) turun 14,52%, serta saham PT Harta Djaya Karya Tbk. (MEJA) melemah 10%.
Menurut Equity Analyst PT Indo Premier Sekuritas (IPOT), David Kurniawan, pergerakan IHSG pekan ini akan dipengaruhi oleh beberapa faktor utama, salah satunya data neraca perdagangan Indonesia yang akan dirilis oleh Badan Pusat Statistik (BPS) untuk periode Maret 2025.
“Surplus neraca perdagangan yang lebih besar dari ekspektasi bisa jadi sentimen positif untuk pasar saham, terutama sektor komoditas, seperti CPO, batu bara, dan logam,” jelas David.
Ia juga menambahkan bahwa jika data menunjukkan defisit atau surplus yang lebih kecil dari perkiraan, hal ini dapat memberi tekanan pada nilai tukar rupiah dan memicu aksi jual oleh investor asing.
Selain itu, faktor dividend yield dari saham-saham perbankan juga menjadi daya tarik tersendiri bagi investor, terutama di tengah kondisi pasar yang masih fluktuatif. Namun demikian, David mengingatkan bahwa potensi aksi jual pasca cum date dividen dan tekanan eksternal dari pasar global bisa mempengaruhi stabilitas harga saham.
Pada sesi I perdagangan hari ini, IHSG kembali mencatatkan penguatan sebesar 1,20% ke level 6.445. Sebanyak 365 saham menguat, 195 saham melemah, dan 351 saham stagnan. Kapitalisasi pasar pun meningkat menjadi Rp11.087 triliun.
Sementara itu, pada pembukaan perdagangan pukul 09.00 WIB, IHSG langsung bergerak di zona hijau dengan kenaikan 1,11% atau 70,94 poin ke posisi 6.439,46. Data BEI mencatat 259 saham menguat, 114 saham melemah, dan 186 saham stagnan.
Disclaimer: Berita ini tidak dimaksudkan sebagai ajakan membeli atau menjual saham. Keputusan investasi sepenuhnya menjadi tanggung jawab pembaca.