Kenapa Sulit Fokus? Ini Penyebab Umum dan Cara Mengatasinya

Selasa, 07 Oktober 2025 | 11:02:21 WIB
Kenapa Sulit Fokus? Ini Penyebab Umum dan Cara Mengatasinya

JAKARTA - Pernah merasa sulit berkonsentrasi meskipun sedang tidak terlalu sibuk? Atau baru duduk bekerja beberapa menit, tapi pikiran sudah melayang ke mana-mana? Kondisi ini kini semakin sering terjadi di era serba digital, di mana perhatian mudah terpecah oleh notifikasi, tekanan pekerjaan, atau bahkan kebiasaan kecil sehari-hari.

Sebuah penelitian yang dilakukan oleh Gloria Mark, profesor informatika dari University of California, menemukan bahwa rata-rata orang dewasa hanya mampu fokus pada layar selama 47 detik sebelum perhatiannya teralihkan. Temuan ini menunjukkan betapa cepatnya konsentrasi manusia saat ini berpindah dari satu hal ke hal lain.

Menurunnya fokus dan konsentrasi bukan hanya berdampak pada produktivitas kerja, tapi juga memengaruhi cara seseorang berpikir, mengambil keputusan, dan menyelesaikan tugas harian. Banyak faktor yang bisa menjadi pemicunya, mulai dari kebiasaan sederhana hingga gangguan psikologis.

Berikut beberapa penyebab umum mengapa seseorang kehilangan kemampuan untuk fokus dan sulit berkonsentrasi.

Kurang Tidur, Musuh Utama Konsentrasi

Tidur bukan hanya waktu untuk beristirahat, tapi juga momen otak memperbaiki dan memperbarui dirinya. Ketika seseorang kurang tidur, otak kehilangan kesempatan untuk mengatur ulang fungsi-fungsinya.

Kondisi ini membuat daya ingat menurun dan kemampuan berkonsentrasi melemah. Akibatnya, seseorang akan lebih mudah terdistraksi, sulit berpikir jernih, dan cepat lelah secara mental.

Maka, menjaga waktu tidur yang cukup sangat penting untuk menjaga fokus. Idealnya, orang dewasa membutuhkan sekitar 7–8 jam tidur berkualitas setiap malam agar sel-sel otak bisa bekerja optimal kembali.

Terlalu Banyak Mengonsumsi Makanan Manis

Kebiasaan mengonsumsi makanan manis juga bisa memengaruhi kemampuan fokus. Gula memang memberikan energi cepat bagi tubuh, tetapi efeknya tidak bertahan lama.

Setelah kadar gula naik drastis, tubuh akan mengalami penurunan energi secara tiba-tiba—dikenal dengan istilah sugar crash. Kondisi ini membuat tubuh terasa lemas dan pikiran sulit berkonsentrasi.

Selain itu, konsumsi makanan tinggi lemak juga dapat memicu peradangan dalam tubuh, termasuk di otak, yang berpengaruh pada kemampuan kognitif dan daya fokus. Karena itu, menjaga pola makan seimbang sangat berperan dalam menjaga ketajaman pikiran.

Kurang Olahraga

Jarang bergerak ternyata bukan hanya berdampak pada kesehatan fisik, tapi juga menurunkan kinerja otak. Olahraga membantu meningkatkan aliran darah ke otak, membawa oksigen dan nutrisi yang diperlukan untuk berpikir jernih.

Aktivitas fisik juga merangsang produksi hormon endorfin yang membantu menurunkan stres dan kecemasan—dua hal yang sering menjadi penghambat utama konsentrasi.

Bahkan olahraga ringan seperti berjalan kaki 15 menit atau peregangan singkat di sela pekerjaan dapat membantu menjaga daya fokus tetap stabil sepanjang hari.

Terlalu Banyak Bekerja

Di tengah tuntutan produktivitas tinggi, banyak orang terjebak dalam pola kerja berlebihan atau overworking. Padahal, otak manusia memiliki batas kemampuan untuk tetap fokus dalam satu waktu.

Saat seseorang memaksakan diri untuk terus bekerja tanpa jeda, kemampuan otak untuk memproses informasi menurun. Pikiran menjadi cepat lelah, sulit berpikir jernih, dan akhirnya produktivitas justru menurun.

Memberi waktu istirahat sejenak di antara pekerjaan, seperti berjalan keluar ruangan atau sekadar menutup mata selama beberapa menit, bisa membantu otak kembali segar dan fokus.

Kecemasan yang Tak Terkendali

Kecemasan atau anxiety sering kali menjadi penyebab utama seseorang sulit fokus. Pikiran yang terus-menerus dipenuhi kekhawatiran membuat otak sulit memusatkan perhatian pada satu hal.

Kondisi ini bisa muncul karena tekanan pekerjaan, masalah pribadi, atau bahkan karena lingkungan yang tidak mendukung. Rasa gelisah, mudah panik, dan kelelahan emosional menjadi tanda bahwa pikiran sedang terbebani.

Untuk mengatasinya, penting melatih teknik relaksasi seperti meditasi, pernapasan dalam, atau berbicara dengan orang yang dipercaya agar beban pikiran bisa sedikit berkurang.

Pengaruh Gangguan Obsesif-Kompulsif (OCD)

Gangguan obsesif-kompulsif atau OCD juga dapat menyebabkan seseorang kehilangan fokus. OCD memunculkan pikiran-pikiran obsesif yang sulit dikendalikan dan sering kali diikuti dengan tindakan kompulsif sebagai bentuk “penenangan diri”.

Kondisi ini biasanya sudah terlihat sejak usia anak-anak, dan bila tidak ditangani, bisa berlanjut hingga dewasa. Pikiran yang terus berputar membuat penderita sulit mengalihkan perhatian pada hal lain, sehingga fokus terhadap pekerjaan atau kegiatan belajar menjadi terganggu.

Penderita OCD sering kali merasa harus melakukan sesuatu berulang kali untuk mencegah hal buruk terjadi, padahal itu hanya bentuk kekhawatiran berlebihan yang muncul dari ketidakseimbangan emosi dan pikiran.

Lingkungan dan Gaya Hidup Modern

Selain faktor internal, lingkungan juga berperan besar dalam menurunkan fokus. Paparan notifikasi digital yang terus-menerus, media sosial, serta multitasking yang berlebihan membuat otak terbiasa berpindah perhatian dengan cepat.

Kondisi ini menciptakan kebiasaan shallow focus di mana seseorang hanya memperhatikan sesuatu secara dangkal dan mudah terdistraksi. Untuk memperbaikinya, penting menciptakan ruang kerja yang minim gangguan dan menerapkan pola kerja fokus seperti teknik Pomodoro atau deep work.

Menurunnya konsentrasi bukan tanda kemalasan, tetapi sinyal bahwa tubuh dan pikiran sedang membutuhkan perhatian. Faktor-faktor seperti kurang tidur, stres, pola makan tidak sehat, hingga tekanan kerja yang berlebihan dapat membuat otak bekerja di bawah kapasitas optimalnya.

Dengan memperbaiki kebiasaan kecil seperti tidur cukup, berolahraga teratur, menjaga pola makan, serta mengelola stres kemampuan fokus bisa kembali meningkat.

Konsentrasi adalah keterampilan yang bisa dilatih. Saat seseorang mampu menjaga keseimbangan tubuh dan pikiran, fokus akan datang dengan sendirinya, dan produktivitas pun meningkat tanpa harus memaksa diri bekerja lebih keras.

Terkini